![]() |
| Israel dan Dubes di PBB mempertahankan serangan ke Qatar sebagai langkah tepat menargetkan Hamas. (Tangkapan Layar Video Instagram) |
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, membela keputusan negaranya melancarkan serangan udara di ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9/2025). Serangan itu menewaskan enam orang, termasuk putra salah satu pemimpin senior Hamas, Khalil Al-Hayya.
Israel menyebut operasi tersebut sebagai tindakan balasan setelah penembakan di Yerusalem yang menewaskan enam warga sehari sebelumnya.
Serangan terjadi di kawasan West Bay Lagoon, Doha, yang dikenal sebagai lokasi sejumlah pejabat Hamas bermukim. Israel menyatakan target utamanya adalah anggota biro politik Hamas.
Menurut Hamas, korban tewas mencakup tiga pengawal, satu ajudan, serta putra Al-Hayya. Seorang petugas keamanan Qatar juga dilaporkan ikut menjadi korban.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, operasi itu merupakan balasan atas penembakan di Yerusalem pada Senin (8/9/2025). Aksi tersebut dipuji oleh Hamas, sehingga Israel mengklaim punya alasan kuat untuk menyerang.
Pembelaan Israel
Danny Danon menegaskan bahwa serangan itu bukanlah serangan terhadap Qatar, melainkan murni ditujukan kepada Hamas.
“Masih terlalu dini untuk berkomentar tentang hasilnya, tetapi keputusannya adalah keputusan yang tepat,” kata Danon dalam wawancara radio di Israel.
Ia menambahkan, Israel tetap melakukan koordinasi dengan Amerika Serikat, tetapi keputusan akhir diambil secara independen.
“Kami tidak selalu bertindak demi kepentingan Amerika Serikat. Kami terkoordinasi, mereka memberi kami dukungan luar biasa, tetapi terkadang kami membuat keputusan dan memberi tahu Amerika Serikat,” ujarnya.
Dalam pernyataannya di media sosial, Danon juga menyebut operasi ini sebagai “serangan presisi” yang menargetkan tokoh Hamas yang disebut merencanakan serangan 7 Oktober 2023 dan mendukung penyanderaan warga Israel.
Reaksi Qatar dan Dunia Internasional
Pemerintah Qatar mengecam serangan Israel. Perdana Menteri Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani menyebut peristiwa ini sebagai “momen titik balik” di kawasan. “Negara kami berhak merespons,” tegasnya dalam konferensi pers di Doha.
Serangan tersebut juga memicu perhatian internasional. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kecewa terhadap keputusan Netanyahu.
“Saya tidak senang dengan seluruh situasi ini. Kami ingin para sandera kembali, tetapi kami tidak senang dengan cara yang terjadi hari ini,” ujarnya.
Meski begitu, Trump tetap menegaskan Hamas adalah musuh yang harus diperangi.
Dewan Keamanan PBB mengagendakan pertemuan darurat pada Rabu (10/9/2025) untuk membahas serangan Israel di Doha. Danon dijadwalkan berbicara dalam forum itu dan menyampaikan pesan bahwa Israel akan terus memburu pemimpin Hamas di mana pun mereka berada.
Kronologi Serangan
Serangan udara Israel ke Doha berlangsung pada Selasa malam sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Ledakan pertama dilaporkan mengenai sebuah rumah di kompleks perumahan mewah West Bay Lagoon, yang diketahui ditempati oleh beberapa pejabat Hamas.
Menurut laporan saksi mata, dua rudal ditembakkan secara beruntun. Serangan pertama menghantam area depan rumah dan menewaskan sejumlah pengawal, sementara serangan kedua menyasar bagian dalam bangunan tempat keluarga Khalil Al-Hayya berada. Putra Al-Hayya ikut tewas dalam kejadian tersebut.
Tim keamanan Qatar yang datang untuk mengevakuasi juga menjadi korban, dengan satu orang petugas dinyatakan meninggal. Kepulan asap hitam membumbung di atas kawasan elite Doha, yang biasanya jarang terdengar dentuman senjata.
Hamas segera mengonfirmasi jumlah korban enam orang tewas, sementara Israel menyebut operasi itu “berhasil mengenai target”. Serangan ini dilakukan hanya sekitar 24 jam setelah aksi penembakan di Yerusalem pada 8 September 2025, yang menewaskan enam warga Israel dan dipuji oleh Hamas.

0Komentar