![]() |
Harga Ether jatuh 7,7% ke US$2.200 setelah serangan AS ke situs nuklir Iran. Total likuidasi kripto capai US$595 juta, Ether dan Bitcoin paling terdampak. (Foto: Getty Images) |
Harga Ether (ETH) anjlok tajam hingga 7,7% ke level sekitar US$2.200 pada Minggu pagi, 22 Juni 2025, setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Aksi militer ini dilakukan di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang menyebut fasilitas tersebut sebagai bagian dari program rahasia Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.
“Fasilitas seperti Fordow bukan hanya ancaman regional, tetapi juga global. Kami tak bisa menunggu sampai semuanya terlambat,” kata Trump dalam pernyataan resminya yang dikutip Reuters.
Serangan ini langsung mengguncang pasar aset kripto. Ether menjadi kripto dengan penurunan terdalam, jatuh dari kisaran US$2.441 pada pagi 21 Juni ke US$2.200 dalam waktu kurang dari 24 jam.
Sementara itu, Bitcoin (BTC) sempat merosot hingga di bawah US$101.000 sebelum akhirnya pulih ke kisaran US$102.435 pada malam hari. Harga Ether juga sedikit membaik dan stabil di level sekitar US$2.260.
Penurunan ini memicu gelombang likuidasi besar-besaran senilai total US$595 juta di pasar kripto global. Ether menanggung likuidasi terbesar mencapai US$282 juta, diikuti Bitcoin sebesar US$151 juta.
Kripto lain seperti Solana (SOL), Ripple (XRP), dan Dogecoin (DOGE) juga ikut terdampak dengan total kerugian likuidasi di atas US$22 juta.
Analis dari Pantera Capital Management, Cosmo Jiang, menjelaskan bahwa pasar kripto sudah menunjukkan tekanan sepanjang pekan akibat ketidakpastian geopolitik.
Menurutnya, spekulasi mengenai kemungkinan AS menyerang Iran telah mendorong aksi jual sejak pertengahan pekan, dan ketika serangan benar-benar terjadi, kepastian tersebut justru membuka peluang pemulihan jangka pendek.
“Pasar sudah gelisah karena spekulasi. Sekarang serangan dikonfirmasi, investor mulai mencari arah.
Bitcoin secara historis menjadi kripto yang memimpin pemulihan dalam situasi seperti ini,” ujar Jiang.
Ketegangan geopolitik yang meningkat juga memicu kekhawatiran investor terhadap aset-aset berisiko, termasuk saham teknologi dan aset kripto non-bitcoin.
Jika konflik antara AS dan Iran terus memburuk, bukan tidak mungkin investor global akan mengalihkan dana mereka ke aset lindung nilai seperti emas atau dolar AS.
Bahkan potensi dampaknya bisa menjalar ke pasar energi dan sektor-sektor lain yang sensitif terhadap geopolitik.
Saat ini, investor ritel diimbau untuk tetap berhati-hati. Lonjakan harga sesaat bukan jaminan tren pemulihan.
Jiang menegaskan pentingnya manajemen risiko di tengah ketidakpastian global yang tinggi. “Jangan asal beli saat harga turun. Situasi belum stabil dan respons Iran bisa memperpanjang volatilitas,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan pada Minggu malam, harga Bitcoin menunjukkan ketahanan lebih kuat dibandingkan Ether, memperkuat posisinya sebagai aset kripto yang dianggap lebih defensif di tengah krisis.
Namun demikian, semua mata masih tertuju pada potensi balasan Iran dan sikap pasar terhadap ketegangan geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
0Komentar