Pemerintah Malaysia tengah membuka opsi penggunaan energi nuklir sebagai sumber energi baru dalam kurun waktu 10 hingga 15 tahun mendatang. Rencana itu disampaikan Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Fadillah Yusof yang juga menjabat sebagai Menteri Transisi Energi dan Transformasi Air, Senin (8/9).
Langkah ini muncul setelah pemerintah menugaskan MyPower Corporation untuk menyelesaikan studi komprehensif mengenai potensi nuklir, sesuai pedoman Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Hasil kajian akan menjadi dasar sebelum keputusan final diambil setelah 2030.
“Pemerintah kini juga mempertimbangkan energi nuklir sebagai salah satu sumbernya. Namun, hal ini hanya dapat diimplementasikan ketika ada penerimaan publik. Keselamatan, kesejahteraan sosial, dan kepedulian lingkungan harus dievaluasi terlebih dahulu,” ujar Fadillah, seperti dikutip dari malaypost.com.
Menurut Fadillah, kebutuhan energi Malaysia diproyeksikan melonjak seiring pertumbuhan ekonomi digital, termasuk kecerdasan buatan dan pusat data yang memerlukan konsumsi listrik besar. Pemerintah menilai pasokan energi baru yang stabil sangat penting agar industri strategis tetap berjalan.
Selain itu, pertemuan Menteri Energi APEC di Korea Selatan pada Agustus 2025 turut mendorong langkah Malaysia. Dalam forum tersebut, negara anggota menyepakati bahwa nuklir bisa menjadi opsi energi bersih untuk memperkuat ketahanan energi kawasan.
Malaysia bukan satu-satunya negara yang bergerak ke arah energi nuklir. Indonesia telah menargetkan operasional pembangkit listrik tenaga nuklir pertama pada 2032–2033 dengan kapasitas 500 megawatt. Negara lain seperti Singapura, Vietnam, Filipina, Myanmar, dan Thailand juga tengah mengkaji pemanfaatan teknologi serupa.
“Pada dasarnya, mereka memutuskan untuk menggunakan energi nuklir sebagai salah satu sumbernya,” tutur Fadillah menyinggung tren di kawasan.
Untuk mendukung persiapan, Malaysia menjalin kerja sama dengan sejumlah mitra internasional, antara lain Prancis, Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China. Pemerintah juga mengeksplorasi opsi teknologi reaktor modular kecil (SMR) yang dinilai lebih aman dan efisien.
Fadillah menambahkan, pembangkit generasi kedua hingga ketiga telah menunjukkan perkembangan dalam aspek teknologi, keselamatan, dan dampak lingkungan.
“Banyak negara telah menerimanya sebagai bagian dari bauran energi,” katanya.
Jika rencana ini terwujud, Malaysia diperkirakan memasuki babak baru dalam strategi energi nasional. Pengembangan nuklir dinilai dapat menambah diversifikasi sumber energi selain minyak, gas, dan tenaga terbarukan, sekaligus menekan emisi karbon jangka panjang.

0Komentar