![]() |
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan NTB dan NTT sebagai fokus utama untuk pengembangan sentra garam nasional demi mendukung swasembada garam industri. (Antara Foto/Adeng Bustomi) |
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengidentifikasi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai calon lokasi pengembangan sentra garam nasional. Wilayah ini dinilai memiliki potensi besar untuk mendukung program swasembada garam industri.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara, telah meninjau sejumlah lokasi potensial di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima. Beberapa lokasi yang dikunjungi antara lain Desa Labuhan Bontong (Kecamatan Tarano), Desa Sepayung dan Desa Plampang (Kecamatan Plampang) di Sumbawa, serta Desa Donggobolo (Kecamatan Woha) di Bima.
Menurut Koswara, NTB, khususnya Sumbawa, memiliki lahan luas dan potensi produksi garam berkualitas tinggi. Dukungan masyarakat serta pemerintah daerah juga menjadi faktor penting dalam pengembangan sentra garam nasional.
Untuk mendorong program swasembada garam industri, KKP menyiapkan dua strategi utama. Pertama, meningkatkan kualitas garam rakyat agar memenuhi standar industri, yaitu minimal 97% kandungan NaCl. Kedua, membangun kawasan industri garam yang terintegrasi dari proses produksi hingga distribusi.
Saat ini, Indonesia masih menghadapi kekurangan sekitar 600 ribu ton garam untuk industri pangan dan 2,3 juta ton untuk industri kimia setiap tahun. KKP menargetkan minimal 1.000 hektar lahan dapat dikembangkan sebagai sentra produksi garam nasional guna mengurangi ketergantungan impor.
Langkah ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2025 yang melarang impor garam untuk sektor tertentu secara bertahap. Mulai 2025, impor garam untuk pangan dilarang, diikuti larangan impor garam industri pada 2027.
Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, menyatakan kesiapan daerahnya untuk mendukung program nasional ini. Ia menegaskan bahwa wilayahnya telah siap baik dari sisi lahan maupun kelembagaan demi peningkatan kesejahteraan petani garam.
Selain NTB, KKP juga menargetkan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai wilayah pengembangan percontohan tambak garam. NTT dianggap cocok karena iklim panasnya yang stabil, mirip dengan kawasan Dampier di Australia Barat.
Peninjauan dilakukan di beberapa lokasi di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang. Di Sabu Raijua, lokasi yang ditinjau mencakup Desa Menia, Bodae, dan Deme. Sementara di Kabupaten Kupang, tinjauan dilakukan di Desa Bipoli dan Oetata, Kecamatan Camplong, yang sudah dikelola PT Garam.
Dengan kondisi iklim yang mendukung, NTT ditargetkan mampu menghasilkan produktivitas garam hingga 200 ton per hektare. KKP berharap daerah ini dapat menjadi model tambak garam nasional yang berkelanjutan.
0Komentar