Iran meluncurkan 550 rudal ke Israel selama 12 hari konflik, namun mengklaim hanya menggunakan 5% dari total kekuatan militernya. (REUTERS/Majid Asgaripour)

Iran mengklaim hanya mengerahkan kurang dari 5% dari kekuatan militernya dalam perang selama 12 hari melawan Israel pada Juni 2025. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Brigadir Jenderal Mohammad-Reza Naghdi, wakil komandan IRGC (Pasukan Garda Revolusi Islam), dalam wawancara televisi yang disiarkan 28 Juni lalu. 

Tapi benarkah Iran hanya "memanaskan mesin"?

Klaim ini langsung memicu perdebatan. Di satu sisi, Iran meluncurkan sekitar 550 rudal balistik dan 1.000 drone selama periode 13–24 Juni 2025. 

Tapi di sisi lain, sejumlah analis militer menilai bahwa kekuatan utama Iran—termasuk pasukan darat, sistem pertahanan udara, dan armada lautnya—belum sepenuhnya dikerahkan.

Konflik bermula pada 13 Juni 2025, setelah serangan Israel ke fasilitas militer dan nuklir Iran. 

Iran merespons dengan gelombang serangan rudal dan drone, termasuk rudal hipersonik Fattah-1 yang mampu melaju hingga Mach 15.

Israel dibantu oleh Amerika Serikat, yang mengerahkan sistem pertahanan canggih THAAD (Terminal High Altitude Area Defense). 

Namun, menurut laporan Newsweek, AS harus menggunakan 15–20% dari cadangan global THAAD untuk mencegat serangan Iran, dengan total biaya diperkirakan mencapai US$ 810 juta hingga US$ 1,2 miliar dalam waktu kurang dari dua minggu.

Klaim Naghdi bahwa Iran hanya mengerahkan “kurang dari 5% dari kapasitas pertahanan” tampak kontradiktif jika melihat jumlah peluncuran rudal. 

Berdasarkan estimasi dari CSIS dan Iran Watch, Iran memiliki sekitar 2.000–3.000 rudal balistik. Artinya, meluncurkan 550 rudal berarti Iran telah menggunakan 18–28% dari total arsenal rudalnya.

Namun, jenderal IRGC lain, Mohsen Rezaei, menyatakan bahwa hanya 5% dari total kekuatan militer yang digunakan—termasuk semua cabang seperti darat, udara, dan laut. Ini memperkuat narasi bahwa Iran masih menahan “senjata pamungkasnya”.

“Kemampuan utama kami masih belum digunakan dan belum memasuki medan perang,” kata Nagdhi

Meskipun sebagian besar serangan berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel dan AS, dampaknya tetap terasa. Sistem pertahanan Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow bekerja 24/7, menyebabkan kelelahan sistem dan tekanan logistik besar.

Bahkan menurut Military Watch Magazine, penggunaan besar-besaran sistem THAAD oleh AS adalah sinyal bahwa Iran memiliki kemampuan ofensif yang mampu menekan aliansi militer utama Israel.

Namun, efektivitas serangan Iran masih dipertanyakan. Menurut International Institute for Strategic Studies (IISS), sebagian besar rudal gagal mengenai target strategis. 

Beberapa menghantam infrastruktur sipil, tapi tidak menghentikan aktivitas militer atau energi Israel.

Para pakar memberikan pandangan beragam soal klaim “5%” ini:

Atlantic Council menyebut bahwa kekuatan Iran berbasis pada tiga elemen: jaringan proksi, rudal balistik, dan program nuklir. Ketiganya belum digunakan sepenuhnya, meski program nuklir mengalami gangguan besar akibat konflik.

Institute for the Study of War (ISW) menyoroti akurasi rudal Iran yang terbatas, sementara IISS mencatat Iran masih menyimpan banyak senjata jarak pendek dan menengah yang belum dikerahkan.

Dari sisi politik, Carnegie Endowment menilai Iran belum habis-habisan, dan kemungkinan akan mempercepat program nuklir sebagai strategi jangka panjang pascakonflik.

Meskipun gencatan senjata diberlakukan sejak 24 Juni 2025, suasana di kawasan tetap panas. Baik Iran maupun Israel saling mengklaim kemenangan, namun keduanya juga menunjukkan tanda kelelahan strategi.

Iran kemungkinan besar masih menyimpan cadangan kekuatan untuk konflik masa depan atau untuk memberi tekanan diplomatik terhadap Israel dan AS di arena internasional.

Analis militer dari Arms Control Wonk memperingatkan, “Jika 5% saja bisa menekan sistem pertahanan AS sebesar itu, maka kita belum melihat ‘badai’ yang sebenarnya dari Iran.”

Secara parsial, klaim 5% bisa dibenarkan—jika yang dimaksud adalah keseluruhan kekuatan militer Iran yang mencakup ribuan personel, armada laut, dan sistem pertahanan dalam negeri yang belum bergerak. 

Namun jika fokus pada penggunaan rudal, angka aktual menunjukkan pemakaian hampir ¼ dari total arsenal, yang menimbulkan tanda tanya besar.

Kekuatan Iran belum sepenuhnya diuji, namun perang 12 hari itu sudah memberi peringatan keras kepada Israel dan sekutunya: jika ini hanya 5%, bagaimana jika 100%?