Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Israel dan Iran mungkin harus bertempur habis-habisan terlebih dahulu sebelum mencapai kesepakatan damai. (Foto: AP Photo/Evan Vucci)

Konflik terbuka antara Israel dan Iran yang meletus sejak 13 Juni 2025 kini memasuki hari keempat, dan dunia menyaksikan bagaimana ketegangan cepat berubah menjadi krisis besar di Timur Tengah. Saling serang menggunakan rudal dan drone, disertai korban jiwa yang terus bertambah, menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang regional berskala besar. 

Di tengah situasi genting ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan perdamaian, namun juga mengakui bahwa kedua pihak mungkin harus "bertempur habis-habisan" sebelum mencapai kesepakatan.

"Saya pikir sudah waktunya untuk mencapai kesepakatan," kata Trump di Gedung Putih sebelum terbang ke KTT G7 di Kanada, Senin (16/6). "Tapi terkadang mereka harus bertempur habis-habisan dulu. Kita lihat saja apa yang terjadi."

Konflik memanas ketika Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke berbagai lokasi strategis di Iran. 

Target serangan mencakup pangkalan militer, fasilitas nuklir, hingga area permukiman. Beberapa komandan militer dan ilmuwan Iran dilaporkan tewas. 

Serangan ini dipicu oleh kekhawatiran Israel terhadap percepatan program nuklir Iran, yang mereka anggap sebagai ancaman eksistensial.

Iran membalas dengan meluncurkan lebih dari 150 rudal balistik dan 100 drone ke wilayah Israel. Kota-kota seperti Tel Aviv dan Haifa mengalami kerusakan signifikan. 

Laporan dari Al Jazeera menyebutkan bahwa pada 16 Juni saja, serangan Iran menewaskan sedikitnya delapan orang di Israel, sementara jumlah total korban jiwa di Israel sejak awal serangan mencapai 24 orang, dengan lebih dari 500 orang terluka.

AS, meski membantah ikut dalam serangan awal Israel, diketahui membantu menembak jatuh sejumlah rudal Iran yang mengarah ke wilayah Israel. 

Presiden Trump memuji langkah Israel, namun juga memperingatkan Iran untuk tidak menyerang aset atau personel Amerika di kawasan. Lewat Truth Social, Trump menegaskan:

"Jika kita diserang dalam bentuk apa pun oleh Iran, maka kekuatan penuh Angkatan Bersenjata AS akan menyerang Anda pada level yang belum pernah terlihat sebelumnya."

Namun, di sisi lain, Trump juga menyampaikan keyakinan bahwa perdamaian masih mungkin tercapai. Ia bahkan menyebut potensi perjanjian damai seperti yang dulu ia klaim tercapai antara India dan Pakistan. Dalam wawancaranya dengan media India, Trump mengatakan:

"Saya yakin Iran dan Israel akan segera mencapai kesepakatan damai."

Menariknya, laporan dari New York Post menyebut bahwa Israel sempat berencana untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. 

Namun, Trump dikabarkan menolak rencana tersebut, menyebutnya terlalu berisiko dan dapat memicu perang yang jauh lebih luas.

Rencana perundingan nuklir antara AS dan Iran yang sedianya digelar di Oman pada 15 Juni mendadak dibatalkan. Pemerintah Iran menyatakan tidak akan melanjutkan negosiasi selama Israel masih menyerang wilayah mereka. 

Teheran juga mulai mengancam untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), sebuah langkah yang bisa meningkatkan kecurigaan Barat bahwa Iran memang sedang mengejar senjata nuklir.

Israel, di sisi lain, mengklaim serangan mereka hanya bertujuan untuk menunda atau menghancurkan kemampuan nuklir Iran. 

Menurut laporan NPR, beberapa fasilitas nuklir Iran telah rusak berat, meski belum ada laporan pasti mengenai dampaknya terhadap kapasitas produksi uranium Iran.

Berikut adalah rangkuman peristiwa utama berdasarkan informasi yang tersedia:
Tanggal Peristiwa Dampak
13 Juni 2025 Israel meluncurkan serangan udara besar ke fasilitas militer dan nuklir Iran. Komandan militer dan ilmuwan Iran tewas.
14 Juni 2025 Iran membalas dengan rudal dan drone ke kota-kota utama Israel. Kerusakan besar di Tel Aviv dan Haifa.
15 Juni 2025 Trump mendesak damai, namun keluarkan ancaman militer terhadap Iran. Iran batalkan perundingan nuklir dengan AS.
16 Juni 2025 Iran-Israel saling serang, infrastruktur energi Iran jadi sasaran. 8 warga Israel tewas, puluhan terluka, Kedutaan AS rusak ringan.

Konflik ini bukan sekadar adu kekuatan militer. Di baliknya ada berbagai isu mendalam yang sulit dipecahkan dengan cepat:

Program Nuklir Iran menjadi pusat pertentangan. Iran bersikeras programnya untuk tujuan damai, tapi Israel dan negara Barat meragukannya.

Peran AS juga menjadi dilema: mendukung Israel secara militer, tetapi juga mengklaim sebagai mediator damai.

Ketakutan akan Perang Regional: Konflik ini berpotensi melibatkan negara atau kelompok lain di kawasan, seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi pro-Iran di Suriah dan Irak.

Konflik Israel-Iran telah menciptakan situasi paling genting di Timur Tengah dalam dua dekade terakhir. Pernyataan Trump memperlihatkan upaya menyeimbangkan diplomasi dan ancaman kekuatan militer. 

Namun selama serangan masih berlangsung, dan tidak ada keinginan nyata dari kedua belah pihak untuk menahan diri, jalan menuju perdamaian masih tampak panjang dan berliku.

Akankah ini berakhir di meja perundingan, atau justru melebar menjadi perang besar?