![]() |
| Trump menekan Uni Eropa agar hentikan impor energi Rusia. Larangan ini dijadikan syarat utama sebelum Amerika Serikat menjatuhkan sanksi tambahan ke Moskow. (AP PHOTO/Roslan Rahman) |
Pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan tekanan kepada Uni Eropa (UE) agar segera menghentikan seluruh impor energi dari Rusia. Washington menjadikan langkah itu sebagai syarat utama sebelum meluncurkan “fase kedua” sanksi yang lebih keras terhadap Moskow.
Desakan tersebut muncul saat delegasi UE tiba di Washington, Senin, 8 September 2025, untuk membahas koordinasi kebijakan sanksi. Pertemuan dipimpin oleh utusan sanksi Eropa, David O’Sullivan, setelah beberapa kali terjadi perbedaan sikap antara Amerika Serikat (AS) dan sekutu Eropa dalam merespons perang Rusia di Ukraina.
Washington keluarkan ultimatum
Menteri Energi AS, Chris Wright, menyampaikan pernyataan paling tegas sejauh ini dalam wawancara dengan Financial Times yang terbit Senin. Ia menuturkan bahwa Eropa harus menghentikan seluruh pembelian minyak dan gas Rusia sebelum AS “bertindak lebih agresif” terhadap Moskow.
“Jika Eropa menarik garis dan berkata: ‘Kami tidak akan membeli lagi gas Rusia, kami tidak akan membeli minyak Rusia.’ Apakah itu akan memberi pengaruh positif pada AS untuk bertindak lebih agresif [dalam sanksi]? Tentu saja,” kata Wright.
Menurut Wright, pemutusan total akan sejalan dengan kesepakatan perdagangan AS–UE yang mengharuskan Eropa membeli sumber daya energi Amerika senilai US$750 miliar hingga 2028.
Ia menambahkan bahwa Rusia mendanai “mesin perangnya” dari ekspor energi, dan menghentikan aliran uang dari Eropa akan memangkas pendapatan utama Kremlin.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menguatkan pesan itu sehari sebelumnya. Dalam acara Meet the Press di NBC, Minggu, ia menggambarkan diskusi dengan sekutu Eropa sebagai “perlombaan” antara daya tahan militer Ukraina dan ketahanan ekonomi Rusia. Bessent juga menyinggung rencana tarif sekunder terhadap negara-negara yang masih membeli minyak Rusia, yang disebutnya dirancang untuk memicu “kehancuran total” ekonomi Moskow.
Eropa masih bergantung pada energi Rusia
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, energi menjadi sumber pendanaan utama Moskow sekaligus titik lemah bagi Eropa. Data Komisi Eropa mencatat, sepanjang 2024 UE masih mengimpor 52 miliar meter kubik gas Rusia dan 13 juta ton minyak mentah meskipun sudah berkomitmen mendiversifikasi pasokan.
Brussels telah mengajukan larangan impor bahan bakar fosil Rusia pada akhir 2027. Beberapa anggota parlemen bahkan mendorong percepatan ke Januari 2027. Namun sejumlah negara, termasuk Hungaria dan Slovakia, menolak langkah cepat karena ketergantungan tinggi pada pasokan Rusia.
Hingga kini, UE telah mengesahkan 18 paket sanksi. Paket ke-19 sedang disiapkan dengan fokus pada sektor energi dan logistik. Komisaris Energi, Dan Jorgensen, pekan lalu mengatakan para pemimpin siap melanjutkan meski tanpa dukungan bulat semua anggota.
Trump tegaskan tekanan politik
Presiden Trump sebelumnya sudah menyampaikan pesan langsung. Dalam konferensi “Koalisi yang Bersedia” pada Kamis lalu, ia meminta Eropa menghentikan pembelian energi Rusia yang menurut perhitungan pemerintah AS menghasilkan pendapatan €1,1 miliar bagi Moskow hanya dalam setahun.
AS juga menunjukkan kesediaan bertindak sepihak. Bulan lalu, Washington menerapkan tarif 50 persen terhadap India karena negara itu masih mengimpor minyak mentah Rusia.
Namun, sikap tegas AS tidak selalu sejalan dengan mitra G7. Pada pertemuan sebelumnya, Washington menolak ikut menurunkan batas harga minyak Rusia menjadi US$47,60 per barel, kebijakan yang disepakati negara-negara Eropa.
Bagi Brussels, desakan Washington menambah dilema. Di satu sisi, blok tersebut sudah memiliki jadwal jelas menuju penghentian energi Rusia pada 2028. Di sisi lain, tekanan untuk mempercepat langkah berpotensi menimbulkan perpecahan internal, terutama di negara-negara dengan ketergantungan tinggi.
Utusan sanksi UE, David O’Sullivan, memimpin tim negosiasi ke Washington pada Senin untuk membahas potensi langkah bersama. Seorang diplomat Eropa yang tidak disebutkan namanya menyatakan kepada media bahwa pertemuan ini penting untuk “menjembatani perbedaan pendekatan” antara AS dan UE.
Komisaris Jorgensen sebelumnya menuturkan bahwa UE “berkomitmen penuh” mengurangi ketergantungan energi dari Rusia. Namun ia mengingatkan bahwa transisi energi membutuhkan waktu, infrastruktur baru, dan konsensus politik.
Potensi Dampak bagi Pasar Energi
Jika AS dan Eropa sepakat mempercepat pemutusan energi dari Rusia, dampaknya diperkirakan signifikan terhadap pendapatan Moskow. Analis energi menilai langkah itu dapat memangkas puluhan miliar euro dari kas negara Rusia, meski juga berpotensi memicu gejolak harga energi global.
Bagi Eropa, percepatan larangan impor berarti harus memperbesar kontrak energi dengan AS, Timur Tengah, dan Afrika. Infrastruktur gas cair (LNG) di beberapa negara seperti Jerman dan Belanda kemungkinan akan menjadi jalur utama.
Namun, perbedaan tempo dan strategi antara Washington dan Brussels masih menjadi ganjalan. Pertemuan di Washington pekan ini akan menjadi ujian apakah sekutu transatlantik bisa menyatukan langkah, atau justru melanjutkan strategi masing-masing dalam menekan Rusia.

0Komentar