Pasar keuangan di kawasan Timur Tengah terguncang hebat setelah konflik antara Israel dan Iran kembali memanas. Serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni disusul dengan serangan balasan dari Iran, memicu ketegangan geopolitik yang langsung berdampak pada pasar regional: saham anjlok, mata uang melemah, dan harga minyak melonjak.
Dampak konflik ini bahkan meluas ke pasar global, mendorong investor berbondong-bondong mencari aset aman seperti emas dan dolar AS.
Bursa saham di beberapa negara utama kawasan mencatat penurunan tajam. Di Israel, indeks TA-35 di Bursa Tel Aviv ditutup turun 0,36% ke level 2.684,23 pada hari Minggu, melanjutkan tren penurunan 1,5% yang terjadi pekan sebelumnya.
Di Arab Saudi, indeks TASI jatuh 1,59% ke level 10.668,69. Volume transaksi yang tinggi, mencapai 186,48 juta saham, menunjukkan kepanikan di kalangan investor.
Mesir menjadi negara yang paling terdampak. Indeks EGX 30 anjlok 7,36% ke 30.512,00 — penurunan harian terbesar dalam lebih dari satu tahun terakhir.
Perdagangan yang sangat fluktuatif, dengan rentang antara 30.002,50 hingga 32.511,70 dan lebih dari 86 juta saham berpindah tangan, mencerminkan tingginya tekanan yang dirasakan pasar.
Ketergantungan Mesir pada stabilitas regional dan kondisi ekonomi yang rapuh membuatnya rentan terhadap guncangan eksternal.
Nilai tukar shekel Israel terhadap dolar AS ikut melemah tajam. Pada 15 Juni, kurs USD/ILS tercatat di 1 USD = 3,6120 ILS — penurunan terbesar dalam 11 bulan terakhir. Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap ketahanan ekonomi Israel di tengah konflik yang memburuk.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTI melonjak hingga 7,26% ke angka 72,98 dolar AS per barel pada 13 Juni, mencatat kenaikan harian terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah, kawasan yang menyumbang sekitar sepertiga produksi minyak global.
Jika ketegangan terus meningkat, harga minyak bisa terus naik, memicu tekanan inflasi di berbagai negara.
Tak hanya berdampak di Timur Tengah, konflik ini juga mengguncang pasar global. Indeks Dow Jones turun 1,8%, S&P 500 melemah 1,1%, dan Nasdaq juga terkoreksi. Para investor global ramai-ramai beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas dan dolar AS.
Harga emas melonjak 1,4% ke 3.431 dolar AS per ounce, mendekati rekor tertinggi 3.500,05 dolar AS per ounce yang tercapai April lalu.
Dolar AS juga menguat terhadap berbagai mata uang utama dunia, menunjukkan tingginya permintaan terhadap aset safe-haven di tengah ketidakpastian.
Penurunan tajam di bursa saham Israel, Arab Saudi, dan Mesir menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap konflik geopolitik. Di Israel, pelemahan indeks TA-35 mencerminkan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi domestik, terutama di sektor teknologi dan energi.
Di Arab Saudi, pergerakan indeks TASI sangat berkaitan dengan prospek harga minyak yang saat ini dilingkupi ketidakpastian. Sementara itu, Mesir menghadapi tekanan ganda: ekonomi yang sudah rentan dan ketergantungan tinggi pada stabilitas kawasan.
Bagaimana ke depan? Jika ketegangan mereda, pasar regional masih punya peluang untuk pulih, apalagi jika ditopang oleh data ekonomi yang positif.
Tapi jika konflik semakin dalam, volatilitas pasar kemungkinan akan berlanjut, harga minyak bisa makin tinggi, dan tekanan inflasi akan terasa lebih luas.
Investor disarankan terus memantau perkembangan geopolitik dan indikator ekonomi utama seperti laporan produksi minyak dan data inflasi, untuk bisa mengantisipasi arah pasar selanjutnya.
Konflik Israel-Iran menjadi pemicu utama ketidakstabilan di pasar keuangan Timur Tengah dan dunia. Bursa saham melemah, nilai tukar shekel jatuh, dan harga minyak melambung tinggi. Di tengah situasi yang tidak pasti, investor cenderung menghindari risiko dan memilih aset yang lebih aman.
Kondisi ini menggarisbawahi pentingnya stabilitas geopolitik bagi ketahanan ekonomi kawasan dan global. Dengan situasi yang terus berkembang, para pelaku pasar perlu bersikap waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa muncul dalam waktu dekat.
0Komentar