Pemerintah Indonesia tengah mendorong pengembangan Dimethyl Ether (DME) sebagai alternatif bahan bakar rumah tangga untuk menggantikan Liquefied Petroleum Gas (LPG). Kebijakan ini muncul sebagai upaya mengurangi impor LPG yang masih tinggi dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
DME dipandang memiliki karakteristik fisik dan teknis yang mirip dengan LPG, sehingga bisa digunakan dalam kompor gas dan infrastruktur distribusi yang serupa. Namun, penerapannya di masyarakat masih dalam tahap bertahap.
Mayoritas rumah tangga di Indonesia menggunakan LPG untuk memasak. Data pemerintah menunjukkan sekitar 75 persen kebutuhan LPG masih dipenuhi dari impor. Ketergantungan ini menimbulkan risiko terhadap ketahanan energi dan beban devisa.
Penggunaan DME diusulkan sebagai opsi substitusi. Dengan potensi produksi dalam negeri yang lebih besar, DME diharapkan bisa menekan impor dan menurunkan biaya subsidi energi.
Apa itu DME?
Dimethyl Ether (DME) adalah senyawa kimia dengan rumus CH₃OCH₃. Bahan bakar ini bisa diproduksi dari gas alam, batu bara, atau biomassa. Secara teknis, DME memiliki tekanan uap dan sifat pembakaran yang mirip dengan LPG, sehingga bisa digunakan dengan modifikasi minimal pada burner dan kompor.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa burner industri kecil yang menggunakan DME atau campuran DME-LPG bisa lebih efisien dan menurunkan emisi dibandingkan LPG murni. Ini membuat DME menjadi alternatif yang menarik dari sisi lingkungan dan energi.
Rencana pemerintah dan proyek DME
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penggunaan DME untuk substitusi LPG yang sebagian besar masih diimpor. Beberapa proyek besar sedang digarap, termasuk gasifikasi batu bara untuk menghasilkan DME di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, dengan kapasitas produksi sekitar 1,4 juta ton per tahun.
Proyek lainnya direncanakan di wilayah Kutai Timur, Muara Enim, Pali, dan Banyuasin. Investasi untuk proyek-proyek ini diperkirakan mencapai Rp 164 triliun. Tujuan utamanya adalah mengurangi ketergantungan impor LPG dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Namun, penerapan di rumah tangga masih akan dilakukan secara bertahap. Pemerintah menargetkan proyek fisik dimulai awal 2026, sementara substitusi penuh di masyarakat diproyeksikan terjadi dalam jangka panjang, bisa mencapai 2040 untuk implementasi skala nasional.
Tantangan dan hambatan
Meskipun menjanjikan, penggunaan DME menghadapi sejumlah tantangan. Dari sisi ekonomi, investasi proyek DME besar memerlukan biaya tinggi dan margin keuntungan yang masih tipis. Dari sisi teknologi, produksi DME membutuhkan proses panjang mulai dari gasifikasi bahan baku, produksi syngas, metanol, hingga DME.
Integrasi ke rumah tangga juga memerlukan modifikasi kompor agar bisa menggunakan DME murni. Meski bisa digunakan sebagai campuran DME-LPG, penggunaan 100 persen DME masih membutuhkan adaptasi teknis.
Selain itu, dari sisi lingkungan, DME yang diproduksi dari batu bara tanpa teknologi penangkapan karbon (CCS) justru bisa meningkatkan emisi gas rumah kaca. Sebagai perbandingan, penggunaan kompor induksi listrik mungkin lebih efisien dari sisi emisi.
Pilot lrogram dan estimasi implementasi
Uji coba DME untuk rumah tangga telah dilakukan pada skala terbatas, termasuk di wilayah Palembang dan Muara Enim. Namun, pemerintah belum menetapkan kabupaten atau kota spesifik sebagai pilot resmi untuk distribusi massal.
Artinya, masyarakat kemungkinan baru akan mulai melihat campuran DME-LPG atau uji coba DME dalam beberapa tahun ke depan. Penerapan 100 persen DME untuk rumah tangga masih memerlukan waktu panjang, mengingat infrastruktur, distribusi, dan adaptasi teknis harus disiapkan.
Jadi, ya, DME bisa jadi pengganti LPG dalam jangka panjang, tapi bukan “seketika” berlaku di seluruh rumah tangga. Ada banyak aspek yang harus disiapkan, yaitu produksi bahan baku, infrastruktur distribusi, modifikasi perangkat memasak, dan tentunya keekonomian proyek.
Namun, implementasi masih berjalan bertahap. Dalam beberapa tahun ke depan, masyarakat mungkin hanya melihat uji coba atau campuran DME-LPG. Penerapan penuh membutuhkan investasi besar, teknologi, dan waktu panjang.
Dengan kata lain, DME bukan pengganti LPG yang langsung berlaku untuk seluruh rumah tangga. Perubahan akan terasa secara bertahap sambil pemerintah mempersiapkan infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan.

0Komentar