![]() |
Chevron disebut akan kembali menggarap proyek migas di Indonesia. Pemerintah mempercepat proses lelang 30 wilayah kerja migas yang menarik minat perusahaan global. (REUTERS) |
Salah satu perusahaan energi raksasa asal Amerika Serikat, Chevron, dikabarkan berencana kembali berinvestasi di sektor minyak dan gas (migas) Indonesia. Hal ini menjadi sorotan di tengah upaya pemerintah mempercepat proses lelang sejumlah wilayah kerja migas.
Chevron bukanlah pemain baru di industri migas Indonesia. Perusahaan ini pernah lama beroperasi di beberapa proyek strategis Tanah Air sebelum akhirnya menghentikan keterlibatannya. Namun kini, sinyal kembalinya Chevron mulai menguat seiring pernyataan dari pejabat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyampaikan bahwa pemerintah sedang mengakselerasi proses lelang terhadap 30 wilayah kerja migas. Proses ini melibatkan sejumlah perusahaan global besar, termasuk Chevron.
"Ini kan kita lagi mempercepat proses lelang untuk 30 wilayah kerja. Jadi ini segera kita lakukan lelang. Jadi salah satu pemain global itu adalah Chevron, ya mungkin mereka juga akan kembali," ujar Yuliot kepada awak media di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, pada Jumat (16/5/2025).
Pernyataan ini memberi sinyal kuat bahwa pemerintah membuka peluang selebar-lebarnya bagi investor global untuk kembali menggarap sumber daya energi Indonesia, khususnya di sektor hulu migas. Chevron pun masuk dalam radar perusahaan yang dinilai potensial untuk kembali berkontribusi di sektor tersebut.
Menurut Yuliot, pengalaman panjang Chevron di sektor hulu migas Indonesia menjadi nilai tambah tersendiri. Perusahaan tersebut dinilai memiliki rekam jejak yang cukup mumpuni dalam mengelola sumber daya energi di berbagai wilayah Tanah Air.
“Mereka juga cukup lama dan juga punya pengalaman cukup di bidang hulu migas,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, juga angkat suara terkait potensi kembalinya Chevron ke Indonesia. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa sektor migas Indonesia masih punya daya tarik besar di mata dunia.
"Yang jelas, kan kalau Chevron masuk kan berarti memang migas di Indonesia masih cukup menarik," ujar Tri.
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia tetap menjadi tujuan strategis dalam peta investasi energi global, meskipun persaingan antar negara dalam menarik investasi migas kian ketat.
Kembalinya Chevron juga bisa diartikan sebagai bentuk kepercayaan terhadap iklim investasi yang sedang dibangun pemerintah. Kepastian regulasi, transparansi lelang, serta potensi cadangan migas yang masih besar menjadi faktor-faktor yang memperkuat posisi Indonesia.
Dari sisi pemerintah, percepatan lelang wilayah kerja merupakan bagian dari strategi untuk mendorong eksplorasi dan produksi migas nasional. Hal ini dinilai penting demi menjawab tantangan menurunnya produksi migas nasional dan tingginya kebutuhan energi dalam negeri.
Di tengah peralihan global menuju energi baru dan terbarukan, sektor hulu migas tetap memegang peranan penting dalam transisi energi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kerja sama dengan perusahaan besar seperti Chevron diharapkan dapat membawa teknologi baru, efisiensi operasional, serta peningkatan kapasitas nasional.
Sebagai catatan, Chevron sebelumnya sempat menjadi operator utama di beberapa lapangan migas besar, termasuk Blok Rokan di Riau. Namun, pada 2021 lalu, pengelolaan Blok Rokan resmi beralih ke PT Pertamina Hulu Rokan, anak usaha BUMN energi Pertamina.
Jika Chevron benar-benar kembali, ini akan menjadi momentum baru bagi sektor migas Indonesia. Tidak hanya dari sisi investasi, tetapi juga dari aspek alih teknologi, manajemen proyek, serta pengembangan sumber daya manusia lokal.
Namun demikian, publik tentu berharap bahwa kerja sama yang akan dibangun kelak mampu mengedepankan prinsip keberlanjutan, kedaulatan energi, dan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Peluang ini juga sebaiknya dimanfaatkan pemerintah untuk memperkuat bargaining position Indonesia di mata investor. Dengan cadangan migas yang tersebar di banyak wilayah, termasuk wilayah timur Indonesia yang masih belum tergarap optimal, Indonesia bisa menawarkan lebih dari sekadar potensi sumber daya alam.
Di tengah dinamika geopolitik global dan fluktuasi harga energi, kehadiran pemain besar seperti Chevron bisa menjadi angin segar. Namun tetap dibutuhkan pengawasan ketat agar pengelolaan migas tetap berpihak pada kepentingan nasional.
0Komentar