Ketua Umum NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari, bersama  Presiden Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC), Marco Scolaris (kanan), dalam ajang IF Forum 2025 yang berlangsung di The Olympic Museum, Lausanne, Swiss, Kamis (30/10/2025). (NOC Indonesia)

Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) mendapat dukungan luas dari para Presiden Federasi Internasional (IF) dalam forum tahunan IF Forum 2025 yang berlangsung di The Olympic Museum, Lausanne, Swiss, pada Kamis (30/10/2025). 

Dukungan ini datang di tengah rekomendasi Komite Eksekutif Komite Olimpiade Internasional (IOC Executive Board) yang meminta federasi olahraga dunia meninjau kembali penyelenggaraan kejuaraan di Indonesia.

Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum NOC Indonesia, mengatakan banyak pimpinan federasi olahraga dunia secara langsung menyampaikan komitmen mereka untuk tetap menggelar event di Indonesia.

“Banyak Presiden Federasi Internasional datang langsung kepada kami dan menyampaikan keinginan untuk tetap menggelar kejuaraan di Indonesia,” ujar Okto dalam rilis resmi NOC Indonesia.

Menurut Okto, dukungan itu mencerminkan kepercayaan komunitas olahraga dunia terhadap kemampuan Indonesia sebagai tuan rumah ajang besar.

“Kita mendapat dukungan dari banyak cabang olahraga yang ingin Indonesia tetap menjadi tuan rumah ajang internasional. Mereka bahkan siap membantu berbicara dan memberikan dukungan di forum lain. Apapun situasinya, setiap persoalan harus dicarikan solusi terbaik bagi semua pihak,” ucapnya.

Rekomendasi IOC dan isu visa Atlet

Dukungan ini muncul setelah keputusan IOC Executive Board yang merekomendasikan agar IF meninjau ulang penyelenggaraan kejuaraan dunia di Indonesia. Langkah itu diambil menyusul penolakan visa bagi atlet Israel dalam kejuaraan dunia senam artistik yang rencananya digelar di Jakarta.

IOC juga menghentikan dialog terkait tawaran Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade, hingga ada jaminan bahwa seluruh atlet, tanpa terkecuali, mendapat akses non-diskriminatif untuk berkompetisi.

Meski demikian, forum IF 2025 menunjukkan bahwa banyak federasi internasional masih melihat Indonesia sebagai mitra strategis dengan reputasi penyelenggaraan yang baik. Beberapa di antaranya menilai keberhasilan Indonesia dalam menggelar Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 sebagai bukti nyata kemampuan logistik dan organisasi yang solid.

“Ini membuktikan bahwa Indonesia bukan hanya strategis secara geografis, tetapi juga memiliki daya tarik tersendiri dan reputasi yang baik dalam menyelenggarakan event internasional,” kata Okto di sela-sela forum tersebut.

Menjaga kepercayaan dunia olahraga

Okto mengakui bahwa menjadi tuan rumah ajang olahraga dunia bukanlah perkara mudah. Banyak aspek yang harus dipersiapkan matang, mulai dari teknis, logistik, hingga penyiaran.

“Ketika Indonesia menjadi tuan rumah, banyak pihak yang terlibat dan biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Semua aspek mulai dari teknis, logistik, hingga broadcasting harus dipersiapkan dengan baik,” jelasnya.

Ia menambahkan, NOC Indonesia akan terus menjaga hubungan konstruktif dengan IOC dan IF, sejalan dengan semangat Olimpiade yang menekankan perdamaian dan sportivitas.

“Kami percaya bahwa olahraga seharusnya menjadi jembatan perdamaian dan persahabatan antarbangsa. NOC Indonesia akan terus menjadi mitra konstruktif bagi IOC dan IF dalam menjaga akses bagi seluruh atlet dunia untuk berkompetisi,” tegasnya.

Forum IF 2025 menjadi ajang penting bagi Indonesia untuk memperkuat diplomasi olahraga di tengah situasi global yang kompleks. Dukungan dari federasi internasional dinilai sebagai sinyal positif bahwa reputasi Indonesia di mata dunia olahraga tetap kuat, meski dihadapkan pada tantangan diplomatik dan kebijakan internasional yang sensitif.