Meski dilanda konflik berkepanjangan dengan Palestina, ekonomi Israel tetap stabil dan tumbuh pesat berkat teknologi dan inovasi. (REUTERS/Ronen Zvulun)

Di balik dentuman bom dan riuh konflik dengan Palestina, Israel justru mencatatkan diri sebagai salah satu kekuatan ekonomi paling stabil di kawasan Timur Tengah. Negara seluas 20.770 km² ini terus menunjukkan ketahanan luar biasa, dengan Produk Domestik Bruto mencapai setengah triliun dolar AS pada 2022. Apa yang membuat ekonomi Negeri Zionis ini begitu kebal terhadap gejolak? 

Sementara negara-negara Arab di sekitarnya menggantungkan kemakmuran pada minyak bumi, Israel memilih jalan lain. Negeri ini membangun tiang-tiang perekonomiannya di atas pilar teknologi dan inovasi. Data terakhir menunjukkan, hampir separuh nilai ekspor Israel berasal dari produk-produk teknologi tinggi. 

Kekuatan ini bukan muncul tiba-tiba. Jejaknya bisa ditelusuri sejak dekade 1970-an ketika Israel mulai serius mengembangkan industri berbasis pengetahuan. Namun, percepatan signifikan terjadi ketika puluhan ribu imigran terdidik dari bekas Uni Soviet membanjiri negara itu pada 1990-an, membawa serta keahlian di bidang sains dan teknik. 

Israel telah menciptakan ekosistem yang menarik bagi para pemain teknologi dunia. Lembah Silikon-nya yang terkenal menjadi magnet bagi perusahaan-perusahaan seperti Intel dan Microsoft yang mendirikan pusat penelitian di sana. 

Yang menarik, kolaborasi ini tidak hanya datang dari sekutu tradisional seperti Amerika Serikat, tetapi juga dari negara-negara yang secara politik tidak selalu sejalan dengan Israel. 

Pemerintah mendukung penuh ekosistem ini melalui kebijakan fiskal yang mendorong penelitian dan pengembangan. Hasilnya, startup-startup Israel bermunculan seperti jamur di musim hujan, banyak di antaranya yang kemudian menjelma menjadi unicorn dan memberi kontribusi signifikan bagi penerimaan negara.

Ironisnya, di saat Israel terus menerima kecaman dunia atas kebijakannya di Palestina, produk-produk teknologi mereka justru digunakan secara global. Dari sistem keamanan siber yang mendunia hingga inovasi pertanian yang dipakai di berbagai negara, termasuk beberapa negara yang secara vokal mengkritik politik Israel. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam tatanan ekonomi global modern, keunggulan kompetitif bisa mengalahkan pertimbangan politik. Israel, dengan segala kontroversinya, telah membuktikan bahwa inovasi dan sumber daya manusia berkualitas bisa menjadi tameng terhadap gejolak politik yang tak kunjung reda. 

Israel membuktikan satu hal: inovasi dan SDM unggul bisa menjadi tameng ekonomi di tengah konflik berkepanjangan. Namun, ada ironi pahit dalam kisah sukses ini. Negara yang menjadi kiblat startup dunia itu justru menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa berjalan paralel dengan pelanggaran HAM yang sistematis. 

Kita harus bertanya: apakah model pembangunan seperti ini layak diapresiasi? Ketika drone canggih digunakan baik untuk pertanian maupun pemboman, ketika software keamanan dijual ke seluruh dunia sementara Tepi Barat dijaga sistem apartheid digital - bukankah ini kemajuan yang timpang? 

Pelajaran terpenting bukanlah tentang bagaimana Israel tetap makmur meski berkonflik, melainkan tentang betapa dunia dengan mudah memisahkan ekonomi dari moralitas. 

Inilah paradoks abad ke-21: kita mengutuk pelanggaran HAM Israel di satu sisi, sambil tetap membeli produk teknologinya.