Pemerintah Indonesia menargetkan pembangunan jalur kereta api sepanjang 10.524 km hingga 2030. Proyek ini diharapkan menekan biaya logistik dan meningkatkan konektivitas antarwilayah. (Antara Foto/Erlangga Bregas Prakoso)

Indonesia tengah menyiapkan lompatan besar dalam sistem transportasi dengan mengembangkan jaringan rel kereta api. Pemerintah menargetkan pembangunan jalur sepanjang 10.524 kilometer pada tahun 2030, naik signifikan dari 7.032 kilometer yang sudah beroperasi saat ini. 

Proyek ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk memangkas biaya logistik dan memperkuat konektivitas antarwilayah.

Rencana ini tertuang dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030, yang mencakup pembangunan jalur di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. 

Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Allan Tandiono, kereta api adalah moda transportasi yang efisien dan punya potensi besar dalam mendongkrak ekonomi. 

Dalam konferensi infrastruktur internasional di Jakarta, 11 Juni 2025, ia mengatakan, “Transportasi yang baik bisa mengurangi biaya logistik. Kereta api adalah moda yang sangat efisien dan punya peran besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.”

Untuk mewujudkan target tersebut, dibutuhkan dana sekitar USD 54,3 miliar. Sekitar 32% berasal dari anggaran pemerintah, sementara sisanya diharapkan dari investor swasta, baik dalam maupun luar negeri. 

Beberapa proyek prioritas antara lain Bandung Urban Railway dan jalur dari Bandara Sepinggan ke Ibu Kota Nusantara (IKN), yang ditawarkan lewat skema kerja sama pemerintah dan swasta (PPP). Proyek Bandung, misalnya, menjanjikan imbal hasil investasi hingga 11,9%.

Pemerintah Siap Permudah Investasi

Pemerintah berkomitmen menciptakan iklim investasi yang ramah dan transparan. “Kami ingin bisnis dengan kami terasa lancar dan menyenangkan,” ujar Allan. 

Pemerintah berupaya memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum kepada investor, termasuk untuk proyek besar seperti pembangunan metro bawah tanah yang biayanya bisa mencapai USD 120 juta per kilometer.

Tak hanya dari sisi finansial, investasi di sektor ini juga diharapkan memberi dampak sosial yang besar. Kereta api menjadi moda favorit masyarakat, terlihat dari tingginya angka pengguna: commuter line Jabodetabek mencapai 1 juta penumpang per hari, MRT Jakarta sekitar 100 ribu, dan kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) hingga 20 ribu penumpang pada akhir pekan.

Pentingnya Kolaborasi Antar Sektor dalam Proyek Kereta Api

Keberhasilan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung jadi contoh nyata manfaat besar transportasi rel. Waktu tempuh kini hanya 40 menit, dari sebelumnya lebih dari tiga jam. 

Namun, menurut Allan, manfaat maksimal hanya bisa tercapai jika integrasi antarmoda berjalan baik. Ia mencontohkan pentingnya konektivitas ke stasiun strategis seperti Karawang. 

“Harus ada kolaborasi lintas sektor agar masyarakat mudah mengakses stasiun,” jelasnya.

Tantangan utama tetap ada, terutama soal pembiayaan dan koordinasi antarwilayah, apalagi untuk jalur di luar Pulau Jawa. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua memerlukan investasi besar serta infrastruktur pendukung yang memadai. 

Meski begitu, pengalaman sukses seperti Whoosh dan sikap terbuka pemerintah jadi modal kuat untuk mewujudkan target ini.

Manfaat Jangka Panjang

Jika sukses, jaringan rel ini akan berdampak besar: menurunkan biaya logistik, memperkuat konektivitas antarwilayah, mendorong urbanisasi yang tertata, hingga mengurangi emisi karbon lewat transportasi massal yang lebih ramah lingkungan. 

Fokus pada integrasi moda dan perbaikan layanan publik akan menjadikan sistem perkeretaapian Indonesia sebagai model pembangunan transportasi modern di negara berkembang.

Ambisi membangun jaringan rel kereta sepanjang lebih dari 10.000 kilometer di 2030 mencerminkan komitmen Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 

Dengan dukungan investasi yang kuat dan strategi yang transparan, pemerintah ingin menjadikan kereta api sebagai tulang punggung sistem transportasi nasional. Seperti disampaikan Allan Tandiono, “Kami terbuka, akan melindungi investasi Anda, dan memastikan uang Anda bekerja secara menguntungkan di sini.” 

Transformasi ini bukan hanya soal rel dan kereta, tapi juga tentang masa depan mobilitas yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia.