Trump sebut AS ambil pelajaran dari taktik perang Rusia-Ukraina, khususnya penggunaan drone dan strategi tempur modern. (Foto: DSA)

Dalam salah satu pernyataan publik terbarunya, Presiden AS Donald Trump menyoroti perkembangan teknologi militer yang terjadi dalam konflik Rusia-Ukraina sebagai "ruang belajar" strategis bagi Amerika Serikat. Salah satu hal yang disorotnya secara khusus adalah penggunaan drone—yang kini menjadi wajah baru dari peperangan modern.

“Kita menyaksikan bentuk-bentuk peperangan yang benar-benar baru… dan kita belajar dari semua itu,” ujar Trump dalam pidatonya kepada para kadet West Point. Ia menekankan bahwa inovasi dan keberanian mengambil risiko menjadi keharusan bagi militer AS di era digitalisasi perang.

Konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah menjadi ajang demonstrasi teknologi tanpa awak. Laporan investigatif The Times menyebut Rusia berhasil membangun dominasi dalam “perlombaan drone,” khususnya lewat produksi massal drone FPV (First Person View) berbiaya rendah dan drone berpemandu serat optik. 

Jenis terakhir ini memiliki keunggulan utama: sulit dilacak oleh sistem anti-drone dan tahan terhadap gangguan sinyal elektronik.

Dalam keterangan terpisah, Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa lebih dari 4.000 unit drone dikirim setiap hari ke garis depan pada tahun 2024. UAV ini digunakan untuk berbagai misi, mulai dari serangan kamikaze hingga sabotase logistik musuh.

Menurut analisis RAND Corporation, Rusia mengembangkan drone berbasis kabel sebagai tanggapan langsung terhadap kemampuan anti-UAV milik Barat, yang selama ini bergantung pada gangguan sinyal (jamming) dan pemblokiran komunikasi.

Di sisi lain, Ukraina juga menunjukkan respons luar biasa terhadap dinamika medan tempur. Dengan membangun bengkel-bengkel perbaikan drone dekat garis depan dan memanfaatkan pencetakan 3D, mereka berhasil mempertahankan efektivitas armada UAV mereka. 

Teknisi Ukraina juga mulai mengembangkan sistem counter-EW (perang melawan gangguan elektronik) guna menghadapi taktik Rusia.

Wawancara dengan pakar militer Ukraina pada Mei 2025 mengungkap bahwa modifikasi drone kini difokuskan pada ketahanan terhadap perangkat perang elektronik dan kemampuan menghindari sistem pelacakan otomatis.

Perkembangan ini menjadi perhatian serius bagi Washington. Trump, dalam pernyataan lanjutan, menyinggung bahwa konflik masa depan tidak hanya akan melibatkan drone taktis, tetapi juga kombinasi antara UAV, senjata hipersonik, dan kecerdasan buatan. 

Ia menekankan pentingnya Amerika belajar dari fleksibilitas Ukraina dalam perawatan dan adaptasi drone, terutama untuk operasi jarak jauh.

Laporan NATO tahun 2025 turut memperkuat urgensi ini, menyebutkan lonjakan investasi dalam teknologi drone swarm dan sistem peperangan elektronik sebagai bagian dari persiapan menghadapi konflik dengan pola baru.

Meski sebelumnya menyatakan bahwa ia bisa menghentikan perang Rusia-Ukraina dalam 24 jam, Trump belakangan mengakui bahwa pernyataannya itu sebagian bersifat retoris. 

“Saya mungkin terdengar sedikit sarkastik,” katanya saat ditanya kembali soal janji tersebut. Ia juga menyinggung bahwa negosiasi dengan pemimpin seperti Putin dan Zelenskyy tidak semudah yang dibayangkan publik.

Pernyataan tersebut memperlihatkan dinamika kompleks yang dihadapi AS, bukan hanya dalam menyusun kebijakan luar negeri, tetapi juga dalam merumuskan strategi pertahanan yang mampu menanggapi perubahan cepat dalam lanskap teknologi militer.

Konflik Rusia-Ukraina telah menjelma menjadi medan uji coba teknologi drone modern, mengingatkan dunia bahwa dominasi militer kini ditentukan bukan hanya oleh kekuatan konvensional, tetapi juga oleh kecepatan inovasi dan kemampuan beradaptasi. 

Bagi AS, pelajaran dari medan tempur tersebut bisa menjadi kompas strategis untuk membentuk doktrin militer generasi berikutnya.