Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dijadwalkan melakukan panen perdana budi daya lobster di Pulau Setokok, Kecamatan Bulang, Batam, Rabu (10/9/2025).
Panen dari program percontohan itu menghasilkan sekitar 1,7 ton lobster yang berasal dari 33 ribu benih bening lobster (BBL). Hasil panen diserap untuk konsumsi lokal, sekaligus menarik minat sejumlah pengusaha yang ingin mengembangkan teknologi budi daya tersebut.
Model budi daya ini dikembangkan Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL) Batam dengan memanfaatkan kerang hijau dan kerang cokelat sebagai pakan alami lobster.
Program tersebut sekaligus dimaksudkan untuk menekan penyelundupan benih ke luar negeri, terutama ke Vietnam, yang selama ini merugikan negara hingga ratusan miliar rupiah per tahun.
Sebelum program percontohan berjalan, pemerintah sempat membuka izin ekspor benih lobster ke Vietnam melalui Peraturan Menteri No. 7/2024 dengan skema investasi balik di dalam negeri.
Namun realisasi kerja sama jauh di bawah target, sementara penyelundupan justru meningkat. Menteri Trenggono menegaskan bahwa target kuota budi daya bersama Vietnam, yakni 30 juta ekor per bulan, tidak pernah tercapai.
“Enggak tahan, Pak. Satu tahun yang ditargetkan itu satu bulan 30 juta. Jadi 30 juta yang dibudidayakan, 30 juta yang dibawa ke sana. Realisasinya cuma 17 juta ekor setahun. Sementara ilegalnya marak luar biasa. Hasil evaluasi kita, saya katakan tutup,” ujar Trenggono dalam keterangan di Batam.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu, menambahkan panen perdana ini menjadi titik awal untuk melihat efektivitas teknologi budi daya lobster di dalam negeri.
“Insya Allah, kami akan panen perdana 1,7 ton. Kemudian nanti akan ada panen selanjutnya,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan lobster.
“Teknologi budi daya lobster ini belum banyak terkembang. Kita selalu punya referensi bahwa yang leading itu Myanmar. Kita penasaran, masa iya sih kita tidak bisa. Padahal kita punya potensinya, punya benih begitu melimpah,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah menyebut lokasi Batam dipilih karena strategis dekat dengan Singapura dan Malaysia, sehingga memudahkan akses pasar dan logistik.
KKP menilai keberhasilan panen perdana ini dapat menjadi dasar untuk mengajukan peraturan presiden (Perpres) tentang ekspor lobster sekaligus memperkuat penindakan aktivitas ilegal di sektor perikanan.

0Komentar