Harga Bitcoin kembali menjadi sorotan dunia keuangan global, menembus level US$109.249, setara Rp1,78 miliar, dengan kenaikan harian sebesar 3,51%. Dalam tiga hari terakhir, aset kripto paling bernilai ini telah melonjak 4%, memperkuat posisinya dalam fase bullish yang kian kokoh.
Pergerakan ini menempatkan Bitcoin hanya selangkah dari rekor tertinggi sepanjang masa di kisaran US$112.509, yang dicatatkan pada 22 Mei lalu, didorong oleh gelombang sentimen positif dari regulasi pro-kripto dan meningkatnya permintaan institusional.
Momentum Bitcoin saat ini tidak lepas dari perkembangan kebijakan di Amerika Serikat. Pemerintahan Donald Trump, yang sejak awal 2025 menunjukkan sikap mendukung aset digital, telah memberikan dorongan signifikan.
Salah satu langkah besar adalah pembentukan Cadangan Bitcoin Strategis pada Maret 2025, yang memperlakukan Bitcoin sebagai aset cadangan mirip emas. Kebijakan ini, dipadukan dengan kemajuan diskusi RUU Stablecoin di Senat AS, menciptakan lingkungan yang ramah bagi kripto, memicu optimisme di kalangan investor.
Selain itu, kebijakan ekonomi Trump yang berfokus pada pertumbuhan diperkirakan akan terus mendorong minat pada aset berisiko seperti Bitcoin, yang tahun ini telah melonjak 17,94% sejak awal 2025, dengan kapitalisasi pasar mencapai US$2,17 triliun.
Analis pasar ternama, Gert van Lagen, menambah panasnya diskusi dengan prediksinya yang ambisius. Berdasarkan analisis teknikal menggunakan Teori Gelombang Elliott, ia memperkirakan Bitcoin berpotensi melesat hingga US$325.000 sebelum Juli 2025.
Meski spekulatif, proyeksi ini mencerminkan kepercayaan kuat pada potensi Bitcoin untuk memasuki siklus kenaikan eksponensial, yang oleh sebagian analis disebut sebagai “super cycle” baru. Namun, tidak semua pandangan sepenuhnya bullish.
Rachael Lucas, analis aset kripto dari BTCMarkets, menyoroti bahwa Bitcoin saat ini berada pada titik pivot kritis di sekitar US$105.000. Jika harga bertahan di atas kisaran US$103.000 hingga US$105.000, ada peluang untuk menembus US$115.000.
Sebaliknya, penurunan di bawah level tersebut dapat memicu koreksi ke kisaran US$93.000 hingga US$97.000. Meski demikian, Lucas menegaskan bahwa prospek jangka panjang tetap optimistis, didukung oleh indikator seperti RSI dan MACD yang masih menunjukkan momentum positif.
Di sisi lain, perkembangan di ranah investasi institusional turut memperkuat narasi bullish. Trump Media and Technology Group, perusahaan di balik Truth Social, mengajukan dokumen ke NYSE Arca pada Juni 2025 untuk meluncurkan ETF Bitcoin, dengan rencana peluncuran akhir tahun ini jika disetujui regulator.
Langkah ini menandai masuknya pemain besar ke pasar ETF kripto, yang kini telah memiliki lebih dari 60 produk serupa di AS. Upaya ini, yang didukung oleh kemitraan dengan Crypto.com, mencerminkan semakin besarnya minat ritel dan institusional terhadap Bitcoin sebagai kelas aset yang sah.
Faktor lain yang turut mendorong adalah diskusi seputar kebijakan moneter yang mendukung kripto. Arthur Hayes, pendiri BitMEX, menyoroti bahwa lingkungan regulasi yang lebih longgar, termasuk potensi penyesuaian kebijakan seperti Rasio Leverage Tambahan untuk Treasury AS, dapat memperkuat sentimen bullish.
Meskipun kebijakan spesifik ini masih dalam ranah spekulasi, dampaknya terhadap kepercayaan pasar tidak dapat diabaikan. Dengan semua elemen ini—kebijakan pro-kripto, prediksi teknikal yang optimistis, dan masuknya investasi institusional—Bitcoin tampaknya berada di jalur untuk mempertahankan momentumnya.
Namun, investor tetap diingatkan untuk waspada terhadap volatilitas jangka pendek, terutama di sekitar level pivot yang disebutkan. Saat harga mendekati rekor tertinggi sebelumnya, dunia keuangan global menahan napas, menanti apakah Bitcoin akan mencatatkan sejarah baru atau menghadapi koreksi sementara sebelum melanjutkan kenaikannya.
Yang jelas, perjalanan Bitcoin di 2025 menjanjikan dinamika yang tak hanya menarik, tetapi juga berpotensi mengubah lanskap keuangan modern.
0Komentar