Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan kualitas hidup terbaik dalam studi Global Flourishing Study oleh Harvard.(ANTARA/Aprillio Akbar/WSJ)

Sebuah studi global yang dilakukan oleh Universitas Harvard, berjudul Global Flourishing Study dan dipublikasikan di jurnal Nature Mental Health, mengungkap fakta menarik: Indonesia menduduki peringkat pertama dalam indeks kesejahteraan hidup secara menyeluruh (flourishing). 

Dari total 203.000 responden yang tersebar di 22 negara, Indonesia mencatat skor tertinggi yakni 8,47, mengungguli negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Konsep flourishing mengacu pada kondisi kehidupan yang tidak hanya sehat secara fisik dan finansial, tetapi juga bermakna, terhubung secara sosial, dan kaya akan nilai spiritual. 

Dalam studi ini, aspek-aspek seperti makna hidup, hubungan sosial, karakter moral, kebahagiaan, kesehatan mental dan fisik, serta keamanan finansial menjadi indikator utama.

Menariknya, negara-negara maju yang selama ini diasumsikan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, ternyata tidak selalu unggul dalam semua aspek tersebut. 

Jepang, misalnya, justru berada di posisi paling bawah dengan skor 5,89. Di sisi lain, Indonesia muncul sebagai negara yang mampu menciptakan keseimbangan antar dimensi kehidupan tersebut.

Mengapa Indonesia Bisa Unggul?

Ada beberapa faktor kunci yang membuat Indonesia menonjol:

Kekuatan Sosial dan Kolektivisme Budaya
Budaya gotong royong, sikap saling membantu antar tetangga, serta solidaritas komunitas merupakan bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dalam hasil studi yang menunjukkan bahwa hubungan sosial dan karakter pro-sosial masyarakat Indonesia sangat kuat.

Peran Spiritualitas dan Agama
Banyak responden Indonesia terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan. Kehadiran di tempat ibadah bukan hanya rutinitas spiritual, tetapi juga momen membangun koneksi sosial dan memperkuat identitas bersama. Ini menjadi fondasi penting dalam menciptakan rasa damai, tujuan hidup, dan dukungan emosional.

Makna Hidup di Tengah Keterbatasan
Berbeda dengan negara maju yang cenderung fokus pada pencapaian materi, masyarakat Indonesia dinilai lebih mampu menemukan makna hidup dalam hal-hal sederhana: keluarga, kebersamaan, dan keimanan. 

Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari kekayaan, tetapi dari persepsi dan nilai yang diyakini.

Kritik terhadap Paradigma Barat tentang Kesejahteraan

Temuan ini secara tidak langsung menjadi kritik terhadap paradigma kesejahteraan ala Barat yang terlalu fokus pada aspek finansial dan individualisme. 

Negara-negara seperti Inggris, Jepang, dan Turki justru menunjukkan tingkat keterhubungan sosial yang rendah, bahkan banyak responden mengaku tidak memiliki teman dekat.

Ini memperkuat argumen bahwa kemajuan ekonomi tidak selalu paralel dengan kemajuan emosional dan spiritual. Sebaliknya, Indonesia, dengan segala tantangan ekonominya, mampu menawarkan pelajaran berharga: bahwa keharmonisan sosial dan spiritualitas kolektif adalah aset nasional yang tak ternilai.

Apa yang Bisa Dipelajari Dunia dari Indonesia?

• Mengembalikan nilai komunitas sebagai pusat kehidupan

• Mendorong partisipasi sosial dan relasi interpersonal yang bermakna

• Mengakui pentingnya spiritualitas dalam mendukung kesehatan mental

• Mengembangkan kebijakan yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga kesejahteraan emosional dan sosial

Hasil studi ini membuka cakrawala baru tentang apa arti hidup yang berkembang (flourishing). Indonesia telah membuktikan bahwa kesejahteraan sejati tidak hanya diukur dari angka PDB, tapi juga dari hangatnya relasi sosial, dalamnya makna hidup, dan kuatnya nilai spiritual.

Di tengah arus globalisasi yang cenderung individualistik, Indonesia tampil sebagai mercusuar harapan bahwa kebahagiaan dan makna hidup masih bisa tumbuh subur di tanah yang menjunjung tinggi kebersamaan dan kearifan lokal.