Trump kembali mainkan tarif tinggi di 2025. Ancaman besar, pasar turun, lalu bangkit. Apakah ini strategi negosiasi cerdas atau pola yang membingungkan dunia? (Foto: (Getty Images)

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada masa jabatan keduanya di 2025, kembali mengandalkan ancaman tarif tinggi sebagai senjata utama dalam negosiasi perdagangan. Dengan menetapkan tarif awal yang ekstrem—seperti 145% untuk impor dari China atau 50% untuk Uni Eropa—Trump berupaya memaksa mitra dagang memberikan konsesi. 

Namun, kecenderungannya untuk melunakkan ancaman-ancaman tersebut telah memunculkan istilah "TACO" (Trump Always Chickens Out) di kalangan investor, yang memanfaatkan volatilitas pasar akibat pola ini. 

Meskipun strategi ini terkadang berhasil, seperti dalam kesepakatan deportasi dengan Kolombia, banyak analis menilai kredibilitas Trump melemah karena kerap mundur. Trump secara terbuka membela pendekatan tarifnya sebagai taktik negosiasi yang disengaja. 

Dalam pernyataannya di Ruang Oval pada 28 Mei 2025, ia menjelaskan, "Itu disebut negosiasi... Saya sengaja menetapkan angka sangat tinggi, lalu menurunkannya sedikit." Taktik ini, dikenal sebagai "anchor effect", bertujuan menciptakan tekanan maksimal agar mitra dagang bersedia berunding. 

Misalnya, tarif 145% untuk impor China yang diumumkan pada 9 April 2025 diturunkan menjadi 30% setelah negosiasi, termasuk tarif 10% yang khusus ditujukan untuk fentanyl, sebagaimana dicatat dalam Fact Sheet Gedung Putih pada 12 Mei 2025.

Ancaman tarif 50% terhadap Uni Eropa juga ditunda hingga 9 Juli 2025 setelah reaksi pasar yang negatif. Tarif untuk produk seperti smartphone dan komputer dikecualikan untuk menghindari kenaikan harga konsumen. 

Trump memanfaatkan deklarasi darurat nasional pada April 2025 untuk memperkuat legalitas kebijakan tarifnya, dengan target mengurangi defisit perdagangan AS-China yang mencapai $295,4 miliar pada 2024. 

Menurut laporan NPR (22 Mei 2025), tarif rata-rata efektif pada 2025 mencapai 18%—tertinggi sejak 1934. Trump menegaskan bahwa ancaman tarif keras, seperti 50% terhadap Eropa, dibutuhkan agar mitra dagang bersedia bernegosiasi. "Mereka tak akan datang ke meja tanpa tarif 50%," ujarnya, menolak anggapan bahwa ia seorang pengecut.

Reaksi Pasar dan Fenomena "TACO"

Investor telah mengamati pola Trump: mengancam tarif tinggi yang menyebabkan pasar saham jatuh, lalu melunak yang memicu pemulihan pasar. Pola ini disebut "TACO" (Trump Always Chickens Out), istilah yang diciptakan kolumnis Financial Times Robert Armstrong pada 2 Mei 2025. 

Contohnya, pengumuman tarif pada 2 April 2025 terhadap hampir semua negara menyebabkan Dow futures turun 1.007 poin (2,3%), namun pasar segera pulih setelah pengumuman penundaan 90 hari pada 9 April 2025.

Ancaman tarif 50% terhadap Uni Eropa juga menyebabkan penurunan saham, tetapi ditunda hingga Juli 2025, sehingga pasar kembali menguat. Fenomena TACO bahkan menjadi strategi perdagangan, di mana investor membeli saham saat harga jatuh akibat ancaman tarif, dan menjual saat pasar pulih setelah pelonggaran. 

Penurunan indeks Nikkei 225 sebesar 7,8% pada 7 April 2025 akibat tarif 25% terhadap mobil Jepang, yang kemudian diikuti oleh pemulihan, mencerminkan pola serupa. Volatilitas ini menunjukkan bahwa pasar mulai beradaptasi terhadap pola Trump, namun juga meningkatkan ketidakpastian bagi perencanaan bisnis jangka panjang.

Berikut contoh konkret penyesuaian tarif berdasarkan informasi yang tersedia:
 
Negara/Wilayah Tarif Awal (%) Tarif Setelah Revisi (%) Tanggal Pengumuman Status / Catatan
China 145% 30% 9 April 2025 Diturunkan setelah negosiasi. Termasuk tarif 10% fentanyl. Efektif 14 Mei 2025
Uni Eropa 50% Ditunda 2 April 2025 Ditunda hingga 9 Juli 2025 karena reaksi pasar dan negosiasi dengan pemimpin Eropa
Kanada 25% Dikecualikan 1 Februari 2025 Bebas tarif untuk barang sesuai USMCA. 38% barang sudah bebas tarif sejak 2024
Meksiko 25% Dikecualikan sebagian 1 Februari 2025 Pengecualian bertahap, target kepatuhan 85–90%
Kolombia 25–50% Dibatalkan / diselesaikan 26 Januari 2025 Disepakati dalam hitungan jam setelah kesepakatan deportasi
Smartphone/PC Termasuk tarif Dikecualikan - Dikecualikan untuk mencegah kenaikan harga konsumen
Otomotif (Jepang) 25% Dilunakkan - Direvisi setelah tekanan dari industri otomotif dan penurunan Nikkei 225

Penyesuaian ini menunjukkan bahwa Trump cenderung merespons tekanan domestik dan internasional, termasuk dari pelobi industri dan mitra dagang utama.

Keberhasilan dan Kritik

Strategi Trump mencatat beberapa keberhasilan. Kesepakatan dengan China pada Mei 2025 berhasil menekan praktik perdagangan tidak adil, sementara ancaman tarif terhadap Kolombia menghasilkan kesepakatan deportasi dalam hitungan jam pada 26 Januari 2025. 

Namun demikian, para analis menilai bahwa kebiasaan Trump untuk melunakkan ancaman—seperti penundaan tarif terhadap Uni Eropa atau pengecualian untuk Kanada dan Meksiko—melemahkan kredibilitasnya. 

NPR (8 April 2025) melaporkan bahwa pola ini menciptakan ketidakpastian bisnis, sementara Politico (16 Mei 2025) mencatat skeptisisme di kalangan Partai Republik mengenai efektivitas tarif sebagai alat negosiasi.

Dampak ekonomi dari kebijakan ini juga signifikan. Beberapa ekonom memperkirakan bahwa tarif Trump dapat memangkas PDB AS hingga 10% pada kuartal kedua 2025, berpotensi memicu resesi, sebagaimana dilaporkan CNBC (2 April 2025). 

Mitra dagang utama seperti China mengecam tarif AS sebagai "penindasan", dan Uni Eropa mempersiapkan tindakan balasan. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahkan menyebut kebijakan ini sebagai "pukulan besar."

Respons Trump terhadap Kritik

Trump secara tegas menolak label "TACO" dan tudingan bahwa dirinya pengecut. Dalam konferensi pers pada 28 Mei 2025, ia menyebut pertanyaan tentang istilah tersebut sebagai "pertanyaan paling jahat," dan menegaskan bahwa strategi tarifnya adalah bentuk negosiasi yang cerdas. 

"Kalian menyebut itu pengecut? Itu negosiasi," tegasnya, sambil menambahkan bahwa ancaman angka tinggi adalah alat untuk memaksa konsesi. Ia juga menyebut kritik terhadapnya sebagai bentuk ketidakadilan, dan mengklaim bahwa strategi tarif telah berhasil membawa negara-negara seperti China dan Kolombia ke meja perundingan.

Kebijakan tarif Trump telah memperburuk hubungan dengan sejumlah mitra dagang utama. China, meskipun telah menyepakati pengurangan tarif, tetap menyebut kebijakan AS sebagai bentuk penindasan ekonomi. 

Uni Eropa, yang menghadapi potensi tarif sebesar 20%, tengah mempersiapkan langkah-langkah balasan. Kanada dan Meksiko, meski mendapat pengecualian sebagian berdasarkan USMCA, mengungkapkan kekhawatiran atas dampak jangka panjang. 

Negara-negara lain seperti Australia dan Korea Selatan pun segera mencari jalur negosiasi guna menghindari dampak dari perang dagang yang meluas, sebagaimana dilaporkan CNBC pada 2 April 2025.

Strategi tarif Donald Trump pada 2025 merupakan taktik berisiko tinggi yang menggabungkan ancaman ekstrem dengan pelonggaran strategis demi memaksa konsesi dalam negosiasi dagang. Walau mencatat keberhasilan tertentu—seperti kesepakatan dengan China dan Kolombia—pola "TACO" telah menimbulkan volatilitas pasar dan mengundang kritik atas penurunan kredibilitas Trump sebagai negosiator. 

Investor memanfaatkan pola ini untuk keuntungan jangka pendek, namun ketidakpastian jangka panjang serta risiko resesi tetap menjadi kekhawatiran. Dengan pernyataan seperti "Mereka tak akan bernegosiasi tanpa tarif 50%," Trump terus membela pendekatannya, sementara dunia menyaksikan dengan cermat dampaknya terhadap perdagangan global.


Sumber Utama

Informasi awal dari pengguna, termasuk kutipan Trump dan data tarif.

Fact Sheet: President Donald J. Trump Secures a Historic Trade Win for the United States (Gedung Putih, 12 Mei 2025)

Fact Sheet: President Donald J. Trump Declares National Emergency (Gedung Putih, April 2025)

Trump on TACO trade: Not chickening out on tariffs (CNBC, 28 Mei 2025)