![]() |
TNI Angkatan Udara sedang mengevaluasi kemungkinan pembelian jet tempur J-10 dari China. Proses masih dalam tahap peninjauan dan belum ada keputusan resmi dari pemerintah Indonesia. (Foto: Ist) |
Rumor mengenai rencana TNI AU membeli 42 unit jet tempur J-10 dari China telah menjadi topik hangat di berbagai media dan platform daring, terutama setelah pernyataan resmi Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal M Tonny Harjono pada 27 Mei 2025.
Isu ini mencuat setelah Harjono memberikan pernyataan kepada Antara News pada 28 Mei 2025, yang mengakui bahwa TNI AU sedang mempertimbangkan pembelian J-10C.
Ia menegaskan, "Kami sedang mempertimbangkannya," namun menambahkan bahwa proses pengadaan alutsista melibatkan banyak tahap, termasuk peninjauan oleh Dewan Penentu Alutsista (Wantuwada). Proses ini mencakup evaluasi kebutuhan pertahanan nasional, dampak diplomatik, dan kesesuaian teknis.
Harjono juga menyoroti posisi Indonesia sebagai negara nonblok dengan pernyataan, "Kami juga negara nonblok, tidak berpihak pada blok manapun. Kami sahabat baik dengan semua orang." Hal ini menunjukkan fleksibilitas Indonesia dalam kerja sama pertahanan, termasuk dengan China.
Menurut Harjono, TNI AU hanya menjalankan keputusan pemerintah melalui Kementerian Pertahanan, dan setiap pengadaan alutsista didasarkan pada keputusan pemerintah. Ini menegaskan bahwa keputusan akhir belum final dan masih dalam tahap evaluasi.
Beberapa media internasional melaporkan rencana pembelian ini dengan detail lebih lanjut. Misalnya, Bulgarian Military (Indonesia may acquire 42 used J-10 fighter jets from China) menyebutkan bahwa Indonesia mungkin akan membeli 42 unit J-10 bekas, dengan spekulasi pengumuman resmi di Indo Defence Expo & Forum pada 11-14 Juni 2025.
Artikel ini juga menyoroti keunggulan J-10C, seperti radar AESA dan kemampuan membawa misil PL-15 dengan jangkauan lebih dari 120 mil, menjadikannya kompetitif dengan jet Barat seperti F-16 Block 70.
Alert 5 (Indonesia revives abandoned Su-35 deal, adds Chinese J-10s) melaporkan bahwa Indonesia berencana membeli 42 unit J-10 bekas dengan pengiriman cepat dari inventaris PLA, dan juga kemungkinan melanjutkan pembelian Su-35 dari Rusia.
Intelligence Online (Chinese fighter jets ready to land in Jakarta alongside France’s Rafales) menyebutkan bahwa TNI AU telah memberikan persetujuan prinsip untuk pembelian 42 unit J-10, meskipun belum ada konfirmasi resmi.
Diskusi di X juga menunjukkan antusiasme publik.
Postingan dari @Hurin92 menyebutkan laporan dari Alert 5 yang dianggap kredibel, dengan pengumuman resmi diharapkan pada Juni 2025.
Namun, ada pula suara kritis seperti di X oleh @agent_pin, yang mempertanyakan urgensi pembelian di tengah kondisi keuangan negara yang kritis, dengan fokus pada kebutuhan rakyat seperti lapangan kerja dan pangan.
Indonesia tengah melakukan modernisasi alutsista, dengan kontrak pembelian 42 unit jet tempur Rafale dari Prancis yang diharapkan tiba pada awal 2026, Hal ini menunjukkan strategi diversifikasi sumber alutsista, dengan TNI AU mempertimbangkan opsi dari berbagai negara, termasuk China dan Rusia.
Rumor revival deal Su-35 dengan Rusia, seperti disebutkan dalam beberapa laporan, menambah kompleksitas strategi pertahanan Indonesia.
J-10C, yang dikembangkan oleh Chengdu Aerospace Corporation, memiliki kemampuan multirole yang cocok untuk misi udara dan serangan darat, serta kompetitif dengan jet seperti F-16 dan Su-27, menurut laporan Bulgarian Military.
Keunggulan ini menjadi alasan pertimbangan TNI AU, terutama dengan laporan penggunaan oleh Pakistan dalam konflik dengan India, meskipun klaim tersebut belum dikonfirmasi secara independen. Pembelian J-10 berpotensi memperkuat kemampuan udara TNI AU dengan harga yang kompetitif dibandingkan jet Barat dan kemampuan teknis yang memadai.
Namun, tantangan meliputi kondisi keuangan negara, seperti yang disorot dalam diskusi di X, serta potensi dampak diplomatik dengan negara Barat mengingat hubungan Indonesia dengan China dan Amerika Serikat.
Proses pengadaan yang panjang dan kompleks, sebagaimana dijelaskan Harjono, juga menunjukkan keputusan akhir kemungkinan memakan waktu.
Dengan Indo Defence Expo yang akan digelar dalam beberapa minggu, publik dan analis pertahanan menantikan pengumuman resmi. Namun, hingga kini, berdasarkan informasi yang tersedia, rencana ini masih dalam tahap evaluasi dan keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan pemerintah.
0Komentar