![]() |
Indonesia tengah memasuki era ekonomi digital dengan nilai mencapai US$90 miliar pada 2024. Data pengguna internet menjadi komoditas strategis baru atau "new oil". (Dok. Istimewa) |
Indonesia sedang berada di titik krusial menuju lompatan ekonomi berbasis data. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyampaikan pandangan visioner bahwa komoditas utama masa depan bukan lagi batu bara atau minyak bumi, melainkan data digital yang setiap hari dihasilkan oleh masyarakat melalui klik, transaksi, unggahan, dan interaksi daring.
“Selama kita saling terhubung dan akan terus tumbuh setiap hari baik di setiap klik tontonan, transaksi, download, upload semuanya. Inilah komoditas baru di era digital,” ujar Gibran, menekankan bahwa data adalah aset strategis yang tak pernah habis dan terus bertambah nilainya.
Potensi ekonomi digital Indonesia kini menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 2024, nilainya telah menembus US$90 miliar, dan diproyeksikan bisa mencapai US$200 hingga 360 miliar pada tahun 2030, tergantung pada berbagai faktor pendukung.
Bahkan sektor pembayaran digital sendiri diprediksi tumbuh 2,5 kali lipat hingga menyentuh US$760 miliar, memperlihatkan transformasi mendalam dalam perilaku konsumen dan model transaksi.
Indonesia memiliki landasan kuat untuk mewujudkan proyeksi tersebut. Dari 287 juta penduduk, 221 juta di antaranya adalah pengguna internet aktif. Hal ini menempatkan Indonesia bukan hanya sebagai pasar digital yang besar, tetapi juga penghasil data masif yang berpotensi menjadi sumber keunggulan kompetitif.
“Bayangkan Indonesia dengan 287 juta penduduknya, di mana 221 juta di antaranya pengguna internet. Memiliki banyak potensi informasi yang bisa diolah dari data kita sehari-hari,” imbuh Gibran.
Hilirisasi Digital dan Peran UMKM
Konsep hilirisasi digital yang digaungkan pemerintah menekankan pentingnya mengolah data mentah menjadi produk dan layanan digital bernilai tinggi.
Ini bukan sekadar jargon, tetapi keharusan strategis agar Indonesia tidak sekadar menjadi konsumen produk luar, melainkan pemain utama dalam ekosistem digital global.
Kontribusi sektor UMKM juga tak bisa dipandang sebelah mata. Terdapat 64 juta pelaku UMKM yang mulai terintegrasi ke dalam ekosistem digital, mendorong pertumbuhan transaksi online sebesar 4,95% pada 2024. Digitalisasi UMKM menjadi salah satu penggerak utama inklusi ekonomi berbasis teknologi.
Ekosistem Startup dan Investasi
Indonesia saat ini menempati peringkat ke-6 dunia dalam jumlah startup, dengan 15 unicorn dan 2 decacorn yang menjadi simbol kekuatan inovasi nasional.
Ekosistem e-commerce juga menunjukkan performa solid, menyumbang 40% pasar digital ASEAN dengan nilai mencapai US$77 miliar pada 2023, dan diprediksi tumbuh 11% pada 2024.
Namun, di tengah optimisme, tantangan tetap ada. Penurunan investasi startup sejak 2021 menjadi catatan penting. Dari Rp144 triliun, investasi menyusut menjadi Rp63 triliun pada 2022, mengindikasikan perlunya strategi berkelanjutan agar iklim investasi tetap kondusif.
Strategi Pemerintah dan Tantangan Perlindungan Konsumen
Pemerintah terus memperkuat fondasi ekonomi digital melalui berbagai kebijakan dan program. Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) disiapkan untuk melindungi konsumen, seiring meningkatnya ancaman penipuan digital yang bisa menjangkau hingga 50% masyarakat.
Di sisi lain, target inklusi keuangan 90% dicanangkan untuk 2024 melalui digitalisasi pembayaran seperti QRIS, serta pelatihan SDM digital yang dilakukan bersama mitra global seperti Tsinghua University.
Langkah-langkah ini diharapkan mendukung peran Indonesia dalam kerangka ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), yang menargetkan nilai ekonomi digital regional mencapai US$2 triliun.
Dengan kekayaan data sebagai “new oil”, Indonesia memiliki peluang besar untuk melompat lebih tinggi dalam peta ekonomi global. Namun, keberhasilan transformasi ini sangat bergantung pada hilirisasi digital yang inklusif, peningkatan literasi, proteksi konsumen, serta keberlanjutan investasi dan inovasi.
Momentum telah terbentuk — kini tinggal bagaimana bangsa ini mengelola dan memaksimalkan aset digitalnya secara cerdas dan berkelanjutan.
0Komentar