![]() |
Indonesia dan Korea Selatan sepakat melanjutkan proyek jet tempur KF-21 dengan skema kontribusi baru. RI tetap ikut meski dana dipangkas. (Foto: roKAF) |
Indonesia dan Korea Selatan akhirnya mencapai kesepakatan baru soal kerja sama pengembangan jet tempur generasi 4.5, KF-21 Boramae. Kesepakatan ini diteken pada 12 Juni 2025 di Jakarta dan menjadi penanda berakhirnya tarik ulur panjang soal kontribusi dana Indonesia dalam proyek senilai 8,1 triliun won tersebut.
KF-21 Boramae adalah proyek bersama yang dimulai sejak 2015, bertujuan menciptakan jet tempur modern yang bisa bersaing di pasar internasional.
Indonesia, melalui PT Dirgantara Indonesia, semula sepakat menanggung sekitar 20% dari biaya proyek—sekitar 1,6 triliun won. Namun, berbagai kendala anggaran, termasuk dampak pandemi COVID-19, membuat Indonesia kesulitan memenuhi komitmennya, sehingga perlu renegosiasi.
Setelah serangkaian perundingan, Indonesia dan Korea Selatan—melalui Badan Akuisisi Pertahanan (DAPA) dan Kementerian Pertahanan RI sepakat untuk menurunkan kontribusi Indonesia menjadi 600 miliar won (sekitar Rp7,2 triliun). Penandatanganan dilakukan bersamaan dengan ajang Indo Defence 2025 Expo & Forum di Jakarta.
Apa Saja Isi Kesepakatannya?
Dalam perjanjian baru ini:
Kontribusi Dana: Indonesia kini hanya perlu menyetor 600 miliar won. Hingga Juni 2025, sebanyak 400 miliar won sudah dibayarkan, sisanya 200 miliar won akan diselesaikan bertahap.
Transfer Teknologi: Dengan kontribusi yang lebih kecil, porsi transfer teknologi juga ikut dikurangi. Meski begitu, Indonesia tetap akan menerima teknologi penting yang bisa memperkuat industri dirgantara dalam negeri.
Jadwal Pembayaran: Proses pembayaran sisanya sudah dimulai. Jika berjalan lancar, ini bisa membuka pintu kerja sama baru di bidang pertahanan lainnya, seperti sistem persenjataan darat dan maritim.
Kapan Jet Tempur Dikirim?
Proyek KF-21 kini sudah masuk tahap produksi. Jet pertama dijadwalkan diserahkan ke Angkatan Udara Korea Selatan pada paruh kedua 2026.
Sementara untuk Indonesia, jet tempur baru ini diperkirakan akan mulai dikirim ke TNI AU paling cepat pada 2028, tergantung kelancaran pembayaran.
Jet KF-21 sendiri punya teknologi stealth parsial, avionik modern, dan fleksibilitas misi. Jet ini dirancang untuk memperkuat pertahanan udara kedua negara.
Di sisi Indonesia, KF-21 akan melengkapi program pengembangan jet lain seperti KAAN yang dikembangkan bersama Turki. Pemerintah menegaskan bahwa KF-21 dan KAAN bukan saling menggantikan, melainkan saling melengkapi.
Potensi Kerja Sama Lebih Luas
Kesepakatan ini bukan cuma soal pembagian biaya, tapi juga membuka peluang kerja sama baru. Jika Indonesia bisa memenuhi komitmen keuangan, Korea Selatan menyatakan siap untuk memperluas kolaborasi ke bidang pertahanan maritim dan darat.
Ini sejalan dengan keinginan Indonesia untuk memperkuat kemampuan militer nasional lewat kemitraan internasional.
Meski kesepakatan ini memberi angin segar, tantangan tetap ada. Pengurangan porsi transfer teknologi bisa mengurangi dampak jangka panjang bagi industri lokal.
Selain itu, pemerintah Indonesia harus benar-benar konsisten dalam menyelesaikan sisa pembayaran agar kerja sama ini terus berjalan lancar.
Namun, jika proyek ini sukses, KF-21 bisa menjadi contoh bagaimana dua negara bisa bekerja sama secara strategis di bidang pertahanan meskipun ada tekanan finansial dan teknis.
Kesepakatan terbaru soal KF-21 Boramae membuka lembaran baru dalam hubungan pertahanan Indonesia-Korea Selatan. Dengan komitmen baru yang lebih realistis, Indonesia tetap berperan dalam pengembangan jet tempur canggih ini.
Keberhasilan proyek ini tidak hanya akan memperkuat kekuatan udara TNI, tapi juga bisa jadi fondasi untuk kerja sama jangka panjang di sektor pertahanan kedua negara.
0Komentar