![]() |
| Konsumen beralih ke SPBU swasta imbas krisis kepercayaan, Dirut Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengakui kepercayaan menurun akibat kasus dugaan korupsi Rp193,7 triliun. (Pertamina) |
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengakui banyak konsumen bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi beralih ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta seperti Shell dan BP-AKR. Pengakuan ini disampaikan Simon di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Sabtu (21/9/2025), usai rapat bersama pemerintah.
“Dengan rendah hati menyampaikan adanya kasus ini kepercayaan masyarakat kepada Pertamina menurun, itu tentu PR besar bagi Pertamina. Kita harus kerja keras untuk kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat,” kata Simon di hadapan awak media.
Krisis kepercayaan Pertamina berawal dari kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk minyak yang mencuat sejak awal 2025. Penyidik menyebut potensi kerugian negara mencapai Rp193,7 triliun.
Sembilan petinggi Pertamina telah ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara yang masih bergulir di aparat penegak hukum.
Dampaknya terlihat di pasar BBM non-subsidi. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat pangsa SPBU swasta naik dari 11 persen pada 2024 menjadi sekitar 15 persen hingga Juli 2025. Kenaikan ini membuat kuota impor BBM swasta cepat habis, memaksa mereka mencari tambahan pasokan.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menilai pergeseran konsumen tak bisa dihindari dan meminta Pertamina segera memperbaiki layanan.
“Masyarakat punya hak memilih. Pertamina harus meningkatkan kualitas pelayanan dan produk agar kompetitif,” ujar Bahlil di lokasi yang sama.
Pemerintah juga memfasilitasi kesepakatan antara Pertamina dan operator swasta mulai dari Shell, BP-AKR, Vivo, hingga ExxonMobil —untuk pembelian base fuel atau BBM murni. Skema ini diharapkan mengurangi kelangkaan pasokan di SPBU non-Pertamina.
Meski pangsa swasta naik, Pertamina masih mendominasi dengan 85,47 persen pasar melalui 13.603 SPBU dari total 15.917 SPBU nasional. SPBU swasta mengelola 2.314 outlet atau 14,53 persen.
Simon menegaskan Pertamina tidak mengambil keuntungan dari kolaborasi distribusi base fuel dan akan menjalankan bisnis secara transparan.
Ia menambahkan perusahaan fokus memperbaiki tata kelola dan meningkatkan kualitas produk melalui pengembangan kilang berstandar Euro 5.
“Kami akan kerja keras menghasilkan produk berkualitas dan mendapatkan kembali dukungan masyarakat,” ujarnya.
Krisis ini menjadi ujian bagi Pertamina di tengah persaingan ketat dengan jaringan SPBU swasta yang kian agresif merebut konsumen BBM non-subsidi.

0Komentar