Gen Z kini lebih memilih platform alternatif untuk mencari informasi, membuat dominasi Google di pasar mesin pencari mulai terancam. (Foto: REUTERS/Annegret Hilse)

OpenAI resmi meluncurkan pembaruan besar pada fitur pencarian ChatGPT pada 13 Juni 2025. Dengan peningkatan dalam memahami konteks, memberikan informasi terkini, hingga menyertakan tautan sumber terpercaya, ChatGPT kini tampil sebagai penantang serius Google di pasar mesin pencari global.

Pembaruan ini datang seiring dengan perubahan kebiasaan pengguna internet, terutama dari generasi muda seperti Gen Z dan milenial, yang semakin mengandalkan chatbot AI dan media sosial seperti TikTok sebagai sarana utama pencarian informasi yang cepat dan relevan.

OpenAI menyebut ChatGPT kini mampu memahami konteks percakapan yang lebih panjang, mematuhi instruksi dengan lebih akurat, dan mengurangi respons yang terkesan mengulang. Kemampuan ini didukung oleh sistem GPT-4o yang telah ditingkatkan.

"Kemampuan lebih tangguh mengikuti instruksi, khususnya dengan percakapan lebih panjang, akan mengurangi respons berulang secara signifikan," jelas OpenAI dalam pernyataannya, dikutip dari Bleeping Computer.

Salah satu fitur unggulan adalah penyematan sumber informasi langsung dalam hasil jawaban, memungkinkan pengguna melakukan verifikasi dengan mudah.

“Ini memadukan manfaat interface bahasa alami dengan nilai skor olahraga terkini, berita, harga saham dan banyak lagi,” tulis OpenAI.

Meski begitu, perusahaan tetap memberikan peringatan kepada pengguna bahwa AI bukan tanpa kekurangan.

“ChatGPT masih bisa membuat kesalahan. Kami menyarankan pengguna untuk tetap memeriksa ulang jawaban yang diberikan,” imbuhnya.


Pengguna mulai tinggalkan Google

Sinyal pergeseran besar datang dari survei yang dilakukan oleh The Verge dan Vox Media terhadap 2.000 pengguna internet dewasa di Amerika Serikat. Hasilnya, banyak pengguna mulai merasa Google tak lagi seefektif dulu.

“42% mengatakan mesin pencari seperti Google makin tak berguna,” tulis The Verge.

“66% menilai kualitas informasi di internet kian buruk, dan mereka kesulitan menemukan sumber terpercaya.”

“55% kini memilih bertumpu pada komunitas, bukan Google, untuk mencari informasi terbaru.”

Bahkan lebih dari setengah responden kini mengandalkan platform AI dan sosial seperti TikTok untuk mencari informasi spesifik yang mereka butuhkan.

“Teknologi warisan seperti Google dan platform sosial lainnya mulai kehilangan kepercayaan masyarakat. Banyak orang yang beralih ke chatbot AI dan komunitas kecil, serta platform semacam TikTok,” lanjut laporan itu.

Kalangan muda menjadi pendorong utama pergeseran perilaku pencarian digital. Dalam survei yang sama, 61% Gen Z dan 53% milenial mengaku lebih nyaman menggunakan tools AI dibanding Google untuk pencarian mendalam dan tematik.

Mereka menilai AI menawarkan jawaban yang lebih langsung dan tidak disisipi iklan berlebihan seperti di halaman hasil pencarian Google. 

Sebanyak 76% pengguna sadar bahwa lebih dari seperempat hasil pencarian Google merupakan konten bersponsor, dan hanya 14% yang menganggapnya benar-benar membantu.


Google masih dominan, tapi...

Meski Google masih menjadi raksasa dalam industri pencarian, data menunjukkan bahwa ChatGPT mulai menggerogoti pangsa pasar.

Menurut StatCounter, Google masih menguasai 89,57% pangsa pasar mesin pencari global per Mei 2025. Di AS, angkanya berada di 86,83% berdasarkan data ProceedInnovative. Namun, pangsa pasar ChatGPT mengalami lonjakan signifikan.

Berdasarkan laporan Opollo.com, ChatGPT naik dari 0,25% di awal 2024 menjadi 2,1% di awal 2025, tumbuh lebih dari 740%.

SERoundtable bahkan melaporkan bahwa pangsa ChatGPT sempat menembus 4,33% pada Oktober 2024.

Kenaikan ini menjadi sinyal bahwa pengguna mulai membuka diri terhadap pendekatan baru dalam mencari informasi.


Google melawan balik dengan fitur AI

Menanggapi perkembangan ini, Google tak tinggal diam. Dalam ajang Google I/O 2025, raksasa teknologi tersebut memperkenalkan fitur AI Mode yang mengintegrasikan teknologi chatbot Gemini langsung ke dalam halaman hasil pencarian.

“Google menambahkan Gemini- atau ChatGPT-style chatbot ke halaman hasil pencarian, mirip dengan strategi OpenAI,” tulis The Verge dalam ulasan mereka.

Langkah ini menandakan bahwa Google mulai menyadari kebutuhan pengguna akan informasi yang lebih ringkas dan kontekstual, bukan sekadar daftar link panjang.

Selain ChatGPT dan Google Gemini, kini hadir pula berbagai mesin pencari berbasis AI lainnya yang mulai mencuri perhatian, antara lain:

iAsk.Ai

Brave Search

Andi Search

Komo AI


Meski belum mendominasi, kehadiran mereka menandakan adanya dorongan menuju era pencarian yang lebih terpersonalisasi, efisien, dan bebas iklan.

Perkembangan teknologi pencarian berbasis AI seperti ChatGPT membawa angin segar sekaligus tantangan besar bagi pemain lama seperti Google. 

Pengguna kini menginginkan jawaban yang cepat, relevan, dan bebas dari bias iklan—sesuatu yang ditawarkan oleh chatbot AI.

Di sisi lain, Google masih punya kekuatan infrastruktur dan data yang sangat besar. Namun, jika tidak cepat beradaptasi, dominasi mereka bisa perlahan-lahan terkikis oleh pendekatan baru yang lebih disukai generasi muda.

Era mesin pencari tradisional sedang menghadapi ujian besar, dan masa depan pencarian informasi kini bergeser ke tangan teknologi kecerdasan buatan.