![]() |
Presiden Donald Trump umumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50% untuk melindungi industri dalam negeri. (Foto: Bloomberg) |
Pada Jumat, 30 Mei 2025, pabrik United States Steel Corp di dekat Pittsburgh, Pennsylvania, dipenuhi semangat dan harapan. Di tengah spanduk bertuliskan “The Golden Age,” “American Steel,” dan “American Jobs,” Presiden Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%, mulai berlaku Rabu, 4 Juni 2025.
Kunjungan ini bukan hanya menandai langkah proteksionis baru, tetapi juga menunjukkan dukungan Trump terhadap kemitraan strategis antara US Steel dan Nippon Steel Corp asal Jepang.
Di tengah sorak sorai para pekerja, jersey Pittsburgh Steelers, dan helm emas, Trump menjanjikan masa depan cerah bagi industri baja — namun benarkah visi ini bebas dari tantangan?
Kebijakan tarif bukan hal baru bagi Trump. Pada 2018, ia memberlakukan tarif 25% terhadap impor baja berdasarkan Section 232 dengan alasan keamanan nasional, yang memicu perdebatan dan reaksi dari sejumlah sekutu, termasuk Kanada.
Kini, di Mon Valley Works, Trump mengambil langkah lebih ekstrem: “Tarif sekarang 25%, mereka masih bisa melewati pagar itu, tapi dengan 50%, mereka tidak bisa lagi,” ujarnya, seperti yang diunggah di Truth Social setelah acara.
Menurut Morgan Stanley, AS mengimpor sekitar 17% kebutuhan bajanya, terutama dari Kanada, Brasil, dan Meksiko. Kenaikan tarif ini ditujukan untuk melindungi produksi dalam negeri, namun pelaku industri konstruksi memperingatkan bahwa harga bahan bangunan akan naik dan berdampak pada harga rumah baru.
Masalah hukum pun mengintai. Pengadilan perdagangan sebelumnya menyatakan bahwa skema tarif “resiprokal” Trump tidak sah, meskipun putusan tersebut masih ditangguhkan oleh pengadilan banding.
Di saat yang sama, Trump juga menuding Tiongkok melanggar kesepakatan dagang terbaru, membuka kemungkinan diberlakukannya tarif tambahan yang dapat memperburuk ketegangan global.
Trump, yang sebelumnya menolak akuisisi US Steel oleh Nippon Steel dalam kampanye 2024, kini mendukung penuh kemitraan senilai $14 miliar ini.
“Setiap kali mereka datang, kesepakatannya makin membaik bagi para pekerja,” ucapnya.
Investasi yang dijanjikan mencakup $2,2 miliar untuk meningkatkan produksi baja di Mon Valley dan $7 miliar untuk modernisasi fasilitas di Indiana, Minnesota, Alabama, dan Arkansas. Trump juga menjanjikan bonus $5.000 untuk setiap pekerja, tanpa pemutusan hubungan kerja atau alih daya, serta operasional penuh tungku tiup selama 10 tahun.
“Akan banyak uang yang mengalir ke arah kalian,” kata Trump dengan antusias.
Namun, detail kemitraan ini belum sepenuhnya jelas. Awalnya, Nippon Steel mengajukan akuisisi senilai $14,1 miliar, tapi Trump kini menyebutnya sebagai “kemitraan,” sambil menegaskan bahwa US Steel akan tetap berkantor pusat di Pittsburgh dan berada di bawah kendali Amerika.
Pemerintah AS disebut akan memiliki hak veto melalui “saham emas,” menurut Senator David McCormick, guna memastikan produksi tetap dipertahankan.
Committee on Foreign Investment in the US (Cfius), panel rahasia yang meninjau investasi asing, masih menelaah syarat-syarat kesepakatan, termasuk perjanjian mitigasi. Dengan belum adanya kejelasan, baik investor maupun pekerja masih menunggu kepastian.
Serikat United Steelworkers (USW) awalnya menentang kesepakatan ini karena khawatir kepemilikan asing akan mengurangi kapasitas produksi dan memindahkan pekerjaan ke luar negeri.
“Kami butuh jaminan nyata, bukan janji,” ujar seorang perwakilan USW, mencerminkan keraguan meski ada bonus dan komitmen dari Trump. Wakil Rakyat Dan Meuser, Republikan dari Pennsylvania, justru optimistis: “Mereka tidak akan membatalkan kesepakatan ini, seperti sudah selesai.”
Sementara itu, pihak Nippon Steel belum memberikan banyak pernyataan. Para pendukung kemitraan berpendapat bahwa investasi besar ini akan menghidupkan kembali US Steel, perusahaan yang selama ini berjuang menghadapi tekanan industri.
Pasar menyambut pengumuman ini dengan positif: saham Cleveland-Cliffs Inc melonjak lebih dari 15%, sementara Nucor Corp dan Steel Dynamics Inc naik setidaknya 5%. Namun, analisis dari Yale Budget Lab menunjukkan dampak tarif tahun 2025 secara keseluruhan bisa signifikan:
Harga Konsumen: Naik 2,3%, atau sekitar $3.800 per rumah tangga per tahun.
PDB 2025: Diperkirakan turun 0,9 poin persentase.
Sektor Terdampak: Harga mobil baru naik sekitar $4.000 (karena kenaikan harga komoditas sebesar 8,4%), pakaian naik 17%, dan bahan pangan naik 2,8%.
Sektor otomotif dan manufaktur, yang sangat bergantung pada baja dan aluminium, akan menghadapi kenaikan biaya produksi. Di sisi lain, industri konstruksi juga khawatir pasokan material akan berkurang.
Beban terbesar diperkirakan akan dirasakan rumah tangga berpenghasilan rendah, yang kehilangan sekitar $1.700 per tahun, dibandingkan $8.100 untuk rumah tangga berpenghasilan tinggi.
Secara global, negara-negara seperti Kanada, Brasil, dan Meksiko mungkin merespons dengan tindakan balasan, termasuk mengajukan gugatan ke WTO. Ekonom seperti Dr.
Emily Blanchard dari Dartmouth memperingatkan, “Tarif ini bisa memicu spiral retaliasi yang merugikan perdagangan dan stabilitas ekonomi jangka panjang.”
Acara di Pittsburgh terasa seperti sebuah kemenangan, ditandai dengan pemberian jersey Steelers dan helm emas kepada Trump. Namun, banyak ketidakpastian yang masih menggantung.
Cfius belum memberikan keputusan akhir, dan perjanjian mitigasi yang akan menentukan sejauh mana kontrol AS diterapkan juga belum selesai.
“Di Washington, saya akan mengawasinya, dan ini akan menjadi luar biasa,” ujar Trump, menegaskan komitmennya untuk negara bagian Pennsylvania yang strategis.
Kenaikan tarif hingga 50% dan kemitraan US Steel–Nippon mencerminkan ambisi Trump untuk menciptakan “The Golden Age” bagi industri baja Amerika. Dengan investasi miliaran dolar, perlindungan pekerjaan, dan peningkatan kapasitas produksi, ada harapan yang besar.
Namun, lonjakan biaya, penurunan PDB, serta potensi konflik perdagangan menjadi ancaman nyata. Di Pittsburgh, semangat para pekerja bersatu dengan tanda tanya besar: akankah visi ini membawa kemakmuran sejati, atau justru menciptakan tantangan baru bagi Amerika dan dunia?
0Komentar