![]() |
Menteri Investasi Rosan Roeslani memastikan konflik Iran-Israel belum berdampak pada investasi asing di Indonesia. PMA naik 12,7% pada kuartal I 2025 mencapai Rp230,4 triliun. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan) |
Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang makin memanas sejak awal 2025 tak membuat laju investasi asing ke Indonesia terhambat. Hingga kuartal I 2025, realisasi investasi tercatat mencapai Rp465,2 triliun. Dari angka itu, Penanaman Modal Asing (PMA) berkontribusi hampir separuhnya, yakni Rp230,4 triliun atau sekitar 49,5 persen. Naik 12,7% dibanding periode sama tahun lalu.
Artinya, aksi jorok asing yang biasa terjadi saat konflik internasional justru tak terlihat di Indonesia. Padahal, beberapa negara lain mengalami tekanan dari ketidakpastian global.
“Dampaknya boleh dibilang hampir, kalau ke kami ya, dari segi investasi foreign bank investment, boleh dibilang belum kita lihat ya sampai sejauh ini,” ujar Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan P Roeslani, di Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Pernyataan Rosan muncul di tengah kekhawatiran sejumlah pihak, termasuk anggota DPR dan pelaku industri, yang mencemaskan efek domino konflik Iran-Israel terhadap ekonomi domestik.
Apalagi, konflik ini juga melibatkan intervensi militer dari Amerika Serikat dan klaim gencatan senjata 12 hari yang belum terkonfirmasi. Tapi di balik ketidakpastian itu, Indonesia tetap menjadi magnet bagi investor asing.
“Karena kalau kita lihat nature dari para investor kita, terutama yang dari investment, itu kan terkonsentrasinya memang lebih banyak di negara Asia ya. Seperti Singapura, kemudian China, Hongkong, Malaysia, Jepang, Korea. Jadi komitmennya tetap sama, tetap tinggi,” tegas Rosan.
Data BKPM memperkuat klaim tersebut. Dibanding kuartal I 2024, PMA Indonesia meningkat dari Rp204,4 triliun menjadi Rp230,4 triliun.
Sebagian besar berasal dari negara-negara Asia yang dinilai tidak terpengaruh langsung oleh konflik di Timur Tengah.
Negara seperti Singapura, China, Jepang, hingga Korea Selatan tetap menjadi motor utama arus masuk investasi ke RI.
“Semuanya oke kok, perjalanan baik,” ujar Rosan santai, merespons isu bahwa proyek-proyek investasi bisa tertunda atau batal akibat situasi geopolitik.
Optimisme Rosan juga dikonfirmasi oleh laporan media seperti Tirto, Kompas, hingga Kumparan dan Bali Post, yang mencatat tidak adanya gangguan signifikan dari konflik terhadap arus masuk modal asing.
Bahkan menurutnya, hingga pertengahan 2025, tren realisasi investasi tetap dalam jalur positif.
Meski demikian, sejumlah ekonom mengingatkan agar pemerintah tetap waspada. Situasi geopolitik yang tak menentu bisa berdampak ke jalur logistik global, harga komoditas energi, hingga sentimen investor dalam jangka panjang.
Untuk saat ini, Indonesia masih berada dalam zona aman. Tapi jika eskalasi konflik berlanjut, terutama jika berdampak pada harga minyak dunia dan arus perdagangan internasional, maka risiko efek rambatan (spillover effect) tetap perlu diantisipasi.
Terlebih, Indonesia sedang giat-giatnya menggaet investor untuk masuk ke sektor hilirisasi, energi terbarukan, dan digitalisasi industri.
Namun, selama investor melihat Indonesia sebagai tempat aman dan menjanjikan, investasi diprediksi tetap akan mengalir deras. “Performanya sangat-sangat baik dan sangat positif,” ujar Rosan soal capaian semester I tahun ini.
Dengan posisi strategis dan dukungan stabilitas domestik, Indonesia tampaknya masih jadi pilihan utama bagi investor kawasan, meski dunia sedang dibayangi konflik dan ketidakpastian global.
0Komentar