Pada malam 23 hingga 24 Mei 2025, ibu kota Ukraina, Kyiv, diguncang oleh salah satu serangan udara terbesar sejak awal invasi Rusia. Di saat dunia menyaksikan secercah harapan lewat pertukaran tahanan antara Ukraina dan Rusia, langit Kyiv justru dipenuhi ancaman mematikan — 14 rudal balistik dan lebih dari 250 drone, mayoritas di antaranya adalah drone kamikaze buatan Iran, Shahed.
Pertahanan udara Ukraina menunjukkan ketangguhan, berhasil menghancurkan enam rudal dan 128 drone. Sementara itu, sistem peperangan elektronik menonaktifkan 117 drone lainnya. Namun, tak semua dapat dicegah.
Ledakan terdengar di berbagai penjuru kota, menyebabkan kerusakan pada sejumlah apartemen, memicu kebakaran di distrik Solomianskyi dan Obolonskyi, serta melukai sedikitnya 15 orang.
"Ini adalah serangan terbesar yang pernah dialami Kyiv selama perang," ujar otoritas militer kota. Wali Kota Vitali Klitschko pun mengingatkan warga lewat Telegram, "Tetaplah di tempat perlindungan!"
Ironisnya, gempuran ini terjadi hanya beberapa jam setelah momen yang seharusnya menjadi titik terang: pertukaran 390 tahanan antara Ukraina dan Rusia yang dimediasi di Istanbul. Pertukaran ini diproyeksikan mencapai 1.000 tahanan dari masing-masing pihak pada akhir pekan.
Namun, di saat Presiden Volodymyr Zelensky mengajak Vladimir Putin untuk bertemu langsung di Turki guna membahas gencatan senjata, Rusia justru hanya mengirim delegasi tingkat rendah — tanpa membawa satu pun usulan perdamaian.
![]() |
Petugas penyelamat berada diatas puing-puing bangunan setelah serangan rudal Rusia di Kyiv, Ukraina, Kamis (24/5/2025). (Andrew Kravchenko/Bloomberg) |
Zelensky menilai serangan ini sebagai bukti nyata bahwa Kremlin tak berniat menghentikan perang.
"Moskow tidak menunjukkan keinginan untuk mengakhiri perang ini," tegasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha, mengatakan bahwa "Respons Rusia terhadap upaya damai internasional adalah rudal — tekanan sanksi harus diperkuat."
Selain Kyiv, beberapa wilayah lain seperti Odesa, Dnipropetrovsk, Zaporizhzhia, Vinnytsia, dan Kharkiv juga menjadi target. Rusia mengklaim berhasil menembak jatuh 94 drone Ukraina yang menyasar wilayah tengah Rusia.
Salah satu lokasi yang diserang adalah zona industri di Yelets, yang memproduksi baterai untuk rudal. Serangan ini menyebabkan delapan orang luka dan merusak 20 apartemen.
Meski sistem pertahanan Ukraina berhasil menahan sebagian besar serangan, skala serangan ini tetap mengejutkan. "Pertahanan udara kami bekerja, tapi serangannya belum pernah sebesar ini sebelumnya," kata perwakilan Angkatan Udara Ukraina.
Dengan meningkatnya agresi militer di tengah upaya diplomatik, Ukraina menyerukan dunia internasional untuk tidak hanya mengecam, tetapi juga mengambil tindakan konkret dalam bentuk sanksi lebih keras terhadap Rusia.
Serangan ini menjadi pengingat pahit bahwa harapan perdamaian bisa runtuh kapan saja ketika peluru masih lebih nyaring dari kata-kata.
0Komentar