![]() |
| Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menepis isu perang dunia III dan menekankan pentingnya penguatan serta kemandirian pertahanan Uni Eropa. (Wikimedia Commons) |
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menepis kekhawatiran tentang kemungkinan pecahnya Perang Dunia III. Dalam wawancara dengan surat kabar Belgia Le Soir yang terbit pada Minggu (21/9), ia menekankan bahwa meski dunia tengah berada di masa berbahaya, Eropa berkomitmen menjaga perdamaian dengan memperkuat otonomi pertahanan.
“Tidak, kita tidak sedang bergerak menuju perang dunia ketiga, tetapi kita hidup di masa yang sangat berbahaya. Saya melakukan segala yang mungkin untuk menjaga perdamaian dan kebebasan di Eropa,” ujar von der Leyen.
Pernyataan itu muncul setelah pidato tahunan State of the Union pada 10 September 2025, ketika ia menegaskan bahwa “Eropa sedang berjuang” dan menyerukan momen kemandirian bagi benua tersebut.
Menurutnya, perubahan geopolitik global menuntut Uni Eropa (UE) membuktikan kepada sekutu maupun lawan bahwa mereka mampu mempertahankan diri.
Von der Leyen menggagas program ambisius ReArm Europe, yang menargetkan investasi pertahanan hingga €800 miliar dalam 10 tahun ke depan.
Salah satu instrumen yang disiapkan adalah skema pinjaman Security Action for Europe (SAFE) senilai €150 miliar, untuk membantu negara anggota melakukan pengadaan peralatan militer bersama.
Namun, pembentukan tentara Eropa bersama masih menghadapi hambatan. Von der Leyen mengakui bahwa kendali atas angkatan bersenjata, termasuk soal doktrin, logistik, dan pembiayaan, tetap berada di tangan masing-masing negara anggota.
Dorongan memperkuat pertahanan Eropa semakin kuat setelah serangkaian provokasi Rusia. Dalam pidato State of the Union, von der Leyen mengecam “pelanggaran ruang udara Polandia dan Eropa yang sembrono dan belum pernah terjadi sebelumnya” oleh drone Rusia. Ia menegaskan bahwa UE siap membela “setiap inci wilayahnya”.
Situasi ini menambah urgensi bagi UE untuk mengurangi ketergantungan pada sekutu luar, termasuk Amerika Serikat, dan mendorong kemandirian dalam hal keamanan.
Meski von der Leyen menolak narasi perang dunia, sejumlah pemimpin Eropa sebelumnya menyuarakan kekhawatiran sebaliknya.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán dan Perdana Menteri Slovakia Robert Fico termasuk yang memperingatkan potensi eskalasi global akibat konflik Rusia-Ukraina.
Perbedaan pandangan ini menggambarkan dinamika internal di Eropa, antara yang menekankan bahaya perang besar dengan yang mendorong penguatan pertahanan tanpa menimbulkan kepanikan publik.

0Komentar