Efektivitas sistem pertahanan Iron Dome Israel dilaporkan turun drastis menjadi 65%. Serangan rudal Iran kembali tembus ke Beersheba, melukai tujuh warga dan memicu kekhawatiran soal ketahanan militer Israel. (Foto: BBC)

Serangan rudal Iran kembali mengguncang Israel. Pada Jumat pagi (20/6/2025), sebuah rudal balistik menghantam kota Beersheba, Israel Selatan, menyebabkan kerusakan parah dan melukai tujuh orang. Ini adalah serangan kedua dalam dua hari berturut-turut yang berhasil menembus sistem pertahanan Iron Dome, memunculkan kekhawatiran baru soal efektivitas teknologi kebanggaan Israel tersebut.

Militer Israel melaporkan bahwa rudal buatan Iran itu menghantam kawasan permukiman di Beersheba, menyebabkan kawah besar, mobil terbakar, balkon rumah ambruk, dan jendela-jendela pecah. 

“Kami mendengar suara ledakan besar, seluruh bangunan bergetar,” ujar Daniel Kohen, warga setempat, kepada media lokal. 

Tujuh korban luka, termasuk lima yang dirawat karena trauma tumpul, hirupan asap, dan kecemasan akut, langsung dilarikan ke Soroka Medical Center.

Iron Dome—yang selama ini digadang-gadang sebagai tameng udara utama Israel dengan tingkat efektivitas di atas 90%—kini dalam sorotan. 

Menurut laporan Today.com, efektivitas sistem itu anjlok ke angka 65% dalam 24 jam terakhir sebelum serangan. 

Seorang pejabat intelijen Israel yang enggan disebutkan namanya menyebut ada “indikasi malfungsi teknis dan tekanan ekstrem sistem akibat volume serangan tinggi.”

Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi yang dimulai sejak 13 Juni 2025, ketika Israel meluncurkan operasi udara ke situs nuklir dan militer Iran. 

Iran membalas dengan lebih dari 450 rudal balistik dan 1.000 drone menyerbu wilayah Israel selama seminggu terakhir. 

Serangan ke Beersheba terjadi hanya sehari setelah rudal Iran menghantam rumah sakit Soroka, menyebabkan sekitar 60 korban luka ringan di area itu.

Total korban sejak awal konflik mencapai 24 tewas dan ribuan luka di pihak Israel. Sementara di Iran, laporan The Times of Israel mencatat 639 orang tewas, termasuk 263 warga sipil, dan lebih dari 1.300 terluka. 

Angka-angka ini masih terus divalidasi karena kondisi medan sulit dan perbedaan data dari berbagai lembaga.


Pakar: “Iron Dome Kehabisan Nafas”

Efektivitas sistem pertahanan Israel kini menjadi pertanyaan besar. “Iron Dome bukan sistem yang dirancang untuk beban serangan berkelanjutan dalam skala ini,” kata Prof. Michael Eisenstadt, analis militer di Washington Institute, dikutip Reuters. 

Ia menambahkan bahwa rudal Iran kemungkinan diluncurkan secara simultan untuk mengecoh radar dan mempercepat kelelahan sistem pertahanan.

Media Israel juga melaporkan bahwa salah satu peluncur intersepter Iron Dome jatuh di Tel Aviv akibat tekanan operasional tinggi, menandakan adanya kelelahan sistemik pada infrastruktur pertahanan Israel.


Respon Militer dan Diplomatik

Israel tak tinggal diam. Pasca-serangan, militer mengklaim berhasil menghancurkan tiga peluncur rudal Iran di wilayah Teheran dan Qom sebelum digunakan kembali. 

IAF juga menembak jatuh empat drone Iran—tiga di atas Laut Mati dan satu di wilayah Haifa. Juru bicara IDF menyatakan, “Kami akan terus menetralisir setiap ancaman sebelum mencapai tanah Israel.”

Sementara itu, Eropa mulai bergerak. Para menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat di Brussel membahas solusi deeskalasi. 

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dikabarkan sedang mempertimbangkan “bentuk keterlibatan militer terbatas” guna melindungi kepentingan sekutu di kawasan, seperti dilaporkan Washington Post.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Ketegangan diprediksi belum akan mereda dalam waktu dekat. Serangan beruntun Iran menunjukkan kapasitas mereka masih besar, dan kegagalan Iron Dome menciptakan kekosongan psikologis bagi warga Israel yang selama ini mengandalkan sistem itu untuk perlindungan.

“Ini bukan hanya soal teknologi. Ini tentang persepsi keamanan nasional yang kini mulai retak,” ujar Yaakov Lappin, analis pertahanan di BESA Center. 

“Jika Iron Dome tidak bisa dipercaya, maka pemerintah Israel harus segera mengevaluasi ulang strategi pertahanan udara dan menyusun pendekatan baru” tambahnya.

Dengan perang informasi, tekanan diplomatik, dan konflik bersenjata yang terus berlangsung, satu hal kini jelas: kebobolan Iron Dome bukan lagi anomali—ini tanda bahaya yang tak bisa diabaikan.