Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Wamildan Tsani Panjaitan, ikut mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungan kerja ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pembahasan rencana pembelian 50 pesawat Boeing. Pertemuan berlangsung pekan ini di tengah agenda lawatan resmi Presiden ke Washington, menyasar kelanjutan kesepakatan dagang antara Indonesia dan AS.
Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim, mengatakan kehadiran Wamildan dimaksudkan memastikan pembelian pesawat memberi keuntungan jangka panjang.
“Untuk keperluan kerja sama jangka panjang inilah Bapak Direktur Utama kami hari ini mendampingi Bapak Presiden Republik Indonesia dalam lawatan beliau ke Amerika Serikat untuk melakukan diskusi lanjutan terkait rencana pengadaan armada dari Boeing,” ujar Reza saat rapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (22/9), dikutip dari Kompas.
Rencana pembelian 50 pesawat sebagian besar tipe Boeing 777 merupakan bagian dari kesepakatan tarif resiprokal Indonesia–Amerika Serikat. Pemerintah menyebut langkah ini ikut menurunkan tarif impor barang dari 32 persen menjadi 19 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan negosiasi masih berjalan dan belum menghasilkan kesepakatan final meski uang muka telah disiapkan.
“Pembicaraan masih berlangsung dan belum mencapai kesepakatan final,” kata Airlangga. Ia menambahkan, transaksi tersebut diharapkan mendukung hubungan dagang kedua negara.
Garuda menekankan proses masih dalam tahap negosiasi. VP Corporate Secretary Garuda Indonesia, Cahyadi Indrananto, menjelaskan Boeing meminta pembayaran uang muka sebagai syarat penandatanganan nota kesepahaman.
“Saat itu belum deal (belum bisa tanda tangan MoU), karena Boeing meminta pembayaran DP sebagai bagian dari penandatanganan MOU itu. Hal tersebut yang kemudian kami terus negosiasikan,” ujarnya.
Garuda Indonesia menargetkan penambahan tujuh pesawat baru pada akhir 2025 sebagai langkah awal menuju rencana ekspansi armada lebih dari 100 pesawat pada 2029. Saat ini maskapai pelat merah itu mengoperasikan 78 pesawat, setelah menambah lima unit sejak Agustus 2025 di bawah manajemen baru.
Reza menyebut penambahan armada dilakukan bertahap untuk menangkap pertumbuhan pasar transportasi udara yang diproyeksikan mencapai 105 juta penumpang tahun ini.
“Garuda menargetkan melayani 12,2 juta penumpang pada 2025,” katanya.
Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, menyebut pembelian pesawat Boeing menjadi bagian penting program restrukturisasi Garuda Indonesia.
“Restrukturisasi Garuda Indonesia sudah menjadi prioritas,” ujarnya.
Dony menambahkan, jumlah pesawat yang terbatas memengaruhi kualitas layanan. “Kami berharap penambahan pesawat mampu mendongkrak standar layanan sekaligus memperkuat posisi Garuda Indonesia menjadi perusahaan yang sehat,” kata Dony, dikutip dari Katadata.
Rangkaian negosiasi ini menjadi bagian dari agenda besar pemerintah dan Garuda Indonesia untuk memperkuat hubungan dagang dengan Amerika Serikat sekaligus menata kembali kinerja maskapai nasional.

0Komentar