Jepang mencetak rekor kecepatan internet 1,02 petabit per detik, sementara Tiongkok meluncurkan jaringan 10G pertama di dunia. Bagaimana posisi Indonesia dalam persaingan global internet? (Unsplash/Frederick Lipfert)

Lembaga Nasional Teknologi dan Komunikasi Informasi Jepang (NICT), bekerja sama dengan Sumitomo Electric, telah mencetak rekor dunia baru dalam kecepatan transmisi data. Mereka berhasil mencapai kecepatan 1,02 petabit per detik (Pbps) sepanjang jarak 1.808 kilometer. 

Pencapaian ini menggunakan serat optik 19-core yang mendukung teknologi multiplexing panjang gelombang (WDM), dan sepenuhnya kompatibel dengan infrastruktur serat optik yang sudah ada.

Menurut siaran pers resmi pada 29 Mei 2025, teknologi ini menggunakan 180 panjang gelombang pada pita C dan L, serta modulasi 16QAM. Dengan pengulangan lintasan sepanjang 86,1 km sebanyak 21 kali, kapasitas totalnya mencapai 1,86 exabit per detik x km—melampaui rekor sebelumnya yang hanya 0,138 petabit per detik dalam jarak 12.345 km. 

Temuan ini dipresentasikan dalam Konferensi Komunikasi Serat Optik (OFC 2025), dan diharapkan menjadi fondasi penting bagi pengembangan teknologi komunikasi masa depan, seperti kecerdasan buatan (AI) dan video 8K.

Sementara itu, Tiongkok meluncurkan jaringan broadband 10G pertama di dunia yang berlokasi di Xiong’an, kota futuristik dekat Beijing. Jaringan ini merupakan kolaborasi antara Huawei dan China Unicom, menggunakan teknologi 50G-PON untuk menghadirkan kecepatan unduh hingga 10 Gbps.

Dengan kapasitas ini, pengguna dapat mengunduh film 4K berukuran 20GB dalam waktu kurang dari 20 detik, serta menikmati streaming video 8K secara mulus. Diberitakan pada April 2025, peluncuran ini menjadikan Tiongkok sebagai pelopor dalam infrastruktur internet generasi berikutnya, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi digital melalui pembangunan kota pintar (smart city).

Menurut laporan Speedtest Global Index per April 2025, kecepatan internet Indonesia menunjukkan peningkatan, meski masih tertinggal dibandingkan negara lain. Indonesia menempati peringkat ke-85 untuk internet seluler, dengan kecepatan unduh median 40,51 Mbps, kecepatan unggah 15,01 Mbps, dan latensi 23 ms. 

Untuk jaringan tetap (fixed broadband), Indonesia berada di posisi ke-120, dengan kecepatan unduh 34,37 Mbps, unggah 22,31 Mbps, dan latensi 8 ms.

Tabel berikut merangkum data terbaru dari Indonesia:

Performa Internet Indonesia - April 2025

Kategori Peringkat Perubahan Unduh (Mbps) Unggah (Mbps) Latensi (ms)
Internet Seluler 85 -2 40,51 15,01 23
Fixed Broadband 120 +3 34,37 22,31 8

Peringkat ini menunjukkan adanya kemajuan, khususnya pada jaringan tetap yang naik tiga posisi. Namun, penurunan peringkat pada internet seluler menunjukkan tantangan dalam mempertahankan pertumbuhan. 

Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, Indonesia masih tertinggal, memperlihatkan perlunya investasi lebih lanjut pada infrastruktur telekomunikasi. 

Pemerintah sendiri telah merencanakan kebijakan seperti larangan layanan broadband tetap di bawah 100 Mbps sebagai bagian dari upaya meningkatkan standar nasional.

Pencapaian Jepang dan Tiongkok mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam pengembangan infrastruktur internet. Jepang berfokus pada kapasitas besar dan jarak jauh—ideal untuk pusat data dan konektivitas internasional—sementara Tiongkok mengedepankan kecepatan akses untuk konsumen dan kota pintar.

Bagi Indonesia, data terbaru menunjukkan perlunya strategi nasional yang lebih kuat, baik melalui adopsi teknologi mutakhir seperti serat optik multi-core maupun perluasan jaringan 5G. 

Dengan mempercepat pengembangan ini, Indonesia berpeluang memperkecil kesenjangan digital dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis digital.

Terobosan kecepatan internet di Jepang dan Tiongkok menandai era baru dalam komunikasi digital global. Sementara Indonesia menunjukkan tanda-tanda kemajuan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar dapat bersaing secara global. 

Dengan kebijakan yang tepat dan investasi teknologi yang berkelanjutan, Indonesia dapat meraih lompatan besar menuju transformasi digital yang inklusif dan berdaya saing.