![]() |
| Presiden Prabowo klaim investasi Rp946 triliun pada semester I-2025 serap 1,2 juta tenaga kerja. Ekonom menilai rasio serapan kerja justru menurun. (Pemkab) |
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan capaian ekonomi dalam pidato kenegaraan di Kompleks Parlemen, Jumat (15/8/2025). Salah satu poin yang ditegaskan adalah keberhasilan investasi semester I-2025 yang disebut mencapai Rp942 triliun atau tumbuh 13,6% dan berhasil menyerap 1,2 juta tenaga kerja.
Klaim itu menjadi sorotan karena dinilai tidak sepenuhnya mencerminkan kualitas penciptaan lapangan kerja.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai klaim tersebut kurang tepat jika dilihat dari perbandingan historis. Menurutnya, investasi memang meningkat, tetapi dampak langsungnya terhadap tenaga kerja semakin kecil.
“Prabowo kurang tepat kalau hanya mengklaim total serapan kerja dari investasi 1,2 juta orang, sementara rasio investasi terhadap lapangan kerjanya makin menurun,” ujar Bhima.
Bhima membandingkan dengan kondisi satu dekade lalu. Pada 2015, investasi senilai Rp1 triliun dapat menyerap hingga 2,6 juta tenaga kerja. Kini, meski nilai investasi semester I-2025 menembus Rp942 triliun, serapan tenaga kerja hanya 1,2 juta orang.
Menurut Bhima, tren ini menunjukkan adanya penurunan kualitas investasi. “Nilai investasi naik, tetapi jumlah pekerja yang bisa ditarik semakin terbatas. Itu artinya kualitas investasinya menurun,” jelasnya.
Pandangan senada disampaikan Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi. Ia menilai perubahan struktur investasi menjadi faktor utama penyebab rendahnya serapan tenaga kerja per triliun rupiah.
“Penurunan tenaga kerja per Rp1 triliun investasi karena pergeseran ke sektor padat modal dan otomatisasi,” kata Syafruddin.
Ia mencontohkan investasi di sektor smelter, energi, pusat data, hingga manufaktur berteknologi tinggi. Proyek-proyek ini membutuhkan mesin dan perangkat mahal tetapi hanya sedikit pekerja per unit belanja.
Selain itu, Syafruddin menyebut adanya perubahan pola investasi. Jika dulu sektor konstruksi mendominasi dan padat karya, kini banyak investasi bergeser ke sektor operasi yang lebih efisien dan ramping.
“Porsi proyek konstruksi sekali jalan menurun dan bergeser ke operasi yang lebih efisien, sehingga rasio pekerjaan per rupiah terlihat mengecil,” tambahnya.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo juga menyinggung pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12% selama 299 hari pemerintahannya.
Ia menyebut pencapaian itu sebagai bukti arah kebijakan ekonomi berjalan sesuai harapan, meski sempat menyinggung kelangkaan minyak goreng di masa lalu sebagai contoh praktik manipulasi yang disebutnya “Serakahnomics”.
Namun, bagi para ekonom, angka pertumbuhan dan serapan tenaga kerja tidak bisa dilepaskan dari kualitas investasi. Meski produktivitas meningkat melalui sektor padat modal, keterbatasan perekrutan tenaga kerja tetap menjadi catatan penting.
Konteks data menunjukkan, capaian Rp942–946 triliun investasi pada semester I-2025 memang signifikan, tetapi dampak langsungnya terhadap penciptaan lapangan kerja semakin terbatas.
Pergeseran ke sektor teknologi tinggi dan energi terbarukan membuat produktivitas meningkat, namun hanya menyerap sedikit pekerja.
Dengan demikian, klaim keberhasilan investasi dalam menyerap tenaga kerja masih menimbulkan perdebatan. Pemerintah menekankan angka capaian makro, sementara ekonom menyoroti kualitas dan dampaknya terhadap masyarakat pekerja.

0Komentar