Sejak awal tahun 2025, dolar Singapura (SGD) terus menunjukkan tren penguatan terhadap rupiah, bahkan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Namun, para analis memprediksi bahwa momentum ini mungkin tidak bertahan lama karena perlambatan inflasi dan perubahan kebijakan moneter oleh Monetary Authority of Singapore (MAS).
Pada 1 Januari 2025, nilai tukar SGD berada di kisaran Rp 11.775. Namun, pada 16 Mei 2025, kurs SGD melonjak hingga menembus Rp 12.639—kenaikan lebih dari 7,34% dalam waktu kurang dari lima bulan. Bahkan, pada 28 April 2025, SGD sempat menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah di Rp 12.875 per dolar Singapura.
Peningkatan nilai tukar ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi Singapura, yang didukung oleh surplus neraca transaksi berjalan dan cadangan devisa yang kuat. Selain itu, kebijakan moneter MAS yang berfokus pada pengaturan nilai tukar (bukan suku bunga) turut memperkuat posisi SGD di pasar global.
Secara historis, SGD memang cenderung menguat terhadap rupiah dalam jangka panjang. Pada awal 2015, SGD masih berada di kisaran Rp 8.500. Sepuluh tahun kemudian, nilainya telah melonjak hampir 50%, mencerminkan perbedaan stabilitas makroekonomi dan tingkat inflasi antara kedua negara.
Faktor-Faktor Pendukung Penguatan SGD
• Stabilitas Ekonomi Singapura
Surplus neraca transaksi berjalan dan cadangan devisa yang besar membuat SGD menjadi mata uang yang diandalkan. Inflasi yang terkendali menjaga daya beli dan stabilitas nilai tukar.
• Kebijakan Moneter MAS yang Unik
Tidak seperti bank sentral lainnya yang mengandalkan suku bunga, MAS mengendalikan mata uang melalui nilai tukar nominal efektif (S$NEER). Pendekatan ini telah diakui oleh berbagai lembaga internasional sebagai salah satu strategi yang efektif dalam menjaga stabilitas moneter.
• Safe Haven di Tengah Ketidakpastian Global
Investor cenderung memindahkan aset mereka ke SGD sebagai lindung nilai saat terjadi ketegangan geopolitik atau volatilitas pasar. Banyak yang melakukan diversifikasi dari dolar AS ke SGD, meningkatkan permintaan terhadap mata uang tersebut.
SGD juga tampil lebih kuat dibandingkan beberapa mata uang utama Asia lainnya. Yen Jepang mengalami tekanan akibat kebijakan moneter ultra-longgar dari Bank of Japan, sementara won Korea dan yuan Tiongkok terguncang akibat ketidakpastian ekspor dan ketegangan geopolitik. Dalam lanskap tersebut, SGD muncul sebagai alternatif yang stabil dan kredibel.
Potensi Pelemahan SGD di Masa Depan
Meski saat ini SGD masih kuat, beberapa faktor dapat mengubah tren ini:
• Perubahan Kebijakan Moneter MAS
MAS telah mengurangi laju apresiasi S$NEER, menandakan kemungkinan pelonggaran kebijakan. Proyeksi inflasi inti diturunkan menjadi 0,5%–1,5% untuk 2025, mengurangi tekanan untuk memperketat kebijakan.
• Perbedaan Suku Bunga dengan AS yang Menyempit
Jika Federal Reserve (AS) mempertahankan suku bunga tinggi sementara Singapura melonggarkan kebijakan, arus modal bisa mengalir keluar dari SGD.
• Intervensi MAS untuk Mencegah Penguatan Berlebihan
Saktiandi Supaat dari Maybank memperkirakan bahwa MAS mungkin turun tangan jika SGD menguat terlalu cepat, guna menjaga daya saing ekspor.
• Ketergantungan pada Sentimen Global terhadap USD
Karena sebagian besar cadangan devisa global masih didominasi oleh dolar AS, penguatan USD secara global dapat menekan nilai SGD, meskipun fundamental Singapura tetap kuat.
Prediksi Analis: SGD Bisa Melemah Jika Ekonomi Melambat
Moh Siong Sim, ekonom dari Bank of Singapore, menyatakan bahwa S$NEER bisa melemah jika data ekonomi menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Jika pertumbuhan melambat dan inflasi tetap rendah, MAS mungkin akan mengadopsi kebijakan yang lebih longgar, mengurangi daya tarik SGD.
Dolar Singapura masih menjadi salah satu mata uang terkuat di Asia pada 2025, didukung oleh fundamental ekonomi yang solid dan kebijakan moneter yang efektif.
Namun, dengan proyeksi inflasi yang lebih rendah dan potensi pelonggaran kebijakan, SGD berisiko mengalami koreksi di paruh kedua tahun ini.
Bagi pelaku pasar, penting untuk memantau perkembangan kebijakan MAS, sentimen global terhadap dolar AS, dan data ekonomi utama dari Singapura. Ketiga faktor ini akan menjadi penentu utama arah pergerakan SGD ke depan.
0Komentar