Israel melancarkan serangan udara di Doha, Qatar, dan mengklaim menewaskan pemimpin Hamas. Namun Hamas membantah klaim itu dan menyebut semua pimpinan utama mereka selamat. (wsj.com)

Israel melancarkan serangan udara di Doha, Qatar, pada Selasa (9/9), yang diklaim menewaskan sejumlah pemimpin senior Hamas. Namun, klaim tersebut segera dibantah oleh Hamas yang menegaskan bahwa jajaran pimpinan tertinggi mereka masih selamat. 

Serangan itu menewaskan lima hingga enam orang, termasuk putra kepala negosiator Hamas Khalil al-Hayya, tiga pengawal, dan seorang petugas keamanan Qatar. Militer Israel menyebut operasi yang dinamai “Puncak Api” ini sebagai langkah sah karena menargetkan tokoh kunci Hamas.

Serangan berlangsung ketika delegasi Hamas tengah membahas proposal gencatan senjata terbaru yang dimediasi Amerika Serikat dan Qatar. Israel mengeksekusi operasi tersebut dengan mengerahkan lebih dari sepuluh jet tempur jarak jauh yang melakukan pengisian bahan bakar di udara. 

Menurut sumber militer, persiapan serangan sudah dilakukan sejak dua hingga tiga bulan lalu, namun dipercepat dalam beberapa pekan terakhir setelah terjadi aksi penembakan di Yerusalem oleh sayap bersenjata Hamas yang menewaskan enam orang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa langkah ini “sepenuhnya dibenarkan” karena menargetkan kelompok yang menurutnya terus mengancam keamanan negaranya. Hamas membalas dengan menyebut seluruh pimpinan utama mereka selamat. 

“Israel mencoba menggagalkan proses perdamaian,” kata pernyataan resmi Hamas.

Reaksi keras datang dari berbagai pihak. Pemerintah Qatar menilai serangan tersebut sebagai “pelanggaran kedaulatan dan hukum internasional” serta mempertimbangkan langkah hukum terhadap Israel. 

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer memperingatkan bahwa tindakan itu “dapat memicu eskalasi konflik.” Jerman menilai operasi militer tersebut “tidak dapat diterima,” sementara Turki menuding Israel “mengadopsi kebijakan teror negara.”

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku sudah mendapat pemberitahuan dari Israel sebelum operasi berlangsung. Namun ia menegaskan, Washington tidak ikut dalam eksekusi serangan. 

“Kami menerima pemberitahuan, tetapi AS tidak terlibat,” ujarnya. Meski begitu, Trump menilai bahwa menghancurkan kekuatan Hamas tetap merupakan tujuan yang sah.

Selain itu, Uni Emirat Arab, yang sebelumnya menormalisasi hubungan dengan Israel, ikut mengecam serangan di Doha dan menyebutnya “tindakan barbar.” 

Uni Eropa menegaskan bahwa operasi militer Israel melanggar hukum internasional dan kedaulatan Qatar. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyoroti peran kunci Qatar dalam mediasi dan meminta semua pihak menahan diri.

Pengamat menilai langkah Israel ini memperluas arena konflik di luar Gaza, setelah sebelumnya juga menyerang Lebanon, Suriah, Yaman, dan Iran. Qatar sendiri tengah menyiapkan opsi respons keamanan dan diplomatik bersama sejumlah negara Arab, di tengah kekhawatiran bahwa upaya gencatan senjata bisa kandas akibat serangan tersebut.