![]() |
Bitcoin menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah pola golden cross terbentuk. Penurunan peringkat utang AS oleh Moody’s menjadi salah satu faktor yang memperkuat sentimen bullish. (Getty Images) |
Dalam 24 jam terakhir, pasar kripto kembali menunjukkan dinamika yang menarik perhatian investor global. Meskipun kapitalisasi pasar sempat melemah, sinyal teknikal dan perkembangan ekonomi makro global justru memberi ruang bagi optimisme baru, khususnya untuk Bitcoin (BTC).
Data dari Coinmarketcap per Senin pagi, 19 Mei 2025, mencatat bahwa total kapitalisasi pasar kripto global turun sebesar 1,97%, berada di kisaran US$ 3,33 triliun.
Namun, sorotan utama justru tertuju pada Bitcoin yang meskipun terkoreksi 3,12% dalam sehari terakhir, masih diperdagangkan di level tinggi, yakni sekitar US$ 106.408 atau setara Rp 1,75 miliar (dengan kurs Rp 16.494 per dolar AS). Koreksi ini tidak serta-merta menghapus potensi bullish yang sedang dibangun oleh BTC.
Sementara itu, altcoin seperti Ethereum (ETH) dan Binance Coin (BNB) menunjukkan penguatan. ETH naik 0,9% ke level US$ 2.501 per koin, sedangkan BNB menguat 1,92% ke angka US$ 652 per koin.
Ini mengindikasikan bahwa investor masih cukup percaya diri terhadap kelanjutan tren positif di pasar kripto.
Salah satu alasan utama meningkatnya antusiasme terhadap BTC adalah kemunculan kembali pola teknikal yang disebut golden cross.
Pola ini terbentuk ketika rata-rata pergerakan harga 50 hari (50-day SMA) melampaui rata-rata 200 hari (200-day SMA), yang oleh banyak analis dianggap sebagai sinyal potensial dimulainya tren kenaikan besar-besaran.
Pola serupa pernah terjadi pada kuartal akhir 2024. Saat itu, harga Bitcoin sempat tertekan hingga US$ 50 ribu, namun setelah golden cross terbentuk, harga melonjak tajam menembus US$ 70 ribu dan mencetak rekor baru di atas US$ 109 ribu pada Januari 2025.
Kini, tren pergerakan harga sejak awal April 2025 menunjukkan pola serupa, memunculkan harapan akan terulangnya reli spektakuler. Namun perlu diingat, meski golden cross kerap dikaitkan dengan momentum positif, tidak ada jaminan bahwa pola ini akan selalu berakhir dengan reli.
Dalam pasar yang sangat dipengaruhi oleh sentimen global dan kebijakan makro, kehati-hatian tetap diperlukan. Di luar analisis teknikal, faktor makroekonomi juga turut memperkuat sentimen positif terhadap Bitcoin.
Moody’s, lembaga pemeringkat utang internasional, secara resmi menurunkan peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat dari Aaa menjadi Aa1 pada Jumat (17/5/2025).
Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap beban utang nasional yang kini telah melampaui US$ 36 triliun. Langkah Moody’s ini menambah daftar kekhawatiran investor terhadap kestabilan fiskal AS.
Kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS dalam beberapa waktu terakhir mencerminkan ekspektasi terhadap peningkatan risiko fiskal dan potensi pelemahan nilai dolar.
Dalam kondisi seperti ini, aset alternatif seperti Bitcoin biasanya mendapatkan sorotan sebagai lindung nilai terhadap risiko sistemik dan inflasi.
Secara historis, ketidakstabilan ekonomi global sering kali menjadi pemicu utama minat terhadap aset kripto. Dalam konteks saat ini, penurunan peringkat utang AS oleh Moody’s bisa dianggap sebagai sinyal bahwa bahkan ekonomi terbesar dunia pun tidak kebal terhadap tekanan fiskal.
Jika golden cross benar-benar terkonfirmasi dalam waktu dekat dan dibarengi dengan ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, Bitcoin berpotensi melanjutkan tren kenaikannya.
Namun, investor harus tetap bijak, karena volatilitas tetap menjadi ciri khas pasar kripto. Bukan tidak mungkin BTC akan menghadapi koreksi lanjutan sebelum akhirnya menembus level resistensi berikutnya.
Oleh karena itu, pemantauan rutin terhadap sinyal teknikal, berita makro, serta perilaku investor institusi menjadi kunci untuk memahami arah pasar ke depan.
0Komentar