![]() |
Hampir seluruh bitcoin telah ditambang, menyisakan kurang dari 6% dari total pasokan 21 juta koin. (Foto: shutterstock) |
Bitcoin, mata uang digital pertama di dunia, telah menjadi fenomena global sejak diluncurkan pada tahun 2009 oleh pencipta misteriusnya, Satoshi Nakamoto. Salah satu fitur utama yang membuat Bitcoin begitu istimewa adalah pasokan terbatasnya: hanya akan ada 21 juta BTC yang pernah ada.
Batas ini tertanam dalam kode protokol Bitcoin, menjadikannya aset deflasi yang langka, berbeda dari mata uang fiat yang dapat dicetak tanpa batas.
Hingga Juni 2025, sekitar 19,88 juta BTC telah ditambang, atau sekitar 94,7% dari total pasokan maksimal 21 juta BTC. Ini berarti hanya tersisa sekitar 1,12 juta BTC yang masih bisa ditambang di masa depan.
Proses penambangan yang semakin lambat ini adalah hasil dari desain protokol Bitcoin yang cerdas, terutama melalui mekanisme halving, yang mengurangi hadiah blok untuk penambang setiap empat tahun sekali.
Pada awal peluncurannya, penambang menerima 50 BTC untuk setiap blok yang berhasil divalidasi. Namun, setiap 210.000 blok—atau kira-kira setiap empat tahun—hadiah ini berkurang separuh.
Pada April 2024, hadiah blok turun menjadi 3,125 BTC, dan diperkirakan akan turun lagi menjadi 1,5625 BTC pada halving berikutnya di tahun 2028.
Akibatnya, lebih dari 87% pasokan Bitcoin telah ditambang dalam dekade pertama sejak peluncurannya, dengan laju penciptaan BTC yang terus melambat secara eksponensial.
Menurut proyeksi, 99% dari semua Bitcoin akan selesai ditambang pada tahun 2035, sementara BTC terakhir—sering disebut sebagai satoshi terakhir, diperkirakan baru akan ditambang sekitar tahun 2140.
Kelangkaan ini menjadi salah satu daya tarik utama Bitcoin, menjadikannya aset yang sering disebut sebagai "emas digital."
Halving jadi kunci kelangkaan Bitcoin
Halving adalah pilar utama dalam desain ekonomi Bitcoin. Dengan mengurangi hadiah blok, halving memastikan bahwa pasokan baru Bitcoin semakin terbatas, meningkatkan kelangkaannya dari waktu ke waktu.
Namun, halving juga memengaruhi ekonomi penambangan. Ketika hadiah blok berkurang, pendapatan penambang dari hadiah tersebut menurun, membuat keuntungan mereka semakin bergantung pada harga pasar Bitcoin dan biaya transaksi.
Untungnya, Bitcoin memiliki mekanisme penyesuaian kesulitan (difficulty adjustment) yang berjalan setiap 2.016 blok, atau sekitar dua minggu, untuk memastikan bahwa blok baru tetap ditambang setiap 10 menit, terlepas dari jumlah penambang yang aktif.
Mekanisme ini menjaga stabilitas jaringan bahkan ketika ada perubahan signifikan dalam daya komputasi (hashrate). Contoh nyata terjadi pada tahun 2021, saat China melarang penambangan Bitcoin, menyebabkan hashrate global turun hingga 50%.
Meski begitu, jaringan Bitcoin tetap beroperasi normal dan pulih dalam hitungan bulan, menunjukkan ketahanannya.
Apa yang Terjadi Setelah Semua Bitcoin Ditambang?
Salah satu pertanyaan besar yang sering muncul adalah: apa yang akan terjadi setelah semua 21 juta BTC ditambang sekitar tahun 2140? Ketika hadiah blok mencapai nol, penambang tidak lagi menerima Bitcoin baru sebagai imbalan.
Namun, jaringan Bitcoin dirancang untuk tetap berjalan dengan mengandalkan biaya transaksi sebagai insentif utama bagi penambang.
Seiring meningkatnya adopsi Bitcoin, biaya transaksi diperkirakan akan naik, terutama jika Bitcoin lebih banyak digunakan sebagai penyimpan nilai (store of value) ketimbang alat pembayaran sehari-hari.
Untuk transaksi harian yang lebih kecil, solusi lapisan kedua seperti Lightning Network dapat menangani volume tinggi dengan biaya rendah, sementara penambang fokus pada transaksi bernilai besar dengan biaya lebih tinggi.
Dengan demikian, keamanan jaringan tetap terjaga selama biaya transaksi cukup untuk menutupi biaya operasional penambang.
Meski ada kekhawatiran bahwa berkurangnya hadiah blok dapat melemahkan keamanan jaringan—misalnya, dengan penambang keluar karena tidak lagi menguntungkan—data historis menunjukkan bahwa Bitcoin mampu beradaptasi.
Harga Bitcoin yang tinggi, seperti kisaran $104.000-$105.000 pada Juni 2025, juga membantu menjaga profitabilitas penambang, bahkan dengan hadiah blok yang semakin kecil.
Penambang hadapi tantangan energi dan regulasi
Penambangan Bitcoin tidak luput dari tantangan. Biaya energi yang tinggi, persaingan untuk perangkat keras canggih, dan fluktuasi harga Bitcoin menjadi faktor utama yang memengaruhi profitabilitas.
Pada awal 2025, beberapa penambang menghadapi tekanan akibat hashrate global yang sempat turun di bawah 800 EH/s, sebagian karena halving 2024 yang mengurangi hadiah blok.
Namun, inovasi seperti pemanfaatan panas dari penambangan untuk keperluan lain dan munculnya platform cloud mining menunjukkan bahwa industri ini terus beradaptasi.
Selain itu, kejelasan regulasi juga mendukung penambang. Pada Maret 2025, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyatakan bahwa penambangan proof-of-work tidak termasuk dalam ranah undang-undang sekuritas, memberikan kepastian hukum bagi penambang di Amerika Serikat.
Adopsi institusional yang meningkat, seperti melalui ETF Bitcoin, juga memperkuat posisi pasar Bitcoin, yang pada Juni 2025 memiliki kapitalisasi pasar lebih dari $2 triliun.
Kelangkaan jadi kekuatan utama Bitcoin
Desain Bitcoin yang terbatas pada 21 juta koin menjadikannya aset unik di era digital. Dengan hampir 95% pasokan sudah ditambang pada 2025, kelangkaan ini terus mendorong nilai Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang.
Meski ada tantangan, seperti potensi penurunan hashrate atau ketergantungan pada biaya transaksi di masa depan, mekanisme seperti penyesuaian kesulitan dan solusi lapisan kedua menunjukkan bahwa Bitcoin dibangun untuk bertahan.
Setelah semua Bitcoin ditambang pada 2140, jaringan akan bergantung pada biaya transaksi untuk keberlanjutan. Selama adopsi terus tumbuh dan harga Bitcoin tetap kompetitif, penambang akan memiliki insentif untuk menjaga keamanan jaringan.
Sejarah ketahanan Bitcoin, seperti pemulihan dari larangan penambangan di China, memberikan optimisme bahwa jaringan ini akan terus berjalan, bahkan di masa depan yang jauh.
Bitcoin bukan hanya teknologi, tetapi juga eksperimen ekonomi yang terus berkembang. Dengan desainnya yang cerdas dan komunitas yang adaptif, Bitcoin siap menghadapi tantangan di masa depan, menegaskan posisinya sebagai aset digital terdepan di dunia.
0Komentar