China tegaskan tak akan toleransi negara yang pilih pihak AS dalam perang dagang

.

China memperingatkan akan membalas negara yang mendukung kebijakan perdagangan AS, menambah ketegangan dalam perang dagang yang semakin memanas. (Getty Images)


China telah memberikan peringatan keras bahwa mereka akan melakukan tindakan balasan terhadap negara mana pun yang menyepakati perjanjian perdagangan lebih menguntungkan dengan Amerika Serikat "dengan mengorbankan" kepentingan mereka. 

Kementerian Perdagangan China mengungkapkan bahwa mereka akan menanggapi tindakan tersebut dengan kebijakan "balasan timbal balik" jika ada pihak yang memenuhi tuntutan AS untuk membatasi perdagangan internasional.

Langkah ini diambil setelah laporan yang menyebutkan bahwa Presiden Donald Trump berencana menggunakan perundingan perdagangan dengan berbagai negara untuk mengisolasi China. Kementerian Perdagangan China menegaskan kembali seruan mereka untuk menciptakan front internasional yang bersatu melawan apa yang mereka sebut sebagai "perundungan sepihak" oleh AS.

Meskipun Trump telah meminta Beijing untuk membuka pembicaraan untuk menghindari perang dagang yang lebih dalam, laporan dari Wall Street Journal (WSJ) menyebutkan bahwa AS berusaha mengurangi pengaruh China dengan meminta negara-negara mitra perdagangan untuk membatasi hubungan dagang dengan China. Rencana ini termasuk meminta negara-negara tersebut agar tidak menerima pengiriman barang dari China atau mengizinkan perusahaan China beroperasi di wilayah mereka.

Sampai saat ini, China tetap tegas dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur meski tarif terhadap barang-barang mereka terus meningkat. Pada 12 April, China membalas dengan mengenakan tarif 125% pada barang-barang AS, sejalan dengan tarif yang dikenakan oleh AS.

Ketegangan yang berkembang antara AS dan China ini mengancam untuk memaksa negara-negara ketiga untuk memilih pihak atau menghadapi tarif tinggi yang bisa merugikan bisnis dan konsumen. Trump sendiri telah memberikan waktu 90 hari bagi negara-negara yang terpengaruh untuk mencapai kesepakatan individual, namun barang-barang China masih dikenakan tarif yang sangat tinggi.

Tiongkok mengingatkan mitra dagang mereka untuk tidak tunduk pada tekanan AS. Presiden Xi Jinping, dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, menyerukan agar China dan Eropa bersatu menentang "intimidasi sepihak" AS. Dia menekankan bahwa ini bukan hanya soal melindungi kepentingan masing-masing, tetapi juga tentang menjaga keadilan dan kesetaraan internasional.

Namun, peringatan terbaru dari Beijing menunjukkan sikap yang lebih langsung terhadap negara-negara yang bergantung pada manufaktur murah China. Jika mereka memilih pihak AS, maka akan dianggap sebagai penghinaan terhadap China. Hal ini dapat memaksa negara-negara untuk memilih sisi, dengan Trump mengancam akan mengenakan tarif yang sangat tinggi terhadap negara-negara mitra yang mendukung kebijakan AS.

Sementara itu, pasar internasional terus bergejolak akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang dagang ini. Meski demikian, kerugian di pasar Asia relatif terbatas, memicu spekulasi bahwa dana dapat mengalihkan investasi ke ekuitas di kawasan tersebut. Sebaliknya, ketegangan internal AS, seperti kritik Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell, turut memicu penurunan di Wall Street.

Investor kini mulai mencari aset yang lebih aman, seperti emas, yang harganya melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, sementara pasar terus menantikan laporan pendapatan perusahaan yang akan dirilis minggu ini, termasuk Tesla, yang baru saja mengalami penurunan tajam.

Keadaan ini memperlihatkan ketidakpastian global yang semakin dalam, dengan potensi dampak yang signifikan bagi ekonomi dunia dan arah kebijakan ekonomi internasional.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama