![]() |
Simak daftar 9 negara yang paling banyak mengirim mahasiswa internasional ke Harvard dan peran mereka dalam komunitas akademik global. (stock.adobe.com) |
Langkah mengejutkan datang dari pemerintahan Trump: Harvard University dilarang menerima mahasiswa internasional baru untuk tahun ajaran 2025–2026. Keputusan ini muncul setelah Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mencabut izin Student and Exchange Visitor Program (SEVP) milik Harvard.
Akibatnya, calon mahasiswa asing dari seluruh dunia—termasuk dari sembilan negara penyumbang terbanyak untuk angkatan Class of 2028—terancam kehilangan kesempatan belajar di universitas bergengsi tersebut.
9 Negara Penyumbang Mahasiswa Asing Terbesar ke Harvard?
Berdasarkan data terbaru, inilah sembilan negara dengan jumlah mahasiswa internasional terbanyak di Harvard:
Tiongkok
Lebih dari 1.000 mahasiswa dari Tiongkok belajar di Harvard, menjadikannya negara pengirim terbesar. Mereka tersebar di berbagai program, termasuk sains, ekonomi, dan hukum.
India
Pelajar dari India dikenal karena kontribusinya di bidang teknologi dan riset. Harvard menjadi destinasi utama setelah universitas seperti MIT dan Stanford.
Kanada
Dengan jarak geografis yang dekat dan sistem pendidikan serupa, Kanada menyumbang ratusan mahasiswa tiap tahun.
Korea Selatan
Mahasiswa Korea banyak terlibat dalam program STEM dan studi internasional. Mereka aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi kampus.
Inggris
Mahasiswa dari Inggris kerap menempuh pendidikan pascasarjana di Harvard, terutama di bidang hukum, pemerintahan, dan bisnis.
Brasil
Sebagai perwakilan dari Amerika Latin, mahasiswa Brasil hadir dengan latar belakang kuat di bidang kebijakan publik dan lingkungan.
Meksiko
Mahasiswa Meksiko menonjol dalam bidang ekonomi pembangunan dan hubungan internasional.
Jerman
Kontribusi mahasiswa Jerman terlihat kuat dalam bidang sains, filosofi, dan teknik.
Indonesia
Meski jumlahnya lebih sedikit dibanding negara lain, mahasiswa Indonesia tetap aktif berkontribusi. Tahun ini, terdapat 33 mahasiswa Indonesia di Harvard dan lebih dari 300 alumni—termasuk nama besar seperti Nadiem Makarim, pendiri Gojek.
Apa Dampaknya?
Dengan pembekuan izin SEVP, Harvard tak bisa menerima mahasiswa baru dari negara-negara tersebut. Selain itu, mahasiswa internasional yang saat ini masih menempuh studi juga menghadapi ketidakpastian—mereka bisa dipaksa pindah atau bahkan kehilangan status visa mereka.
Dampaknya tak hanya dirasakan individu, tapi juga Harvard secara institusi, 27% dari populasi mahasiswa Harvard adalah internasional. Kehilangan mereka berarti potensi hilangnya talenta global, kontribusi riset, dan sumber pendanaan signifikan.
Harvard telah mengajukan gugatan ke pengadilan federal, menyebut keputusan ini sebagai pelanggaran terhadap kebebasan akademik dan proses hukum. Sementara itu, sidang untuk menentukan kelanjutan kasus ini dijadwalkan berlangsung akhir Mei.
Bagi ribuan calon mahasiswa dari sembilan negara ini, masa depan mereka kini bergantung pada hasil sidang dan sikap pemerintah AS ke depan. Harvard, yang selama ini menjadi simbol keterbukaan dan kolaborasi global, kini berada di tengah pusaran konflik politik dan imigrasi.
0Komentar