![]() |
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tunjuk Yulia Svyrydenko sebagai perdana menteri baru. Fokus utama: tingkatkan produksi senjata dalam negeri dari 40% ke 50% dalam 6 bulan. (AP) |
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali mengguncang kabinetnya. Kamis, 17 Juli 2025, ia secara resmi menunjuk Yulia Svyrydenko sebagai perdana menteri baru, menggantikan Denys Shmyhal yang kini diplot sebagai menteri pertahanan.
Langkah ini bukan sekadar pergantian jabatan, tapi sinyal tegas bahwa Kiev ingin bergerak lebih cepat khususnya dalam memperkuat industri pertahanannya.
Dalam pidato di hadapan parlemen, Zelensky menegaskan target ambisius pangsa produksi senjata dalam negeri yang saat ini berada di angka 40% harus naik menjadi 50% dalam enam bulan ke depan. Tekanan waktu ini mencerminkan situasi Ukraina yang semakin mendesak di tengah invasi Rusia yang belum mereda sejak awal 2022.
Svyrydenko, 39 tahun, bukan wajah baru dalam lingkaran dalam pemerintahan Zelensky. Sebelumnya ia menjabat sebagai wakil perdana menteri pertama sekaligus menteri pembangunan ekonomi dan perdagangan.
Ia dikenal sebagai teknokrat yang tangguh, dan punya rekam jejak penting dalam merundingkan kesepakatan mineral strategis dengan Amerika Serikat salah satu kesepakatan yang sempat meredakan ketegangan antara Kiev dan pemerintahan Trump.
“Perang tidak menyisakan ruang untuk penundaan,” tulis Svyrydenko dalam unggahan di platform X.
Ia menekankan bahwa enam bulan pertama pemerintahannya akan difokuskan pada tiga prioritas utama: memperkuat rantai pasokan militer, memperluas produksi senjata dalam negeri, dan meningkatkan kapabilitas teknologi pertahanan Ukraina.
Narasi yang dibawanya tidak hanya teknokratis, tapi juga bernada nasionalistik. Dalam pernyataannya yang dikutip Al Jazeera, ia menegaskan “Pemerintah kami menetapkan arah menuju Ukraina yang berdiri teguh di atas fondasinya sendiri.”
Penunjukan Svyrydenko mendapat dukungan kuat di parlemen, dengan 262 dari 450 anggota memberikan suara setuju.
Angka ini mengindikasikan dukungan politik yang relatif solid, meskipun di luar parlemen tak sedikit yang menilai reshuffle kali ini sebagai bentuk konsolidasi kekuasaan oleh Zelensky.
Tak hanya posisi perdana menteri yang berganti. Shmyhal, yang sebelumnya menjabat sejak 2020, dipindahkan ke kursi menteri pertahanan menggantikan Rustem Umerov yang terseret kasus korupsi.
Langkah ini dianggap sebagai upaya pembersihan sekaligus penajaman fungsi kementerian yang selama ini jadi pusat kritik publik, terutama terkait transparansi anggaran militer.
Selain itu, Olga Stefanishyna (39), yang sebelumnya menjabat sebagai menteri kehakiman, diangkat menjadi duta besar untuk Amerika Serikat jabatan strategis di tengah ketegangan global dan ketergantungan Ukraina pada bantuan militer Barat.
Penunjukannya masih menunggu lampu hijau dari Washington. Di posisi strategis lain, Oleksiy Sobolev kini dipercaya memimpin kementerian ekonomi, lingkungan, dan pertanian. Taras Kachka naik menjadi wakil perdana menteri untuk integrasi Eropa, sementara Andrii Sybiha (50) tetap di kursi menteri luar negeri.
Perombakan ini disebut-sebut sebagai salah satu reshuffle paling besar sejak invasi Rusia dimulai, dan dinilai sebagai bentuk adaptasi pemerintahan Zelensky terhadap tantangan medan perang dan tekanan ekonomi.
“Tujuan utama saya adalah hasil nyata dan positif yang akan dirasakan oleh setiap warga Ukraina dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Svyrydenko.
Saat ini, Ukraina tengah berusaha keras mengurangi ketergantungan pada suplai senjata dari negara-negara NATO, dengan memperkuat industri militernya sendiri.
Target 50% senjata domestik dalam enam bulan tentu bukan perkara mudah. Tapi bagi Zelensky, ini adalah taruhan besar membuktikan bahwa Ukraina bisa berdiri di atas kakinya sendiri, bahkan di tengah perang yang belum menemukan ujung.
Langkah ini juga akan diuji oleh kestabilan ekonomi nasional. Dengan inflasi yang masih tinggi dan ketergantungan pada bantuan luar negeri, Svyrydenko ditantang untuk menyeimbangkan antara belanja militer dan kebutuhan sipil.
Namun, dengan rekam jejak teknokratis dan jalur komunikasi yang baik dengan Washington, ia dianggap sebagai figur tepat untuk menjembatani kebutuhan medan perang dengan kebijakan jangka panjang.
Reshuffle kali ini tak sekadar bongkar pasang nama, melainkan sinyal bahwa Ukraina sedang bersiap masuk babak baru: perang yang lebih terorganisir, ekonomi yang lebih disiapkan, dan politik yang lebih terkonsolidasi.
0Komentar