![]() |
Ukraina serang Jembatan Crimea dari bawah laut usai hancurkan pangkalan udara Rusia. Serangan strategis picu eskalasi konflik. (Foto: UKRAINIAN SECURITY SERVICE via AFP) |
Pada 3 Juni 2025, Ukraina meluncurkan serangan terkoordinasi terhadap Jembatan Crimea, sebuah infrastruktur penting yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Crimea. Menggunakan peledak bawah air seberat 1.100 kg, serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik yang telah berlangsung sejak invasi Rusia pada 2022.
Meski tingkat kerusakan masih menjadi perdebatan, aksi ini menegaskan bahwa Ukraina semakin menargetkan titik-titik vital dalam rantai logistik militer Rusia.
Menurut pernyataan resmi Dinas Keamanan Ukraina (SBU), operasi ini bukanlah tindakan spontan. Persiapan telah dilakukan selama berbulan-bulan, dengan penempatan peledak di bawah air pada pilar pendukung jembatan sepanjang 19 kilometer itu.
Ledakan utama terjadi pada pukul 04:44 waktu setempat, menciptakan semburan air dan puing yang terekam dalam video yang kemudian dirilis ke publik.
Jembatan Crimea, yang dibuka pada 2018 dengan biaya sekitar $3,7 miliar, bukan hanya jalur penghubung biasa. Secara strategis, jembatan ini menjadi urat nadi pasokan militer Rusia ke wilayah pendudukan di Crimea, menjadikannya target yang sah secara militer menurut Ukraina.
Reaksi atas serangan ini menggambarkan ketegangan informasi antara kedua belah pihak. Ukraina mengklaim bahwa serangan tersebut berhasil merusak parah pilar-pilar bawah air dan memaksa jembatan dalam kondisi kritis.
Namun, Rusia membantah klaim itu. Otoritas di Moskow menyatakan bahwa jembatan hanya ditutup sementara dan lalu lintas kembali normal dalam waktu kurang dari 24 jam.
Aspek | Klaim Ukraina | Klaim Rusia |
---|---|---|
Tingkat Kerusakan | Pilar bawah air rusak parah | Tidak signifikan, jembatan berfungsi |
Gangguan Transportasi | Tidak dirinci | Dua kali penutupan sementara |
Metode Serangan | Peledak bawah air | Diduga menggunakan drone laut |
Reaksi Resmi | Target militer sah | Belum ada konfirmasi dari Kremlin |
Serangan ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Beberapa hari sebelumnya, Ukraina juga melancarkan serangan drone terhadap pangkalan udara Rusia, yang menurut laporan CNN, mengakibatkan kerugian besar hingga $7 miliar dan menghantam sekitar 34% pembawa peluru kendali strategis milik Rusia.
Keseluruhan aksi ini menunjukkan pola: Ukraina meningkatkan tekanan ke titik-titik vital militer Rusia, khususnya infrastruktur yang menopang logistik dan strategi jangka panjang Kremlin.
Dalam konteks ini, serangan ke Jembatan Crimea bisa dilihat sebagai bagian dari kampanye sistematis untuk merongrong dominasi Rusia di wilayah pendudukan.
Di media sosial, respons publik beragam. Beberapa pengguna memuji langkah Ukraina sebagai bentuk keberanian strategis, sementara yang lain skeptis terhadap dampaknya.
Salah satu unggahan di platform X oleh akun @Allareblessed2, menunjukkan antusiasme dengan penggunaan emoji dan dukungan terbuka. Sebaliknya, akun seperti @streifel_v menyoroti keberanian Ukraina dalam melakukan operasi-operasi militer berisiko tinggi.
Di sisi lain, para blogger militer Rusia mempertanyakan efektivitas serangan dan menduga bahwa dampaknya tidak sebesar klaim Ukraina.
Sementara itu, pemerintah Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, belum memberikan pernyataan resmi — sebuah keheningan yang memunculkan spekulasi tentang pertimbangan strategis internal Kremlin.
Serangan terhadap Jembatan Crimea menandai babak baru dalam strategi Ukraina: mengincar infrastruktur vital demi menggoyang fondasi logistik musuh.
Terlepas dari perbedaan narasi antara kedua belah pihak, satu hal menjadi jelas — medan tempur kini tidak lagi terbatas pada wilayah perbatasan, melainkan telah menjalar ke simbol-simbol kekuasaan dan konektivitas Rusia.
Ke depan, eskalasi semacam ini berpotensi mengubah arah konflik. Dengan Rusia yang terus menolak pembicaraan damai dan Ukraina yang makin agresif dalam taktik militernya, kawasan ini tampaknya akan menghadapi ketegangan yang lebih dalam lagi.
0Komentar