![]() |
Konflik Israel–Hamas di Gaza sejak Oktober 2023 menimbulkan beban ekonomi besar bagi Israel. (Anadolu). |
konflik bersenjata antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, yang dipimpin Hamas, di Jalur Gaza telah menjadi salah satu perang paling mahal dalam sejarah modern. Dengan biaya harian yang diperkirakan mencapai ratusan juta dolar, perang ini tidak hanya menimbulkan kerugian besar bagi kehidupan manusia, tetapi juga memberikan tekanan ekonomi yang signifikan bagi Israel.
Konflik ini dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di wilayah selatan Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 sandera, menurut data resmi Israel.
Sebagai respons, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Gaza dengan dua tujuan utama: menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera. Namun, hingga pertengahan 2025, kedua tujuan tersebut belum tercapai.
Di sisi lain, lebih dari 54.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah kehilangan nyawa, sementara blokade Israel telah mendorong 2,3 juta penduduk Gaza ke ambang kelaparan, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Estimasi Biaya Perang
Perang ini telah menghabiskan dana yang sangat besar, dengan estimasi total berkisar antara $42 miliar hingga $67,5 miliar hingga awal 2025. Biaya harian bervariasi antara $83,8 juta hingga $270 juta, tergantung pada intensitas operasi militer dan periode waktu yang dihitung. Berikut adalah rincian berdasarkan sumber terpercaya:
Hingga Mei 2024: Biaya total diperkirakan mencapai $67,5 miliar, mencakup pengeluaran militer langsung dan kerugian ekonomi tidak langsung, seperti penurunan pendapatan pajak dan kompensasi sipil.
Hingga Januari 2025: Biaya total dilaporkan sekitar $42 miliar, yang mungkin mencerminkan penurunan intensitas operasi atau perbedaan metodologi perhitungan.
Biaya Harian: Estimasi biaya harian berkisar dari $83,8 juta (Januari 2025) hingga $246–270 juta (Desember 2023–Februari 2024), menunjukkan fluktuasi dalam kebutuhan logistik dan militer.
Komponen Biaya Perang
Biaya perang Israel di Gaza dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori utama:
1. Operasi Militer Aktif
Pengeluaran terbesar berasal dari penggunaan teknologi militer canggih, seperti jet tempur, tank, artileri, dan rudal pintar. Sistem pertahanan Iron Dome, yang digunakan untuk menangkis roket Hamas, memiliki biaya sekitar $50.000–$100.000 per rudal. Selain itu, pengadaan amunisi pintar dari Amerika Serikat menambah beban finansial yang signifikan.
2. Mobilisasi Pasukan Cadangan
Israel mengerahkan lebih dari 360.000 pasukan cadangan, yang memerlukan biaya besar untuk gaji, logistik, transportasi, makanan, dan perlengkapan tempur. Pengeluaran ini diperkirakan mencapai $20–30 juta per hari.
3. Bantuan Sipil dan Ekonomi Domestik
Untuk mengurangi dampak perang, pemerintah Israel memberikan kompensasi kepada bisnis yang terpaksa tutup, bantuan kepada penduduk yang dievakuasi dari zona konflik, dan dana untuk melindungi infrastruktur publik, seperti rumah sakit dan utilitas. Biaya ini menambah tekanan pada anggaran nasional.
4. Operasi di Front Ganda
Konflik tidak hanya terbatas di Gaza, tetapi juga meluas ke perbatasan Lebanon, di mana Israel menghadapi Hizbullah. Operasi di front utara ini menambah biaya hingga $131 juta per hari, meningkatkan total pengeluaran militer secara signifikan.
Dampak Ekonomi pada Israel
Perang ini telah memberikan tekanan besar pada perekonomian Israel, dengan dampak yang terlihat dalam beberapa aspek:
1. Defisit Anggaran dan Utang Publik
Pada akhir 2024, defisit anggaran Israel meningkat menjadi 6% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih tinggi dari 1,6% sebelum perang. Untuk menutupi defisit ini, pemerintah terpaksa meningkatkan pinjaman dalam negeri, yang berpotensi menambah beban utang jangka panjang.
2. Pemangkasan Anggaran Sosial
Untuk mendanai perang, anggaran untuk sektor pendidikan, infrastruktur, dan layanan publik dipangkas. Keputusan ini memicu kritik dari kalangan ekonom dan anggota parlemen, termasuk Bank Sentral Israel, yang memperingatkan dampak negatif pada kesejahteraan masyarakat.
3. Penurunan Peringkat Kredit
Pada awal 2024, lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit Israel dari A1 menjadi A2, untuk pertama kalinya sejak negara itu berdiri. Penurunan ini mengurangi kepercayaan investor asing dan meningkatkan biaya pinjaman internasional.
4. Kontraksi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Israel melambat signifikan. Data menunjukkan penurunan PDB sebesar 1,4% pada kuartal kedua 2024, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan hanya 1,7% atau bahkan negatif hingga -3,1%. Ekspor turun 8,1%, impor turun 9,8%, dan investasi di sektor real estate anjlok 16,9%. Anggaran pertahanan juga meningkat drastis, dari $16,2 miliar pada 2023 menjadi $26,7 miliar pada 2024, dengan proyeksi $31,8 miliar pada 2025.
Di luar dampak finansial, perang ini memicu kontroversi global karena tingginya jumlah korban sipil di Gaza dan krisis kemanusiaan yang diakibatkannya.
PBB telah memperingatkan risiko kelaparan massal di Gaza, sementara tekanan domestik di Israel meningkat untuk menghentikan konflik. Survei pada Mei 2025 menunjukkan 61% warga Israel mendukung penghentian perang dan prioritas pada pembebasan sandera.
Konflik Israel di Gaza sejak Oktober 2023 telah menjadi salah satu perang paling mahal dalam sejarah modern, dengan biaya total diperkirakan mencapai $42–67,5 miliar hingga awal 2025.
Biaya harian yang berkisar antara $83,8 juta hingga $270 juta mencerminkan skala operasi militer dan logistik yang besar. Namun, dampaknya tidak hanya terbatas pada pengeluaran langsung, tetapi juga pada perekonomian nasional, dengan defisit anggaran yang membengkak, pemangkasan layanan publik, dan penurunan kepercayaan investor.
Tantangan ini menunjukkan bahwa biaya perang tidak hanya diukur dalam dolar, tetapi juga dalam stabilitas ekonomi dan sosial jangka panjang.
0Komentar