Laba Gudang Garam anjlok 82% pada kuartal I 2025 akibat kenaikan cukai rokok dan melemahnya daya beli. Nasib petani tembakau pun ikut tertekan. (Ilustrasi: Apluswire/Nabilla Elisa Maharani)

PT Gudang Garam Tbk (GGRM), raksasa rokok kretek Indonesia, mencatatkan laba bersih Rp104,43 miliar pada kuartal I 2025, anjlok 82,46% dari Rp595,57 miliar pada periode sama tahun lalu. 

Penurunan drastis ini tak hanya mengguncang keuangan perusahaan, tetapi juga menghapus kekayaan pemiliknya, Susilo Wonowidjojo, hingga Rp102,97 triliun dalam enam tahun terakhir. 

Petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, pun merasakan efek domino dari krisis ini.

Penurunan kinerja GGRM dipicu oleh kenaikan cukai rokok yang signifikan, yang memukul daya beli konsumen.
   
Pendapatan perusahaan turun 12% menjadi Rp23,06 triliun pada kuartal I 2025 dari Rp26,26 triliun pada kuartal I 2024.
   
Laba kotor merosot 28% menjadi Rp2 triliun, sementara laba usaha longsor dari Rp981,9 miliar menjadi Rp315,45 miliar.

"Kenaikan cukai rokok secara bertahap sejak beberapa tahun terakhir telah menekan penjualan rokok kretek, terutama di segmen menengah ke bawah," ujar ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri.

Selain itu, GGRM menghentikan pembelian tembakau dari Temanggung sejak akhir 2024 karena stok berlebih yang cukup untuk empat tahun ke depan. 

Kepala Desa Purbasari, Temanggung, Pujiyono, mengungkapkan, "Tahun lalu Gudang Garam dan Nojorono sudah absen beli di Kabupaten Temanggung."

Penghentian pembelian tembakau oleh GGRM telah memukul petani di Temanggung, yang dikenal sebagai penghasil tembakau berkualitas tinggi. 

Ribuan petani kesulitan menjual hasil panen, meskipun ada pembeli alternatif seperti Grup Djarum dan Sukun. 

Produksi tembakau Temanggung mencapai 10.000 ton per tahun, tetapi pasar lokal kini lesu, dan stok menumpuk.
 

Kekayaan Susilo Wonowidjojo juga tergerus parah. Menurut Forbes, pada Desember 2024, kekayaannya tinggal US$2,9 miliar (Rp47,4 triliun), turun 68,5% dari US$9,2 miliar pada 2018. Penurunan ini sejalan dengan anjloknya harga saham GGRM dari Rp90.000 menjadi Rp9.600.

Pemerintah Kabupaten Temanggung bergerak cepat. Bupati Agus Setyawan telah mengunjungi pabrik GGRM di Kediri dan mengirim surat ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, meminta evaluasi kebijakan cukai rokok. 

"Kami berharap ada solusi agar petani tidak terus terjepit," ujar pada Senin (16/6/2025).

Namun, hingga kini, belum ada respons konkret dari pemerintah pusat. Faisal Basri menambahkan, "Pemerintah harus mencari keseimbangan antara menekan konsumsi rokok demi kesehatan dan menjaga rantai pasok industri, termasuk nasib petani."

Ke depan, GGRM diperkirakan masih menghadapi tekanan akibat kebijakan cukai dan persaingan dengan rokok ilegal. 

Laporan keuangan berikutnya pada 29 Juli 2025 akan menjadi indikator penting. Bagi petani Temanggung, diversifikasi tanaman atau dukungan pasar baru menjadi solusi jangka panjang.

"Pemerintah perlu intervensi, seperti subsidi untuk petani atau penguatan pasar ekspor tembakau," saran Direktur Eksekutif Center for Indonesia Policy Studies (CIPS), Rainer Heufers.

Krisis ini menunjukkan betapa rapuhnya industri rokok di tengah kebijakan fiskal yang ketat. Tanpa solusi cepat, efek domino akan terus meluas, dari petani hingga pundi-pundi pemilik Gudang Garam.