Serangan udara Israel menghancurkan pesawat Yemenia Airways di Bandara Sanaa saat bersiap mengangkut jemaah haji. (Foto: REUTERS)

Harapan puluhan jemaah haji asal Yaman pupus seketika setelah sebuah serangan udara Israel menghancurkan pesawat Yemenia Airways yang tengah bersiap lepas landas di Bandara Internasional Sanaa, Rabu, 28 Mei 2025. Pesawat itu seharusnya membawa mereka ke Tanah Suci, namun kini hanya meninggalkan puing-puing dan kesedihan mendalam.

Insiden ini mengguncang publik Yaman, terutama karena terjadi saat pesawat tengah dipersiapkan untuk mengangkut calon haji. Rekaman video dari Khaled al-Shaief, direktur Bandara Sanaa, menunjukkan kobaran api dan asap hitam membubung dari bangkai pesawat. 

"Ini adalah aset terakhir kami untuk melayani rakyat Yaman," tulisnya di media sosial.

Pihak Yemenia Airways mengonfirmasi bahwa pesawat itu dijadwalkan khusus untuk misi haji. Kini, seluruh penerbangan dari Bandara Sanaa dihentikan tanpa batas waktu, memaksa para calon jemaah kembali ke rumah tanpa kepastian.

Serangan ini terjadi hanya dua minggu setelah bandara dibuka kembali secara terbatas, menyusul kerusakan akibat serangan Israel sebelumnya yang menghancurkan enam pesawat. Bandara Sanaa, satu-satunya pintu masuk udara di wilayah yang dikuasai Houthi, kembali lumpuh total.

Kelompok Houthi menuduh Israel sengaja menargetkan infrastruktur sipil dan menyebut aksi ini sebagai bagian dari agresi militer yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Militer Israel membenarkan serangan itu dan menyatakan bahwa pesawat yang dihancurkan digunakan untuk "tujuan teroris" oleh kelompok Houthi. 

Menurut pejabat Israel, langkah ini merupakan respons atas serangkaian serangan drone dan rudal Houthi ke wilayah Israel, termasuk insiden yang terjadi dekat Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, pada awal Mei.

Klaim tersebut ditolak oleh pihak Houthi, yang bersikeras bahwa pesawat tersebut diperuntukkan bagi keperluan sipil, terutama ibadah haji. 

Mereka mengecam serangan sebagai tindakan “barbar” dan menyatakan akan terus melanjutkan perlawanan terhadap Israel, dalam solidaritas terhadap rakyat Palestina.

Ketegangan antara Houthi dan Israel meningkat sejak November 2023, ketika Houthi mulai melancarkan serangan ke kapal-kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden. Aksi tersebut mereka nyatakan sebagai bentuk dukungan terhadap Gaza di tengah perang Israel-Hamas.

Meski Amerika Serikat sempat menengahi gencatan senjata antara Washington dan kelompok Houthi pada awal Mei 2025, konflik dengan Israel tetap membara. Rudal dan drone masih diluncurkan dari wilayah Yaman, sementara Israel terus membalas dengan serangan presisi ke titik-titik strategis.

Penghancuran pesawat terakhir Yemenia bukan hanya pukulan bagi perjalanan ibadah, tetapi juga tamparan telak bagi sektor kemanusiaan. Bandara Sanaa adalah jalur penting untuk pengiriman bantuan medis, evakuasi pasien, dan akses luar negeri.

Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, menyuarakan kekhawatiran serius atas eskalasi ini. “Kekerasan yang terus meningkat hanya akan memperburuk penderitaan rakyat Yaman dan mempersempit jalan menuju perdamaian,” katanya dalam pernyataan resmi.

Di tengah medan konflik yang makin kompleks, warga sipil kembali menjadi korban utama. Serangan di Bandara Sanaa menggambarkan betapa tipisnya garis antara operasi militer dan pelanggaran kemanusiaan.