Menabung aman tapi rentan inflasi. Investasi memberi peluang uang bertumbuh. (Bloomberg Technos)

Sejak usia dini, banyak dari kita diajarkan pentingnya menabung. Dari celengan ayam hingga buku tabungan sekolah, konsep menyisihkan uang telah menjadi bagian dari pendidikan keuangan dasar. Nilai-nilai seperti “hemat pangkal kaya” dan “rajin menabung tanda orang cerdas” sudah mendarah daging. Namun, seiring berjalannya waktu, apakah menabung saja masih relevan?

Realita ekonomi saat ini menunjukkan bahwa menabung, meskipun masih penting, tak lagi cukup untuk menjaga stabilitas finansial jangka panjang. Penyebab utamanya adalah inflasi, yaitu naiknya harga barang dan jasa dari waktu ke waktu.

Ambil contoh sederhana: harga Pertalite yang pada tahun 2013 masih sekitar Rp4.500 per liter, kini di 2023 sudah menyentuh Rp10.000. Sementara itu, bunga tabungan di bank konvensional hanya berkisar antara 0,5% hingga 1,5% per tahun—angka yang jelas kalah jauh dari laju inflasi tahunan yang mencapai 3% hingga 4%.

Rekomendasi
Artinya, uang yang ditabung memang bertambah secara nominal, tetapi nilainya secara riil justru menyusut. Inilah tantangan besar bagi mereka yang hanya mengandalkan tabungan sebagai strategi finansial.

Dalam situasi ekonomi yang penuh dinamika, investasi menjadi solusi yang semakin relevan. Tidak seperti menabung yang cenderung pasif, investasi memungkinkan uang Anda bekerja dan berkembang.

Beberapa instrumen investasi yang kini dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat umum antara lain:

Reksa Dana: Dikelola oleh manajer investasi profesional. Cocok untuk pemula yang ingin belajar tanpa harus memantau pasar setiap hari.

Saham: Menawarkan potensi keuntungan tinggi, meskipun disertai risiko yang lebih besar.

Obligasi: Memberikan pendapatan tetap dengan risiko yang relatif rendah.

Emas: Aset aman yang sering digunakan sebagai pelindung nilai saat ekonomi tidak menentu.

Properti: Meskipun memerlukan modal besar, properti memiliki nilai yang cenderung naik dalam jangka panjang.

Sebagai ilustrasi, jika seseorang berinvestasi sebesar Rp1 juta per bulan selama 20 tahun dengan imbal hasil rata-rata 10% per tahun, hasilnya bisa melampaui Rp600 juta. Jauh lebih besar dibandingkan jika uang tersebut hanya ditabung dengan bunga rendah.
Sebagaimana hidup, investasi juga tidak lepas dari risiko. Namun, risiko bukanlah alasan untuk tidak mulai. Justru, risiko bisa dikendalikan melalui berbagai strategi, seperti:

Edukasi keuangan: Semakin banyak Anda tahu, semakin baik keputusan Anda.

Diversifikasi portofolio: Jangan menaruh semua dana di satu jenis investasi.

Dollar cost averaging: Investasi secara rutin dalam jumlah tetap untuk mengurangi dampak fluktuasi pasar.

Ironisnya, risiko yang paling besar justru datang dari tidak berinvestasi sama sekali. Tanpa investasi, daya beli Anda terus tergerus, dana pensiun tidak terbentuk, dan di masa tua Anda mungkin bergantung sepenuhnya pada orang lain.

Bagi Anda yang baru ingin mulai berinvestasi, langkah-langkah berikut bisa menjadi panduan awal:

Tentukan tujuan keuangan, misalnya dana pensiun, membeli rumah, atau biaya pendidikan anak.

Kenali profil risiko Anda: apakah Anda termasuk tipe konservatif, moderat, atau agresif?

Pilih instrumen yang sesuai dengan profil dan tujuan tersebut.

Gunakan platform resmi dan diawasi OJK atau BEI untuk menjamin keamanan dana Anda.

Mulai dari nominal kecil, tetapi lakukan secara konsisten.

Menabung tetap memiliki tempatnya—terutama untuk dana darurat atau kebutuhan jangka pendek. Namun, untuk mencapai tujuan keuangan besar di masa depan, investasi adalah senjata yang tidak bisa diabaikan.

Seperti yang dikatakan oleh Warren Buffett:
“Jika Anda tidak menemukan cara menghasilkan uang saat tidur, Anda akan bekerja seumur hidup.”

Maka dari itu, mari bergerak dari sekadar menyimpan uang, menuju membangun masa depan finansial yang lebih kuat melalui investasi yang cerdas dan terencana.

Rekomendasi Untuk Anda