Wacana redenominasi rupiah kembali mencuat, apa alasannya?

.

Wacana redenominasi rupiah kembali mencuat pada 2025 setelah diajukan ke Mahkamah Konstitusi.

Isu redenominasi atau penyederhanaan nilai rupiah kembali mencuat di pertengahan Maret 2025. Hal ini dipicu oleh langkah hukum dari Zico Leonard Djagardo Simanjuntak, warga negara Indonesia yang mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

Zico menyoroti banyaknya angka nol dalam rupiah yang menurutnya tidak efisien dan membingungkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengusulkan agar nilai nominal Rp1.000 bisa diubah menjadi Rp1, sehingga lebih praktis dan mencerminkan stabilitas ekonomi yang lebih baik.

Langkah ini, menurutnya, sejalan dengan praktik yang sudah dilakukan oleh sejumlah negara yang memotong digit nol dalam mata uang mereka.

Sebenarnya, ide redenominasi bukanlah hal baru. Pemerintah Indonesia sudah pernah memasukkan wacana ini ke dalam rencana strategis Kementerian Keuangan periode 2020–2024.

Bahkan, sejak tahun 2013, sudah muncul ilustrasi desain baru uang rupiah hasil penyederhanaan. Sayangnya, berbagai tantangan mulai dari situasi ekonomi global hingga dampak pandemi membuat rencana tersebut belum juga dijalankan.

Saat ini, rupiah memang termasuk mata uang dengan nominal besar. Pecahan tertingginya mencapai Rp100.000, sementara nilai tukarnya terhadap dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp16.000 per US$1. 

Bandingkan dengan beberapa mata uang negara lain yang nilai tukarnya jauh lebih rendah terhadap dolar namun tanpa angka nol yang berlebihan.

Berikut ini beberapa contoh negara yang juga menggunakan mata uang dengan nominal tinggi:

Vietnam menggunakan Dong (VND), dengan pecahan hingga 500.000. Nilai tukarnya sekitar VND 25.683 per US$1.

Iran dengan Rial (IRR), memiliki uang kertas hingga 100.000 rial. Satu dolar AS setara sekitar IRR 42.408.

India mengedarkan pecahan hingga 2.000 rupee. Nilainya sekitar INR 85.429 per US$1.

Laos dengan Kip (LAK), menggunakan pecahan sampai 100.000 kip. Kursnya sekitar LAK 21.524 per US$1.

Jepang memakai Yen (JPY) yang stabil, dengan pecahan sampai 10.000 yen. Satu dolar setara sekitar JPY 140.86.

Hungaria menggunakan Forint (HUF), pecahan tertinggi adalah 20.000. Nilainya cukup rendah terhadap dolar.


Dengan kondisi tersebut, redenominasi bisa menjadi solusi untuk mempermudah transaksi, memperbaiki efisiensi ekonomi, dan memperkuat persepsi publik terhadap kestabilan rupiah.

Namun, pelaksanaannya tentu butuh waktu, strategi, dan kesiapan semua pihak agar perubahan ini tidak menimbulkan kebingungan atau dampak ekonomi yang tidak diinginkan.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama