![]() |
Nilai tukar rupiah terus melemah dan diprediksi belum akan pulih dalam waktu dekat. (SindoNews) |
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Kepala Ekonom BSI, Banjaran Surya Indrastomo, menyatakan bahwa masyarakat perlu mulai beradaptasi dengan kondisi tersebut.
“Kita harus menerima dan menyesuaikan diri dengan situasi ini. Tekanan terhadap rupiah masih berlangsung, sehingga peluang penguatan belum terlihat. Bahkan ada kemungkinan pelemahan lebih lanjut yang bisa memecahkan rekor sebelumnya,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Banjaran menekankan pentingnya optimalisasi kebijakan Dana Hasil Ekspor (DHE) oleh pemerintah. Ia menyarankan agar periode penyimpanan DHE diperpanjang atau kebijakan tambahan diterapkan untuk memastikan devisa tetap masuk ke dalam negeri.
Menurutnya, tantangan ini harus dihadapi bersama, apalagi di tengah kekhawatiran akan berhentinya tren ekspor positif Indonesia selama hampir lima tahun akibat tensi dagang global yang dipicu oleh Amerika Serikat.
“Meski begitu, data terbaru menunjukkan ekspor kita masih tumbuh. Dalam setiap ketidakpastian, dunia usaha selalu bisa menemukan peluang. Tugas kita bersama adalah mencari pasar ekspor baru,” kata Banjaran.
Ia mencontohkan bahwa Indonesia telah membuka peluang ekspor baru, terutama untuk produk kelapa sawit ke negara seperti India dan China. Strategi diversifikasi pasar seperti ini dianggap penting ke depannya.
Selain itu, Banjaran juga menggarisbawahi intervensi Bank Indonesia melalui instrumen non-delivery forward (NDF) yang telah dilakukan sejak awal April. Namun ia menyoroti pentingnya menjaga ketahanan cadangan devisa agar intervensi bisa berkelanjutan.
Berdasarkan data Refinitiv, nilai tukar rupiah pada Rabu (23/4/2025) ditutup pada level Rp16.860 per dolar AS, mengalami pelemahan 0,06% setelah BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya di 5,75%.