QRIS Tap mencatat lonjakan pengguna dari 20,8 juta jadi 47,8 juta hanya dalam 2 bulan. Dengan kecepatan transaksi 0,3 detik, layanan ini disiapkan Bank Indonesia untuk ekspansi ke sektor transportasi dan UMKM. (Foto: Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)

Layanan pembayaran digital QRIS Tap mencetak rekor baru. Hanya dalam waktu kurang dari dua bulan, jumlah penggunanya melonjak dari 20,8 juta pada April 2025 menjadi 47,8 juta per Juni 2025. Ini menandai adopsi tercepat sepanjang sejarah implementasi sistem pembayaran digital di Indonesia.

Pertumbuhan pesat ini diumumkan langsung oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (18/6/2025). 

Tak hanya dari sisi pengguna, jumlah merchant juga ikut melejit — dari 2.353 saat peluncuran pada 14 Maret 2025, menjadi 648.034 merchant per 6 Juni 2025. Itu artinya, terjadi lonjakan 275 kali lipat dalam waktu kurang dari dua bulan.

“Per 6 Juni 2025, merchant QRIS Tap mencapai 648.034. Ini berarti dalam waktu belum genap dua bulan, terjadi peningkatan 275 kali dari uji coba awal,” ungkap Filianingsih.

QRIS Tap adalah fitur pembayaran berbasis teknologi Near Field Communication (NFC) yang memungkinkan konsumen cukup menempelkan ponsel ke mesin pembaca tanpa perlu memindai kode QR. 

Transaksi pun berlangsung super cepat, hanya 0,3 detik, jauh lebih efisien dibandingkan metode berbasis chip yang memakan waktu 4-5 detik.

Ledakan adopsi QRIS Tap tak lepas dari kolaborasi BI dengan 15 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), termasuk bank Himbara, bank swasta nasional, serta penyedia dompet digital seperti GoPay, ShopeePay, dan Dana. 

Layanan ini saat ini sudah bisa digunakan di berbagai sektor, mulai dari MRT Jakarta, Transjakarta (Royaltrans), DAMRI (JR Connexion Jabodetabek), hingga tempat parkir pusat perbelanjaan.

Lonjakan pengguna QRIS Tap juga didorong oleh karakteristik layanan yang ringkas dan praktis, terutama di kota-kota besar yang mobilitas masyarakatnya tinggi. Namun BI mengingatkan pentingnya kesiapan dari sisi teknologi dan pemahaman publik.

“QRIS Tap ini sangat cepat dan mudah, tapi masyarakat perlu paham cara penggunaannya. Maka dari itu, BI akan gencar melakukan sosialisasi, termasuk training for trainers sampai ke pelosok daerah,” jelas Filianingsih.

Dari sisi risiko, BI mencermati beberapa tantangan yang masih perlu dijawab, seperti ketersediaan perangkat NFC yang belum merata, terutama di wilayah terpencil, serta edukasi pengguna soal saldo digital yang mencukupi saat transaksi. 

Meski demikian, antusiasme tinggi dari pelaku usaha, terutama sektor UMKM dan transportasi, menjadi sinyal positif bahwa ekosistem QRIS Tap punya daya dorong besar terhadap digitalisasi ekonomi.

Dicky Kartikoyono, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, menambahkan bahwa QRIS Tap dirancang khusus untuk merespons kebutuhan transaksi cepat di lapangan.

“QRIS Tap dirancang untuk efisiensi, khususnya di transportasi. Antrean bisa dipangkas drastis karena tidak perlu membuka aplikasi atau memindai. Tinggal tempel, langsung selesai,” kata Dicky.

Ke depan, Bank Indonesia menargetkan ekspansi layanan QRIS Tap ke lebih banyak moda transportasi dan layanan publik. Tidak hanya itu, kerja sama lintas negara juga tengah disiapkan. 

Mulai 17 Agustus 2025, pengguna QRIS akan bisa melakukan transaksi di Jepang dan China, membuka peluang besar bagi wisatawan dan pelaku bisnis lintas negara.

Ledakan adopsi QRIS Tap ini menjadi tonggak penting dalam transformasi digital Indonesia. Dengan kecepatan transaksi, jangkauan luas, dan dukungan regulator, bukan tidak mungkin QRIS Tap akan menjadi standar baru pembayaran harian masyarakat Indonesia.