![]() |
BRICS terus mendorong penggunaan mata uang lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Namun hingga 2025, dolar masih terlalu kuat untuk ditumbangkan. (Foto: iStock) |
Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) menunjukkan ambisi besar untuk mengurangi ketergantungan dunia terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dengan mendorong penggunaan mata uang lokal mereka, blok ini berupaya menciptakan era keuangan baru yang lebih berpihak pada negara-negara berkembang.
Namun, hingga pertengahan 2025, mimpi untuk menempatkan mata uang lokal mereka dalam daftar 12 mata uang terkuat dunia masih belum terwujud. Apa yang sedang terjadi, dan mengapa dolar AS tetap kokoh di posisinya?
Berdasarkan data terkini per Juni 2025, berikut adalah daftar 12 mata uang terkuat dunia berdasarkan nilai tukar terhadap dolar AS:
Dinar Kuwait (KWD): 3,27 USD – Didukung oleh cadangan minyak yang melimpah dan stabilitas ekonomi.
Dinar Bahrain (BHD): 2,65 USD – Kekuatan sektor keuangan dan ekspor energi.
Rial Oman (OMR): 2,60 USD – Disiplin fiskal dan diversifikasi ekonomi.
Dinar Yordania (JOD): 1,41 USD – Stabilitas politik dan sektor ekonomi beragam.
Pound Sterling (GBP): 1,36 USD – Ekonomi Inggris yang kuat dan pusat keuangan global.
Pound Gibraltar (GIP): 1,35 USD – Diikat pada GBP dengan ekonomi berbasis jasa keuangan.
Pound Falkland (FKP): 1,35 USD – Didukung oleh hubungan erat dengan Inggris.
Dolar Kepulauan Cayman (KYD): 1,20 USD – Pusat keuangan lepas pantai yang stabil.
Franc Swiss (CHF): 1,22 USD – Mata uang safe haven dengan inflasi rendah.
Euro (EUR): 1,14 USD – Kekuatan ekonomi zona euro dan kebijakan moneter yang terarah.
Dolar AS (USD): 1,00 USD – Mata uang cadangan dunia yang masih dominan.
Dolar Singapura (SGD): 0,78 USD – Didukung oleh sistem moneter yang terkelola dengan baik.
Dolar AS, meski berada di posisi ke-11, tetap menjadi acuan utama dalam perdagangan global. Laporan lain, seperti dari Watcher Guru, bahkan menempatkan dolar AS di posisi ke-10, menunjukkan sedikit variasi dalam peringkat, tetapi kekuatannya tak terbantahkan.
Selama lebih dari tiga tahun, greenback telah menjaga posisinya sebagai salah satu mata uang terkuat, meskipun menghadapi tekanan dari berbagai penjuru.
Ambisi BRICS: Menggeser Kekuatan Ekonomi ke Timur
Negara-negara BRICS memiliki visi besar untuk menggeser pusat kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur. Salah satu strateginya adalah mempromosikan mata uang lokal mereka agar lebih banyak digunakan dalam perdagangan internasional, mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Langkah ini dipicu oleh ketegangan geopolitik, seperti perang dagang dan tarif baru yang diberlakukan AS, serta keinginan untuk melindungi ekonomi domestik dan Produk Domestik Bruto (PDB) masing-masing.
Bank sentral di negara-negara BRICS mulai mendiversifikasi cadangan devisa mereka dengan meningkatkan kepemilikan emas dan aset lain, sambil mengurangi porsi dolar AS.
Tiongkok dan Rusia, misalnya, telah memperluas penggunaan yuan dan rubel dalam perdagangan bilateral. Selain itu, pada KTT BRICS 2024 di Kazan, Rusia, muncul wacana untuk menciptakan mata uang bersama yang disebut “Unit,” yang akan didukung oleh emas.
BRICS juga berencana mengembangkan sistem pembayaran berbasis blockchain untuk memfasilitasi transaksi dalam mata uang lokal.
Namun, hingga Juni 2025, mata uang lokal BRICS masih jauh dari daftar 12 teratas. Berikut adalah nilai tukar mata uang mereka terhadap dolar AS berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF) per 13 Juni 2025:
Real Brasil (BRL): 1 BRL = 0,1797 USD
Rubel Rusia (RUB): 1 RUB = 0,01266 USD
Rupee India (INR): 1 INR = 0,01161 USD
Yuan Tiongkok (CNY): 1 CNY = 0,1392 USD
Rand Afrika Selatan (ZAR): 1 ZAR = 0,05573 USD
Dengan nilai tukar yang rendah, mata uang-mata uang ini belum mampu bersaing dengan mata uang seperti Dinar Kuwait atau bahkan Dolar Singapura.
Tantangan yang Dihadapi BRICS
Meski ambisius, upaya BRICS menghadapi sejumlah rintangan besar. Pertama, perbedaan ekonomi dan kepentingan politik di antara anggota BRICS menyulitkan koordinasi.
Brasil, misalnya, pada Februari 2025 menegaskan bahwa mereka tidak akan memajukan gagasan mata uang bersama pada tahun ini, meskipun tetap mendukung pengurangan ketergantungan pada dolar.
Kedua, ancaman dari AS menjadi hambatan signifikan. Presiden AS Donald Trump, melalui pernyataan di platform X pada Februari 2025, mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap negara-negara yang menantang dominasi dolar. Ancaman ini memperkuat posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia.
Ketiga, meskipun ada langkah untuk meningkatkan penggunaan mata uang lokal, infrastruktur keuangan global masih sangat bergantung pada dolar. Sistem SWIFT, misalnya, tetap didominasi oleh transaksi dalam dolar, dan pasar komoditas seperti minyak masih menggunakan dolar sebagai acuan harga.
Mengapa Dolar AS Tetap Kuat?
Dolar AS tetap kokoh karena sejumlah faktor struktural. AS memiliki ekonomi terbesar di dunia, dengan pasar keuangan yang dalam dan likuid.
Dolar juga merupakan mata uang cadangan utama, digunakan dalam hampir 88% transaksi internasional menurut data SWIFT. Selain itu, kepercayaan global terhadap dolar diperkuat oleh stabilitas politik dan militer AS, meskipun ada ketegangan geopolitik.
Mata uang seperti Dinar Kuwait atau Franc Swiss, yang menduduki peringkat atas, memang memiliki nilai tukar lebih tinggi, tetapi penggunaannya terbatas pada skala regional atau sebagai aset safe haven.
Dolar AS, di sisi lain, memiliki keunggulan dalam hal universalitas dan likuiditas, menjadikannya tak tergantikan dalam waktu dekat.
Apa yang Akan Terjadi ke Depan?
Meskipun BRICS belum berhasil menempatkan mata uang lokal mereka di daftar 12 teratas, langkah mereka menunjukkan komitmen untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih multipolar.
Peningkatan cadangan emas, pengembangan sistem pembayaran alternatif, dan kerja sama perdagangan dalam mata uang lokal adalah fondasi yang dapat memperkuat posisi mereka di masa depan.
Namun, perubahan besar dalam sistem keuangan global membutuhkan waktu. Dominasi dolar AS, yang telah berlangsung selama beberapa dekade, tidak akan mudah digeser.
Untuk mencapai tujuan mereka, BRICS perlu mengatasi tantangan internal, memperkuat infrastruktur keuangan, dan membangun kepercayaan global terhadap mata uang mereka.
Hingga Juni 2025, ambisi BRICS untuk mendorong mata uang lokal mereka ke panggung global belum membuahkan hasil.
Dolar AS tetap kokoh sebagai salah satu mata uang terkuat dunia, sementara mata uang BRICS seperti real, rubel, rupee, yuan, dan rand masih tertinggal jauh.
Meski begitu, upaya BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar menandakan pergeseran lambat namun pasti menuju sistem keuangan yang lebih beragam.
Pertanyaannya, akankah dunia melihat era keuangan baru dalam dekade mendatang, atau apakah dolar AS akan terus memimpin?
0Komentar