Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menepis anggapan bahwa belanja masyarakat melemah yang ramai diperbincangkan melalui istilah 'Rojali' rombongan jarang beli di pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan.
Ia menyebut bahwa yang terjadi bukanlah penurunan konsumsi, melainkan perubahan pola belanja masyarakat yang kini beralih ke platform digital.
“Isu soal Rojali atau Rohana [rombongan hanya tanya] itu tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Yang terjadi sebenarnya adalah pergeseran perilaku konsumsi masyarakat ke jalur online,” kata Airlangga dalam konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi kuartal II di Jakarta, Senin (5/8/2025).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Airlangga menjelaskan bahwa transaksi retail online pada kuartal II tahun ini tumbuh sebesar 7,55%. Hal ini menurutnya mencerminkan daya beli yang tetap aktif, meski tidak lagi tampak secara fisik di mal maupun pusat perbelanjaan.
Sektor produk kecantikan dan perawatan menjadi salah satu pendorong utama perubahan tersebut, dengan pertumbuhan penjualan mendekati 17% selama periode April hingga Juni. Sementara produk kebutuhan rumah tangga dan peralatan kantor melonjak hampir 30%, dengan total transaksi mencapai Rp71,8 triliun.
“Ini memperlihatkan bahwa konsumsi masyarakat tetap tinggi, bahkan sejalan dengan inflasi yang terkendali. Artinya, daya beli tetap terjaga,” ujarnya.
Konsumsi Online Jadi Pendorong PDB
Sementara itu, BPS mencatat bahwa ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% pada kuartal II 2025. Angka ini melampaui ekspektasi sebagian besar analis yang memperkirakan pertumbuhan tidak akan menembus 5%.
Konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor terbesar dengan porsi 54,25% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menyoroti adanya fenomena baru dalam pembentukan angka pertumbuhan ekonomi nasional.
“Pertumbuhan konsumsi yang terlihat saat ini tidak hanya berasal dari aktivitas belanja fisik, tetapi juga karena meningkatnya belanja masyarakat melalui marketplace dan e-commerce,” kata Edy.
Ia menambahkan bahwa transaksi digital kini telah secara resmi masuk dalam penghitungan PDB, menandai era baru dalam pencatatan aktivitas ekonomi nasional. Pergeseran dari belanja offline ke online disebut menjadi faktor kunci dalam menjaga konsumsi domestik tetap kuat di tengah berbagai tekanan global.

0Komentar