![]() |
Laporan ICAN mencatat lonjakan 11% dalam belanja senjata nuklir global pada 2024, mencapai USD 100,2 miliar. AS, China, dan Inggris jadi negara dengan pengeluaran tertinggi. (Foto: via AP) |
Pengeluaran global untuk senjata nuklir melonjak 11% pada 2024, mencapai angka mencengangkan US$ 100,2 miliar. Peningkatan ini didorong oleh upaya modernisasi senjata dan memanasnya ketegangan geopolitik, termasuk imbas dari konflik di Ukraina.
Laporan tahunan bertajuk “Hidden Costs: Nuclear Weapons Spending in 2024” yang dirilis oleh International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) pada 13 Juni 2025 mengungkap bahwa sembilan negara pemilik senjata nuklir terus meningkatkan anggaran pertahanannya untuk senjata pemusnah massal tersebut.
Kenaikan ini mencerminkan kekhawatiran keamanan global dan perlombaan teknologi senjata di tengah situasi politik internasional yang makin tidak menentu.
AS dominasi anggaran nuklir dunia
Amerika Serikat tetap menjadi negara dengan pengeluaran tertinggi untuk senjata nuklir, mencapai US$ 56,8 miliar atau lebih dari separuh total pengeluaran global.
Angka ini naik sekitar US$ 5,3 miliar dibanding tahun sebelumnya. Dana tersebut berasal dari gabungan anggaran National Nuclear Security Administration (NNSA) sebesar US$ 19,1 miliar dan Departemen Pertahanan AS sebesar US$ 37,7 miliar.
China menyusul di posisi kedua dengan pengeluaran sekitar US$ 12,5 miliar, diikuti oleh Inggris sebesar US$ 10,4 miliar.
Kedua negara tersebut juga mengalami lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, dengan Inggris mencatat peningkatan terbesar kedua secara nominal sebesar US$ 2,2 miliar.
Berikut adalah rincian pengeluaran dari kesembilan negara bersenjata nuklir pada 2024:
• Amerika Serikat menghabiskan $56,8 miliar, naik $5,3 miliar dari tahun sebelumnya.
• China mengeluarkan $12,5 miliar, meningkat $883 juta.
• Inggris mencatatkan pengeluaran $10,4 miliar, naik $2,1 miliar.
• Rusia menghabiskan $8,1 miliar, naik sekitar $466 juta.
• Prancis mengeluarkan $6,8 miliar, naik $811 juta dari tahun 2023.
• India menghabiskan $2,6 miliar, dengan kenaikan sebesar $64 juta.
• Pakistan mencatatkan pengeluaran $1,08 miliar, naik $163 juta.
• Israel mengeluarkan $1,1 miliar, meningkat $25 juta.
• Korea Utara membelanjakan $629 juta, naik $39 juta dibanding tahun sebelumnya.
Total belanja ini berarti dunia menghabiskan sekitar US$ 190.000 setiap menit untuk senjata nuklir sepanjang 2024.
Dibandingkan tahun 2019, angkanya melonjak hampir 32%, dari US$ 68 miliar menjadi US$ 100,2 miliar hanya dalam lima tahun.
Alasan di balik kenaikan pengeluaran
Ada sejumlah faktor yang mendorong lonjakan pengeluaran senjata nuklir, yang sebagian besar berakar dari situasi geopolitik global dan strategi pertahanan jangka panjang.
1. Ketegangan geopolitik dan perang di Ukraina
Konflik yang terus berlangsung di Ukraina menjadi salah satu pemicu utama. Negara-negara seperti Inggris dan Prancis secara terbuka mengaitkan peningkatan belanja nuklir mereka dengan ancaman dari Rusia. Latihan militer Rusia yang mensimulasikan penggunaan senjata nuklir taktis pada Mei 2024 turut memperburuk kekhawatiran di Eropa Barat.
2. Program modernisasi senjata nuklir
Setiap negara bersenjata nuklir tengah menjalankan proyek modernisasi senjata dan infrastruktur nuklir. Inggris, misalnya, sedang mengganti kapal selam kelas Vanguard dengan armada baru Dreadnought, dengan total biaya yang diperkirakan mencapai £41 miliar (sekitar US$ 52,2 miliar). AS juga tengah mengembangkan sistem rudal balistik antar benua baru bernama Sentinel, di tengah meningkatnya proyeksi biaya jangka panjang.
3. Keterlibatan industri swasta dan aliansi militer
Setidaknya US$ 42,5 miliar dari pengeluaran global tahun lalu mengalir ke sektor swasta melalui kontrak senjata nuklir. Selain itu, kerja sama pertahanan seperti program AUKUS antara AS, Inggris, dan Australia juga mendorong biaya tambahan untuk infrastruktur bersama dan transfer teknologi nuklir.
4. Penggantian hulu ledak dan infrastruktur basing
Program penggantian hulu ledak di Inggris masih dalam tahap awal, sementara pengeluaran untuk seluruh Defence Nuclear Enterprise (DNE) Inggris diperkirakan mencapai £117,8 miliar (sekitar US$ 150 miliar) dalam satu dekade mendatang. Namun, pemerintah hanya mengalokasikan £109,8 miliar, menyisakan defisit sekitar US$ 10 miliar yang menunjukkan tekanan anggaran serius.
Kritik terhadap alokasi anggaran senjata nuklir
ICAN menekankan bahwa dana sebesar ini bisa digunakan untuk menangani isu-isu kemanusiaan yang lebih mendesak. Menurut organisasi tersebut, hanya dalam lima tahun, pengeluaran senjata nuklir global bisa mencukupi makanan bagi 45 juta orang yang terancam kelaparan.
Di tengah perubahan iklim, krisis kesehatan, dan tantangan pendidikan global, prioritas anggaran untuk senjata nuklir dipertanyakan banyak pihak.
Kelompok damai seperti Peace Pledge Union di Inggris menyatakan bahwa peningkatan anggaran militer justru mendorong dunia ke arah konfrontasi dan perlombaan senjata baru.
Lonjakan 11% dalam belanja senjata nuklir global pada 2024 mencerminkan pergeseran besar dalam kebijakan pertahanan dan keamanan internasional.
Meski negara-negara seperti AS, Inggris, dan China berdalih bahwa modernisasi diperlukan demi deterrence strategis, banyak yang khawatir bahwa peningkatan ini justru memperbesar risiko konflik nuklir dan mengabaikan kebutuhan mendesak umat manusia.
Dengan dana sebesar US$ 100 miliar, dunia dihadapkan pada pilihan sulit: memperkuat senjata penghancur massal, atau berinvestasi pada masa depan yang lebih damai dan berkelanjutan.
0Komentar