Donald Trump dan Elon Musk terlibat saling hina di media sosial. Persahabatan mereka retak, memicu dampak besar di politik dan pasar global. (revistamercado.do)

Hubungan antara Donald Trump dan Elon Musk, yang pernah digambarkan sebagai "bromance" oleh media internasional, kini telah berubah menjadi konflik terbuka yang mencengangkan. Perseteruan ini meledak di panggung global, ditandai dengan serangan verbal di media sosial, ancaman pembatalan kontrak miliaran dolar, hingga tuduhan kontroversial yang belum terbukti. 

Ketegangan ini tidak hanya mengguncang hubungan pribadi mereka, tetapi juga berdampak signifikan pada pasar keuangan dan politik Amerika Serikat.

Pada Mei 2025, DPR AS mengesahkan RUU pengeluaran yang dijuluki "One, Big, Beautiful Bill" oleh Trump. RUU ini mencakup pemotongan pajak dan peningkatan anggaran pertahanan, namun menuai kritik keras dari Musk. 

Melalui platform X, Musk menyebut RUU tersebut sebagai "kekejian yang menjijikkan" karena dianggap memperburuk defisit anggaran AS. Kritik ini menjadi pemicu awal ketegangan, mengingat Musk sebelumnya menjabat sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), yang bertugas memangkas pemborosan anggaran.

Trump, yang dikenal tidak menerima kritik dengan lapang dada, menanggapi dengan keras. Dalam pidato yang disiarkan langsung dari Oval Office, ia mengungkapkan kekecewaannya pada Musk. 

"Saya sangat kecewa pada Elon. Saya telah banyak membantu dia," ujar Trump, sambil menyebut hubungan mereka yang sebelumnya erat kini berada di ujung tanduk. 

Trump bahkan mengancam akan membatalkan kontrak pemerintah senilai $18 miliar dengan perusahaan Musk, termasuk SpaceX dan Starlink, yang mencakup peluncuran roket dan layanan satelit.

Musk, yang dikenal dengan gaya komunikasinya yang blak-blakan, tidak tinggal diam. Melalui serangkaian unggahan di X, ia membalas klaim Trump dengan nada menantang. 

"Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilu 2024. Partai Demokrat akan menguasai DPR, dan Partai Republik hanya unggul tipis di Senat," tulis Musk, merujuk pada perannya sebagai donor terbesar kampanye Trump dengan sumbangan $300 juta. 

Ia bahkan mengadakan jajak pendapat di X tentang kemungkinan membentuk partai politik baru, sebuah langkah yang bisa mengancam basis dukungan Partai Republik.

Namun, yang paling menggemparkan adalah tuduhan Musk bahwa nama Trump tercantum dalam dokumen Jeffrey Epstein, seorang pemodal yang bunuh diri di penjara saat menunggu persidangan atas kasus kejahatan seks. 

Tuduhan ini, meskipun tidak didukung oleh bukti baru berdasarkan laporan media seperti BBC News, memicu kontroversi besar dan memperkeruh suasana. 

Trump membalas melalui Truth Social, menyebut Musk "gila" dan "semakin melemah," sambil mengulang ancaman untuk memutus kontrak pemerintah sebagai cara "menghemat miliaran dolar."

Perseteruan ini tidak hanya terbatas pada ranah politik dan media sosial, tetapi juga mengguncang pasar keuangan. Saham Tesla, perusahaan yang dipimpin Musk, anjlok 15% dalam semalam, menghapus lebih dari $100 miliar dari nilai pasar perusahaan. 

Penurunan ini mencerminkan sensitivitas investor terhadap konflik antara dua tokoh berpengaruh ini, terutama karena ketergantungan SpaceX dan Starlink pada kontrak pemerintah. 

Menurut Reuters, SpaceX memiliki kontrak senilai $15 miliar dengan NASA dan $733 juta dengan Pentagon, sementara Starlink diproyeksikan meraup pendapatan $11,8 miliar pada 2025, sebagian besar dari kontrak militer.

Sebelum konflik ini, Trump dan Musk memiliki hubungan yang erat. Musk, yang lahir di Afrika Selatan, menjadi sekutu kunci Trump selama kampanye 2024. Sebagai kepala DOGE, Musk memimpin pemangkasan puluhan ribu pekerjaan pemerintah dan pengurangan bantuan luar negeri AS. 

Namun, masa jabatannya hanya bertahan empat bulan, ditandai dengan keputusan kontroversial yang memicu kritik dari berbagai pihak. Hubungan mereka mulai retak ketika Musk secara terbuka menentang RUU pengeluaran Trump. 

Trump, yang baru saja menggelar acara perpisahan megah untuk Musk di Oval Office, merasa dikhianati. "Elon dan saya punya hubungan yang baik, tapi saya tidak tahu apakah kami akan melanjutkannya," ujar Trump saat berbicara di hadapan Kanselir Jerman Friedrich Merz.

Perseteruan ini memiliki implikasi yang luas. Ancaman Trump untuk membatalkan kontrak pemerintah dengan SpaceX dan Starlink tidak hanya mengancam keuangan perusahaan Musk, tetapi juga operasi strategis AS, termasuk peluncuran satelit militer dan dukungan komunikasi untuk Ukraina melalui program PLEO. 

Menurut SpaceNews, plafon kontrak Starlink dengan Angkatan Antariksa AS telah ditingkatkan menjadi $13 miliar, menunjukkan pentingnya perusahaan ini bagi kepentingan nasional.

Di sisi politik, langkah Musk untuk mempertimbangkan partai baru dapat mengguncang dinamika Partai Republik, meskipun Konstitusi AS melarangnya mencalonkan diri sebagai presiden karena status kelahirannya di luar AS. 

Sementara itu, tuduhan terkait dokumen Epstein, meskipun tidak terbukti, menambah bahan bakar pada narasi kontroversial seputar Trump.

Perseteruan antara Trump dan Musk adalah contoh nyata bagaimana hubungan pribadi antara dua tokoh berpengaruh dapat memengaruhi politik, ekonomi, dan pasar global. 

Dari "bromance" yang dipuji media hingga konflik terbuka yang mengguncang dunia, perjalanan hubungan mereka mencerminkan tarik-menarik kekuasaan, ego, dan kepentingan finansial. 

Sementara saham Tesla merasakan dampak langsung, ancaman terhadap kontrak pemerintah dan potensi perubahan lanskap politik AS menunjukkan bahwa dampak perseteruan ini masih jauh dari selesai.